Part 4

632 52 67
                                    

Jimin segera memasuki kamar neneknya yang berada di rumah sakit. Lalu ia melihat suster yang menghadangi jalannya menuju kamar neneknya itu.

"Ada apa ini?"

Jimin kebingungan saat kamar neneknya sudah ada dokter dan para suster yang membantu dokter tersebut.

"Anda silahkan tunggu diluar sebentar."

"Ada apa ini! Aku ingin masuk!! Ada apa dengan nenekku!!"

Jimin terus meronta ronta ingin masuk ke kamar neneknya itu. Tapi suster itu tetap menghadang Jimin yang tidak ingin menunggu diluar.

Kemudian seorang dokter keluar dari kamar nenek Jimin. Sepertinya tak asing lagi jika Jimin melihat dokter tersebut. Ya, dokter itu adalah dokter yang pertama kali ditemui Jimin waktu itu, yaitu dokter Haejin.

"Dokter Haejin! Ada apa dengan nenek saya?"

"Nenek anda tidak apa. Dia tadi sempat kejang. Dan sekarang ia harus istirahat."

Dokter Haejin itu pun pergi menjauh bersama suster yang lain. Jimin berpikir. Seharusnya ia tadi tidak akan meninggalkan neneknya jika neneknya akan seperti ini jadinya.

Lalu Jimin memasuki kamar neneknya.
Ia melihat neneknya yang berbaring di atas kasur. Jimin mendekat ke arah neneknya itu. Ia duduk disamping kasur milik neneknya sambil menggenggam tangan neneknya.

"Nek, jangan tinggalkan Jimin ya. Jimin sudah tidak punya siapa siapa lagi selain nenek. Jimin akan berusaha mencari biaya untuk perawatan nenek agar nenek bisa sembuh."

Jimin mengeluarkan bulir air mata. Ia tau betapa miris hidupnya sekarang. Jika neneknya sudah tiada, apa yang akan ia lakukan nantinya.

***

Pagi hari seperti biasa, Jimin dijemput oleh Jungkook untuk berangkat sekolah bersama. Jimin masih memikirkan tentang biaya perawatan neneknya saat ini. Apa yang akan ia lakukan.

"Jim. Dari tadi kau melamun, ada apa?"

"Tidak ada."

"Kalau kau ada masalah, ceritakan padaku. Siapa tau aku bisa membantu."

Jungkook adalah teman Jimin yang baik selain Sora. Jimin tidak ingin menyusahkan Jungkook disaat seperti ini. Jimin tau jika ia harus berusaha sendiri.

***

"Jiminie!"

Jimin tersadar dari lamunannya. Hari ini ia sering sekali melamun. Dan pikirannya tidak beres.

"A-ada apa?"

"Kau dari tadi melamun. Ada apa?"

Kali ini Sora yang bertanya hal semacam yang Jungkook tanyakan tadi.

"Aish. Aku tidak apa."

"Kau terlihat tidak baik baik saja."

"Jangan pedulikan aku."

Jimin menundukkan kepalanya berusaha untuk menghilangkan pikiran kacaunya itu.

Kringg!!!

Bel istirahat berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Tetapi Jimin masih tetap menundukkan kepalanya. Ia benar benar lelah hari ini.

"Jim, kau tidak kekantin?"

Tidak ada jawaban dari Jimin.

"Kau pasti sudah tidur ya. Yasudah, aku kekantin dulu, perutku sudah lapar."

Jimin merasakan sesuatu dirambutnya. Sepertinya Sora mengusap usap rambut Jimin yang berantakan itu. Jarang sekali Sora melakukan hal itu kepada Jimin. Dan tadi Sora juga memanggil Jimin dengan sebutan 'Jiminie'. Sangat aneh sekali perilakunya saat ini.

Jimin mengangkat kepalanya. Ia melihat keseluruh kelas ini. Ternyata tidak ada siapa siapa selain dirinya yang sedang merenung.

Tiba tiba ia mendengar suara rusuh dari semua siswa yang berlari didepan kelasnya. Jimin tidak mempedulikannya. Ia menutup matanya dan kembali tidur.

"Jim!"

Seketika Jimin terkejut saat seseorang memanggilnya dengan begitu kerasnya tepat di telinga. Ia menoleh ke sumber suara tersebut, ternyata Sora.

"Aish. Kau mengganggu tidurku saja."

"Ya! Kau tidak lihat di depan tadi banyak siswa bergerombol."

"Aku tidak peduli."

"Kau selalu mengatakan itu! Ayo."

Sora menarik tangan Jimin menuju keluar kelas. Jimin yang sedang ditarik pun meronta ronta ingin dilepaskan, tetapi genggaman tangan Sora tidak seperti wanita pada umumnya. Genggamannya sangat begitu kencang dan erat.

Sora dan Jimin sekarang berada di antara para siswa yang sedang ramai ramai didekat kelasnya yang entah ada apa.

"Eh, permisi. Ini sebenarnya ada apa?" Tanya Sora pada salah satu siswa yang ikut menonton ramai ramai ini.

"Uhm, katanya sih ada salah satu siswa yang bunuh diri."

Jimin dan Sora terkejut saat mendengar jawaban siswa tersebut. Jimin hanya menatap Sora bingung. Begitu pun sebaliknya.

"Ah baiklah terimakasih."

Siswa itu hanya tersenyum lalu pergi. Jimin pun mengalihkan pandangannya ke seluruh tempat yang ramai siswa ini. Dan tangan Jimin masih tergenggam oleh tangan Sora.

"Sebaiknya kita kembali ke kelas saja."

"Temani aku disini saja Jim!"

"Ayolah Ra. Aku mengantuk."

"Ah terserah kau saja Jim. Pergi sana!"

Sora melepaskan genggamannya pada Jimin. Jimin hanya menatapa Sora dengan aneh. Kemudian ia kembali ke kelas dan disana sudah ada Namjoon, si siswa baru itu. Dia terlihat santai dengan bukunya. Sepertinya ia tidak tertarik untuk keluar kelas dan melihat ramai ramai di depan. Begitupun dengan Jimin, ia hanya terpaksa melihat aksi ramai ramai itu.

"Hey."

Jimin mencoba menyapa Namjoon yang masih asik dengan bukunya. Lalu Namjoon melihat ke arah Jimin sambil tersenyum menampakkan dimple nya.

"Ya?"

"Apa kau tidak tertarik dengan kejadian yang diluar?"

Namjoon hanya mengangkat bahunya 'tidak tahu'. Jimin menatapnya sekilas lalu kembali tidur di bangkunya.

"Ku kira kau seperti siswa pada umumnya." Jimin melanjutkan perkataannya sambil memejamkan matanya.

Tbc...

Revenge ;pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang