Revenge ;pjm

Part 10

"Dok, bagaimana dengan nenek saya?"

"Nenek anda akan menjalani perawatan khusus dan kami akan memindahkan diruangan khusus juga yang sudah kami sediakan."

"K-kenapa nenek saya harus di rawat diruangan khusus? Kenapa tidak diruangan biasa saja."

"Nenek anda sudah kritis. Jadi, kami harus merawatnya lebih intensif lagi. Dan ruangan khusus itu nantinya tidak boleh dimasuki oleh sembarangan orang."

"Lalu bagaimana jika saya menjenguknya?"

"Nanti ada waktunya sendiri anda bisa menjenguknya."

Jimin menatap dokter Haejin itu dengan tatapan sedih. Ia akan sangat jarang sekali melihat neneknya itu. Apalagi nanti neneknya akan dipindahkan ke ruangan khusus.

"Doa kan saja nenek anda segera pulih. Saya permisi dulu."

Dokter itu melangkah menjauhi Jimin. Sedangkan Jimin masih diam ditempat. Ia bingung, apa yang akan ia perbuat nantinya.

"Apa aku harus bergabung dengan bisnis Namjoon saja ya?"

***

Seperti biasa Jimin berangkat sekolah bersama Jungkook. Hari ini entah kenapa Jimin sangat lemas sekali. Sepertinya itu karena dokter Haejin akan memindahkan neneknya diruang khusus hari ini.

"Jim. Kenapa kau seperti ini? Tidak biasanya kau merenung. Ada apa? Ceritalah padaku."

"Tidak apa."

"Aish. Kau selalu saja bilang seperti itu. Pasti ini ada apa apanya dengan nenekmu kan? Ceritalah, ada apa dengan nenekmu?"

Jimin menarik nafasnya dalam dalam, lalu ia hembuskan keluar dengan perlahan. Ia akan mencertikan kejadian ini pada Jungkook.

"Hari ini nenekku akan dipindahkan ke ruang khusus untuk perawatan intensif. Kata dokter nenekku semakin kritis."

"Apa? Nenekmu semakin kritis?"

"Ya, mungkin karena aku tidak pernah menjaganya saat pagi dan siang. Nenekku tetap menyuruhku untuk sekolah, padahal aku ingin sekali menjaganya disana."

"Ku doakan nenekmu cepat sembuh ya Jim. Kau jangan patah semangat dulu."

***

Pelajaran pun berlangsung. Jimin masih tidak terima jika neneknya semakin kritis seperti itu. Apa yang akan dia lakukan sekarang jika sudah seperti ini.

Tiba tiba ada seseorang melempar kertas ke arah Jimin dan jatuh tepat di bangkunya. Jimin menoleh siapa yang melempar benda tersebut. Dan ternyata itu Namjoon.

"Bukalah."

Namjoon bersuara kecil agar tidak ketahuan oleh guru yang sedang mengajar. Jimin mengalihkan pandangannya ke kertas itu, kemudian ia membukanya.

Kau jadi ikut bisnisku? Jika kau setuju, setelah ini ku tunggu di rooftop sekolah-Namjoon

Begitulah isi dari kertas itu. Jimin menggulung kembali kertas itu dan memasukkan lokernya. Ia melihat Namjoon yang bangkit dari bangkunya menuju guru yang sedang mengajar.

"Permisi pak. Saya ingin ke toilet."

"Baiklah."

Jimin melihat Namjoon yang hendak keluar kelas. Namjoon melihat Jimin sambil mengeluarkan smirk nya. Yang tandanya ia harus menemui Namjoon di rooftop kali ini. Lalu Namjoon pun sudah berlalu.

2 menit kemudian Jimin bangkit dari bangkunya menuju rooftop yang katanya Namjoon akan menunggu disana.

Setelah sampai di rooftop, Jimin melihat Namjoon yang membelakanginya sudah berada di rooftop sembari bermain ponselnya.

"Kau sudah datang ternyata. Jadi, bagaimana? Kau jadi mengikuti bisnisku?"

Namjoon berbalik menghadap ke arah Jimin yang masih ragu untuk menjawab.

"Sebenarnya kau bisnis apa?"

"Ah, itu belakangan saja. Nanti kau akan tertarik sendiri jika mencobanya. Jadi bagaimana?"

"Apa kau tidak bisa memberitau bisnis apa yang kau kerjakan?"

"Itu masih privasi."

Jimin mengeluarkan nafasnya. Ia menunduk sebentar lalu ia mendongak menghadap Namjoon yang masih menunggu jawaban Jimin.

"Baiklah. Aku ingin ikut bisnismu."

"Oke. Nanti pulang sekolah kau harus ikut aku ke wakil bosku. Aku akan memperkanalkanmu pada wakil bosku."

"Tapi jangan lama lama. Aku akan segera kembali ke rumah sakit."

"Tenang saja tuan Park. Kau akan belajar menjadi pemula nantinya."

Tbc...

Maap, ini pendek sekalee,,