Part 2

786 56 19
                                    

Prangg!!!

Suara piring terjatuh. Jimin yang tadinya sedang membalas pesan dari Suga kini keluar dari kamar menuju asal suara itu berada.

Kemungkinan asal suara itu berasal dari dapur. Jimin segera berlari menuju dapur.

Ia melihat piring kaca yang sudah tidak utuh lagi, dan yang paling parahnya nenek Jimin tersungkur jatuh di lantai. Jimin melangkah menuju neneknya yang lemah itu.

"Nenek? Nenek! Bangun!!"

Jimin berusaha membangunkan neneknya tersebut, tetapi tidak ada respon dari neneknya. Ditubuh nenek Jimin tidak ada luka atau semacam pun itu. Mungkin penyakit nenek Jimin sedang kambuh lagi.

Tanpa basa basi, Jimin mengeluarkan ponselnya untuk menelpon ambulan. Untuk membantu neneknya kerumah sakit.

***

"Bagaimana keadaan nenek saya dok?"

Jimin bangkit dari duduknya setelah melihat dokter yang memeriksa neneknya keluar dari ruangan tempat nenek Jimin di periksa.

Dokter yang bername tag 'Haejin' itu mengambil napas dalam dalam lalu mengatakan yang sebenarnya pada Jimin.

"Penyakit tuberkulosis nenek anda kambuh lagi. Jadi, nenek anda harus mendapatkan perawatan lebih lanjut."

Jimin menunduk. Ia berpikir, jika neneknya dirawat dirumah sakit, pasti biayanya sangat mahal. Sedangkan Jimin tidak mempunyai uang yang dibutuhkan nantinya. Ia membayar sekolah saja masih belum terlunaskan, dan sekarang ditambah dengan biaya rumah sakit neneknya.

"Jangan bersedih hati dulu. Nenek anda akan sembuh jika ia meminum obatnya secara rutin."

Dokter itu memegang pundak jimin sehingga membuatnya mengangkat kepala melihat dokter yang ada di hadapannya. Jimin hanya mengangguk mengerti sebagai jawaban dokter tersebut. Lalu dokter itu pergi menjauhinya yang tak tahu kemana dia pergi.

Jimin melangkahkan kakinya menuju depan pintu ruangan neneknya berada. Disana Jimin bisa melihat neneknya yang terbaring lemah dan mata yang terpejam. Mungkin yang dirasakan neneknya saat ini sangat benar benar sakit.

***

"Nenek baik baik saja?"

Jimin sekarang berada di ruangan neneknya yang sedang dirawat itu. Nenek Jimin sudah membuka matanya kembali, tandanya tuhan tidak ingin meninggalkan Jimin sendirian di kehidupan ini.

Nenek Jimin hanya mengangguk perlahan. Kemudian, seseorang masuk kedalam ruangan ini sambil membawa makanan. Ya, itu suster yang sedang mengantarkan makanan pada nenek Jimin dan obat untuk nenek Jimin. Lalu, suster itu mengucapkan 'Terima Kasih' dan keluar dari ruangan ini.

"Nenek makan ya? Jimin suapin."

Jimin mengambil makanan yang baru saja suster itu antarkan dan hendak menyuapkan sesendok kedalam mulut neneknya. Tapi, nenek Jimin menolaknya.

"Tidak mau."

"Nenek harus makan supaya sembuh."

"Tetapi nenek tidak mau, Jim!"

"Satu kali saja. Lalu nenek bisa minum obat dan tidur lagi."

Akhirnya nenek Jimin menuruti perkataan cucunya itu. Ia memakan makanannya dengan bantuan Jimin yang menyuapinya. Setelah itu, makanan sudah habis setengah piring. Saatnya sang nenek meminum obatnya.

"Minumlah nek."

Ujar Jimin sambil memberikan obat dan air untuk neneknya. Nenek Jimin duduk dari tidurnya itu. Selepas itu Jimin membantu neneknya agar tidur kembali.

"Aku besok akan ijin tidak masuk sekolah."

"Kenapa?"

"Jimin ingin menemani nenek disini."

"Untuk apa kau menemani nenek. Itu tidak penting, yang penting itu pendidikanmu. Kau besok harus sekolah!"

"Tapi-"

"Nenek sudah membayar mahal mahal sekolahmu itu! Kau harus menghargainya."

"Ah, baiklah nek."

Tbc...

Unpub y/t?:)

Revenge ;pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang