Part 17

387 19 9
                                    

Saat Jimin hendak kembali untuk tidur, ponselnya berdering menandakan ada telpon masuk. Jimin yang terganggu cepat cepat mengambil ponselnya di nakas dan melihat layar ponselnya siapa yang menelpon malam malam seperti ini. Lalu, Jimin mengangkat telponnya.

"Ada apa?"

"Kenapa kau tadi tidak masuk sekolah ha? Seokjin mencarimu! Kau tau, Seokjin memarahiku karena kau tidak ada hari ini. Dan dia menyuruhku untuk mencarimu. Aku sudah mencarimu di rumah sakit tetap saja tidak ad-"

"Aish! Berhentilah berbicara bodoh! Aku sedang sakit!"

"Dasar lemah."

"Brengsek!"

Dengan cepat Jimin menutup telpon. Siapa lagi kalau bukan Namjoon yang menelpon Jimin seperti itu. Hari ini Jimin tidak ingin diganggu oleh siapapun. Dia ingin tenang seperti biasa, tapi ada saja yang mengganggunya seperti Namjoon tadi.

Jimin turun dari ranjangnya dan menuju ke dapur untuk membuat teh hangat. Ia ingin yang hangat hangat kali ini. Mungkin karena efek ia kelelahan dan juga lemas.

Saat Jimin sudah sampai di dapur, ia teringat perkataan Sora tadi. Sora bilang jika ia membawakan makanan untukknya. Jimin pun mengalihkan pandangannya menuju yang lain. Kemudian, ia menemukan kantung plastik diatas meja makannya. Jimin menghampiri meja makan tersebut dan membuka apa isi didalam kantung plastik itu. Lalu, Jimin menemukan beberapa mi instan dan bahan masakan lainnya. Dan juga ada secarik kertas yang menempel di kantung plastik itu.

Jiminie. Aku membawakan semua ini untukmu. Untuk keperluan keseharianmu juga. Kalau besok kau masih belum sembuh jangan masuk sekolah dulu, tunggu sampai dirimu benar benar sembuh. Oh ya, kalau kau sudah sembuh, jangan lupa makan saat hendak berangkat sekolah. Aku tidak ingin melihatmu lemas terus):
Besok kalau kau masih belum sembuh, aku dan Jungkook akan menjengukmu lagi, okay. Jaga dirimu baik baik Jiminie❤️

~Sora

Begitulah isi surat yang dibaca Jimin sekarang. Isi surat itu membuat Jimin tersenyum sambil membacanya. Bisa bisanya surat itu membuat Jimin tidak ingin menghilangkan senyumanya saat ini.

Jimin mengambil salah satu mi instan dan merebusnya. Ia juga membuat teh hangat untuk menghangatkan tubuhnya di malam hari ini.

***

Pukul 1.30 dini hari, Jimin masih belum mengantuk. Sepertinya ia tidak bisa tidur karena surat dari Sora tadi. Ia masih memasang senyumnya itu sambil menatap bintang bintang di langit. Ia naik ke atas atap rumah hanya untuk melihat bintang yang indah di malam hari dengan ditemani secangkir teh hangat yang ia buat barusan setelah memakan mi instan.

"Kenapa kau bisa membuatku jatuh cinta seperti ini padamu Ra. Hanya karena perilaku dan senyumanmu."

Jimin tertawa kecil saat mengingat kejadian dimana ia dan Sora sedang berada di taman sekolah. Saat itu Jimin hendak mencium Sora, tetapi ia ingat itu bukan saat yang tepat untuk melakukannya. Itu membuat Sora malu seketika. Kejadian itu masih tersimpan bersih di pikiran Jimin.

"Kenapa kau bisa membuatku tersenyum terus dengan surat pemberianmu itu, meskipun itu bukan surat cinta. Apakah kau sepeduli itu padaku, Ra? Kenapa kau mencintaiku, Ra?"

Jimin masih menatap langit langit yang dihiasi bintang yang indah saat ini. Ia membayangkan saat Sora bercerita padanya tadi malam, Sora mengira Jimin sudah tertidur tapi nyatanya Jimin masih mendengarkan cerita Sora.

"Aish. Apa yang kau pikirkan Jim. Kenapa tiba tiba kau bisa jatuh cinta dengan Sora."

Jimin tertawa kecil mengingat kejadian kejadian disaat Sora dan Jimin belajar bersama di dalam kelas hanya berdua. Disitu Jimin mengajarkan banyak beberapa pelajaran untuk Sora. Semacam les private. Hanya ada ia dan Sora.

Tetapi sekarang mereka jarang sekali melakukan seperti itu. Hanya karena Jimin sibuk dengan bisnis pembunuh bayarannya itu. Hanya karena itu yang awalnya ia adalah siswa teladan dan sekarang menjadi bodoh.

Seketika senyuman Jimin memudar saat mengingat pertama kali ia menjadi pembunuh bayaran. Saat sang nenek masih ada dikehidupan. Disaat itulah ia mulai menjadi seperti berandal. Jimin berpikir sejenak, kenapa ia menuruti Seokjin wakil bosnya itu hanya karena uang? Dan kenapa ia harus dipekerjakan sebagai pembunuh bayaran? Kenapa tidak sebagai pekerja kantoran atau semacamnya? Kenapa waktu itu ia harus bertemu Namjoon untuk menjadi pembunuh bayaran?. Kalimat kalimat itu terus memenuhi kepala Jimin. Membuat Jimin kehilangan senyumnya itu.

"Aargh!!"

Jimin memegangi kepalanya. Ia terlalu banyak pikiran saat mengingat masa lalunya sebelum ia menjadi berandal pembunuh bayaran. Jimin menidurkan tubuhnya itu diatas atap rumah dengan selimut sebagai alasnya. Ia menatap langit penuh bintang itu lagi. Ia harus kembali tersenyum seperti tadi. Tapi, hanya Sora yang bisa membuatnya tersenyum.

Tbc...

Revenge ;pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang