Part 9

553 34 30
                                    

"Ya! Jiminie, kau pagi sekali berangkat sekolah."

"Aish. Bukan urusanmu."

Jimin menundukkan kepalanya dan memejamkan matanya seperti biasa. Hari ini Jimin sengaja berangkat pagi. Ia takut jika ia akan terlambat seperti kemarin dan akan mendapatkan hukuman lagi.

Dan sekarang hanya Sora dan Jimin saja yang berada di kelas. Sepi sekali karena sekarang masih pukul 5 pagi.

Apakah dia selalu berangkat pagi seperti ini juga. Cih, rajin sekali. Batin Jimin.

"Jiminie."

"Hm?"

"Aku bosan."

"Lalu?"

"Uhm, tak apa."

"Ceklek..."

Pintu kelas terbuka membuat Jimin mengangkat kepalanya melihat siapa yang datang pagi pagi seperti ini juga. Sora juga menoleh ke asal suara tersebut.

"Hai Namjoon." Sapa Sora pada Namjoon yang baru saja datang, dan duduk dibangkunya sambil tersenyum melihat Sora sembari menampakkan dimple nya yang manis.

"Sejak kapan kau seperti itu padanya? Jimin menundukan kepalanya lagi.

"Aku kan hanya menyapanya. Memangnya kenapa? Kau cemburu?"

"Tentu saja."

Deg.

Seketika jantung Sora terhenti mendengar ucapan yang keluar dari mulut Jimin barusan. 'Apa benar Jimin juga menyukainya?', pertanyaan itu terus melayang di benak Sora.

Sedangkan Jimin, bukannya ia menyukai Sora, ia hanya menghargai perasaannya saja. Jadi, Jimin tidak mencintai Sora maupun menyukainya, melainkan ia hanya menghargai perasaannya saja agar Sora bisa lega jika seseorang yang ia cintai menjawab perasaannya.

"Aish."

Sora mengatur napasnya yang berat tadinya. Ia terkejut mendengar perkataan Jimin tadi. Itu membuat Sora membeku. Dan Jimin yang sedang menunduk tersenyum saat mengucapakan kata kata itu pada Sora.

***

"Kring!!!"

Bel istirahat berbunyi, seperti biasa semua siswa berhamburan keluar kelas menuju ke kantin.

"Kau ingin ke kantin? Ah, tentu saja tidak. Aku akan kekantin sebentar."

Sora yang tadinya mengajak Jimin ke kantin tiba tiba ia menjawab pertanyaannya sendiri. Ia sudah paham jika ia mengajak Jimin keluar kelas saat jam istirahat pasti jawabannya 'aku dikelas saja. Aku mengantuk'.

Jimin tersenyum melihat Sora saat Sora berjalan keluar kelas. Jimin hanya menggeleng gelengkan kepalanya kecil sambil menampakkan senyumnya yang manis itu.

Sekarang hanya tinggal Jimin dan Namjoon saja di kelas ini. Sepertinya mereka sering sekali berada di kelas saat jam istirahat, apalagi siswa baru itu, Namjoon.

"Hey kau."

Saat Jimin hendak memasukkan buku bukunya ke dalam tas, ia mendengar seseorang memanggil. Entah itu memanggilnya atau memanggil orang lain, Jimin menoleh ke sumber suara tersebut.

"Kau memanggilku?" Jimin melihat ke arah Namjoon yang menghadap ke arahnya saat ini.

"Ya, tentu saja. Hanya ada kau dan aku disini."

"Huft. Ada apa?"

"Uhm. Dengar dengar nenekmu dirawat dirumah sakit ya?"

Kenapa anak ini bisa tau?

"Kau tau darimana?"

"Waktu itu aku berada di supermarket. Tak sengaja aku melihat Sora yang berbincang dengan seseorang disana, dan ternyata itu kau. Dan Sora bilang jika nenekmu masuk rumah sakit."

Jadi, waktu aku dan Sora berada di supermarket itu, disitu juga ada dirinya?

"Dan dengar dengar juga kau anak orang miskin dan tidak punya orangtua."

Lanjut Namjoon membuat Jimin membelalakkan matanya mendengar ucapan Namjoon yang tidak pantas untuk di dengar ditelinga Jimin. Jimin merasakan hatinya yang tertusuk benda tajam saat mendengar ucapan itu.

Jimin bangkit dari duduknya dan mengangkat kerah baju Namjoon hingga membuat Namjoon berdiri dari bangkunya menghadap Jimin yang sedang marah dihadapannya.

"Jangan kau ucapkan kata kata itu lagi dihadapanku!"

Namjoon hanya tertawa mendengar ucapan Jimin.

Apa yang terjadi padanya. Aneh sekali.

"Hey, aku masih belum selesai bicara, bocah."

Jimin meletakkan Namjoon kembali dibangkunya. Dan Jimin kembali duduk dibangkunya sambil menghadap Namjoon.

"Kau itu ternyata siswa yang pintar ya disekolah ini. Tapi, sayangnya kepintaranmu tidak membuahkan hasil jika tidak digunakan."

Lanjut Namjoon sambil menyandarkan badannya dikursi. Dengan pandangan ke depan tidak menghadap Jimin.

Apa yang ia katakan. Sangat tidak masuk akal.

"Apa maksudmu?"

"Jadi begini, namamu Park Jimin kan, kau kan orang miskin dan hutangmu sudah berada dimana mana. Kenapa kau masih saja diam ditempatmu, kenapa kau tidak mencari pekerjaan untuk melunasi hutangmu semua itu."

Jimin mengepalkan tangannya di atas meja. Tak lama kemudian, ia melayangkan sebuah pukulan ke arah wajah Namjoon. Tepat di pipi kirinya. Membuat Namjoon tergeletak dibangkunya dan pipi kirinya yang lebam seketika.

"Jaga omonganmu itu siswa baru!"

Tapi tetap saja Namjoon masih tertawa kecil melihat Jimin yang baru saja melayangkan sebuah pukulan ke arahnya. Namjoon mengusap pipinya yang lebam itu sambil menghadap ke arah Jimin.

"Hey Park Jimin. Aku tidak ingin membuat masalah disini."

"Kau yang pertama membuat masalah disini!"

Namjoon tersenyum ke arah Jimin. Lagi lagi dimple manis itu keluar dari pipinya. Jimin yang melihat Namjoon yang sedari tadi tidak merasakan sakit dan hanya tersenyum pun menatapnya aneh.

Sebenarnya apa yang dilakukan dengan orang ini.

"Jim. Aku hanya ingin menawari bisnisku padamu. Agar kau bisa menikmati hidupmu yang sebenarnya. Dan kau bisa melakukan apa yang kau mau."

Kali ini Namjoon menatap Jimin yang masih menahan amarahnya.

"Kalau kau ingin bergabung dengan bisnisku. Besok kau bisa bilang padaku."

Lanjut Namjoon, kemudian ia pergi keluar kelas entah kemana. Jimin yang bingung dengan perkataan Namjoon barusan hanya membeku ditempat.

Ada apa dengannya?

Tbc...

Revenge ;pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang