Part 30

257 19 12
                                    

Drrttt... Drrttt...

"Hey, apakah kau sudah menyelesaikannya?"

"..."

"Jim!"

Jimin tidak merespon dan menghadap ke arah Namjoon yang sedang memanggilnya itu. Matanya kini tertuju pada benda berbentuk persegi panjang milik Jieun. Benda itu bergetar dan menampilkan nama seseorang yang kini ia rindukan.

"S-Sora?..."

"Aish. Cepatlah! Kita harus keluar dari sini, sebelum ada yang mencurigai kita!"

Namjoon yang tidak sabaran orangnya, kini menarik lengan Jimin agar meninggalkan kelas yang sudah berbau amis karena darah milik Jieun. Ya, Jimin ditugaskan untuk membunuh Jieun dan mengambil jantungnya, itu semua suruhan Seokjin.

***

"Bagus. Akhirnya kau sudah menyelesaikan tugasmu. Silahkan bersenang senang."

Wajah Jimin masih murung yang kini berada di hadapan Seokjin yang telah menerima banyak jantung dari para korban. Seokjin yang mengetahui jika Jimin tidak dalam keadaan mood yang baik pun heran.

"Ada masalah?"

Jimin kembali dalam dunianya. Ia menghadap Seokjin sembari menggeleng kepalanya. Seokjin tau jika Jimin berbohong akan hal itu. Tetapi ia tau, mungkin Jimin perlu sendiri untuk menenangkan pikirannya.

"Jim. Setelah ini kita akan ke Seoul."

Beda dengan suasana hati Jimin, hati Namjoon kini sedang bersenang hati karena sebentar lagi ia akan ke Seoul untuk bertemu dengan bos besarnya dan Namjoon ingin ia dinaikkan pangkat, sesuai dengan keinginannya.

"Kenapa kau murung sekali? Bersenanglah Jim. Kau mau apa? Kau lapar? Akan ku belikan."

"Tidak perlu."

Jimin pun meninggalkan Namjoon dan Seokjin yang berada di ruangan Seokjin. Namjoon hendak mengikuti Jimin dan bertanya ada apa dengannya saat ini, tetapi dengan cepat Seokjin menahan Namjoon agar membiarkan Jimin menenangkan pikirannya dahulu.

~

Bagaimana keadaanmu disana Ra? Apakah kau baik baik saja? Apakah kau bahagia jika tidak ada diriku? Maafkan aku yang sudah membunuh sahabatmu sendiri. Aku melakukan ini semua karena kau. Seokjin mengancamku jika aku tidak memenuhi perintahnya.

Jieun, maafkan aku juga. Sebenarnya aku tidak bermaksud seperti itu padamu. Kau orang yang baik. Aku benar benar minta maaf padamu, Jieun. Semoga kau mendengarnya disana.

~

Kini Jimin berjalan sendirian menuju rumahnya. Ia kabur dari Namjoon dan Seokjin. Sekarang pikiran Jimin benar benar kacau saat melihat nama itu tertera di ponsel milik sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Sora. Jimin merindukan sosok itu. Sora lah yang membuat Jimin menjadi lebih baik. Tetapi, sekarang Sora sudah tidak bersamanya, itu membuat Jimin benar benar membutuhkan Sora saat ini.

Drrrttt... Drrrttt...

Ponsel Jimin yang berada di saku celananya berdering. Ia pun segera melihat layar ponselnya, siapa yang sedang menelponnya saat ini.

Namjoon.

Tertera nama Namjoon disana. Jimin hanya mengabaikan panggilan itu. Tidak peduli Namjoon akan menceramahinya nantinya. Jimin hanya menghembuskan nafasnya kasar membayangkan jika hal itu terjadi.

***

Sudah 1 jam perjalanan, Jimin berada di pertengahan jalan. Jarak rumah Jimin masih jauh. Tidak ada kendaraan juga yang lewat. Mungkin karena daerah ini tidak dikenali banyak orang, membuat jalanan masih sepi.

Tinn! Tinn!

Jimin menoleh menghadap mobil yang mengklakson dari belakangnya. Jimin melihat lihat, sepertinya ia kenal dengan mobil yang kini berada dibelakangnya.

"Jim! Sedang apa kau disini?" Teriak seseorang dari dalam mobil, membuat Jimin bosan mendengar suaranya.

"Pergilah! Ini semua bukan urusanmu!"

"Akan kuantar sampai rumah. Naiklah."

Jimin yang mendengar tawaran tersebut pun segera naik dan masuk kedalam mobil tersebut. Ia tidak bisa menolak tawarannya. Jujur, Jimin sangat lelah saat berjalan tadi dan membutuhkan tumpangan agar sampai kerumah. Setelah Jimin sudah masuk kedalam mobil, dengan segera orang itu menancapkan gasnya.

"Darimana kau bisa sampai sini?" Tanya Jimin pada orang itu yang sedang fokus pada perjalanan.

"Kau tidak perlu tahu. Kau sendiri?"

"Aku bosan dirumah."

"Aish. Aneh sekali jawabanmu."

Orang itu terkekeh sembari mengatakan perkataan itu dengan sangat pelan meskipun masih bisa terdengar oleh Jimin yang berada disampingnya. Jimin hanya bisa memutar bola matanya mendengar perkataan yang keluar dari orang yang sedang mengemudi di sampingnya itu.

"Oh ya. Bagaimana kabar Sora?" Orang itu memecahkan keheningan.

Sedangkan Jimin hanya diam tak membalas pertanyaan orang itu sembari menatap perjalanan yang ia lewati bersama orang tersebut.

"Ya! Jim. Aku sedang bertanya padamu!"

"Itu bukan urusanmu! Tolong, jangan bertanya hal hal seperti itu padaku."

Jimin benar benar tidak bisa berhenti memikirkan Sora jika ia mendengar nama itu disebut. Rasa kecewa juga menghampirinya.

Kumohon, kembali lah padaku.








Tbc...

Revenge ;pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang