Part 27

253 20 16
                                    

"APA?!"

"Pokoknya kita besok harus berangkat!"

"Mendadak sekali! Aku tidak akan ikut. Aku akan tetap disini!"

"TIDAK! Kau harus ikut! Ayah juga sudah mengurus pindahan sekolahmu!"

Brak!!

Pintu tertutup rapat oleh sang ayah. Kali ini Sora benar benar tidak ingin meninggalkan tempat ini untuk yang terakhir kalinya. Ia akan pindah ke Seoul untuk pekerjaan ayahnya yang menetap disana. Ini sangat mendadak sekali.

Sora hanya termenung di atas ranjangnya sembari menatap jendela kamar miliknya. Saat ia pulang sekolah tadi, tiba tiba saja ayahnya menghampiri dirinya yang ada di kamar, dan menyuruhnya untuk membereskan semua barang barang yang akan ia bawa untuk pindahannya ke Seoul nanti.

Satu bulir air mata jatuh perlahan membasahi pipi Sora. Mana mungkin besok ia harus pergi begitu saja tanpa berpamitan pada teman kelasnya. Apalagi Jimin. Seseorang yang ia cintai selama ini. Ia sudah menyatakan perasaannya pada Jimin, tapi entah Jimin tak membalas apapun. Mungkin ini semua sudah takdir Sora, ia tidak bisa bersama Jimin kembali.

Ceklek...

Pintu kamar terbuka memperlihatkan sesosok wanita paruh baya yang membawa nampan, dan di atas nampan tersebut ada sepiring roti dan susu. Sora yang masih menangis langsung melihat ibunya yang menghampirinya. Ibu Sora meletakkan nampan tersebut diatas nakas kemudian menghampiri sang anak yang sudah menangis.

"Ibuu. Hiks." Sora memeluk ibunya dengan erat, begitupun juga ibunya. Ia membalas pelukan hangat dari anaknya tersebut.

"Sudahlah Ra. Turuti saja perintah ayahmu."

"Tapi bu, hiks. Apakah tidak bisa lain kali saja? Hiks. A-aku masih tidak ingin meninggalkan tempat ini."

Ibu Sora mengusap usap punggung Sora perlahan sembari menenangkan.

"Kamu bereskan barang barangmu ya, letakkan di koper. Besok kita berangkat pagi."

Ibu Sora melepaskan pelukan anaknya tersebut. Ia tersenyum manis kepada sang anak yang masih menangis. Kemudian ia keluar dari kamar Sora.

***

"Apakah sudah siap?"

Sora mengangguk menjawab pertanyaan ayahnya. Ia sekarang harus berangkat pagi pagi ke bandara, karena jadwal pesawat yang ia naiki sebentar lagi akan berangkat.

"Ayah."

"Hm?"

"Bisakah kita mampir ke rumah temanku sebentar?"

"Sebentar lagi pesawat kita akan berangkat."

"Kumohon yah. Hanya sebentar saja. Ini terakhir kalinya aku bertemu dengannya. Kumohon."

"Ah, baiklah."

***

Kring!!! Kring!!!

Jimin menutup telinganya dengan bantal yang ia gunakan untuk tidur. Jam weker yang berbunyi terus menerus dari pukul 3 pagi sampai setengah 5 pagi tak kunjung di matikan. Itu membuat Jimin terganggu dalam tidurnya.

"Aish, berisik!"

Jimin memukul jam wekernya hingga berhenti dengan tangan kanannya. Ia bangkit dari tidurnya yang tidak nyenyak itu. Bagaimana ia bisa tidur dengan nyenyak, tadi malam ia baru saja membunuh teman satu sekolahnya yang bernama Jang Nara itu. Dan ia berhasil mengambil jantung milik wanita itu. Jimin menyimpan jantung wanita tersebut dalam toples. Dan nantinya ia akan memberikannya pada Seokjin yang entah untuk apa.

Revenge ;pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang