"Mungkin diam adalah cara yang tepat saat kita merindukan seseorang yang statusnya bukan siapa-siapa"
🌻🌻🌻
Vania saat ini sedang berada didalam taxi sedang dalam perjalanan pulang kerumahnya sehabis dari rumah Adzando tadi. Tatapannya kosong kearah kaca mobil melihat pemandangan kota Jakarta sore ini bahkan mungkin saat ini matanya sudah meneteskan air mata karena sedih melihat apa yang ia lihat dirumah Adzando tadi.
Vania lalu menghapus air matanya menggunakan punggung tangannya sendiri tetapi tetap saja air matanya itu selalu keluar dari sudut matanya, isakan kecil pun mulai keluar dari mulutnya. Sakit tetapi tidak berdarah.
Sesampainya didepan rumah Vania segera menghapus airmatanya dan merapihkan penampilannya agar tidak terlihat begitu buruk dan kakaknya itu bisa curiga jika dirinya pulang-pulang dengan keadaan menangis.
Vania lalu membuka pintu rumah sekiranya sudah cukup baik penampilannya dan ia melihat kakaknya, kak Laura dan mamahnya itu sedang berbincang diruang keluarga sambil menonton televisi. Vania lewat begitu saja sambil menunduk dan buru-buru naik kelantai dua lalu masuk kedalam kamarnya.
Vania melemparkan tasnya begitu saja lalu menghempaskan dirinya diatas ranjang, ia menumpahkan airmatanya lagi masih dengan isakan kecil yang keluar dari mulutnya. Entah mengapa dirinya tidak bisa berhenti menangis.
Apakah jatuh cinta harus sesakit ini? batinnya bertanya-tanya
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar, Vania langsung buru-buru menghapus airmatanya dan berhenti menangis lalu membuka pintu tersebut dan ternyata kak Laura.
"Oh kakak" ujar Vania setelah melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya barusan
"Kamu gakpapa?" tanya kak Laura sedikit cemas karena ia sudah curiga saat melihat Vania yang menunduk saja melewati ruang keluarga tadi.
Vania menggeleng lalu tersenyum "haha kenapa emangnya kak?" tawa Vania berpura-pura ceria.
Kak Laura mngerutkan dahinya bingung dengan Vania saat ini dan ia bisa melihat penampilan Vania saat ini hidungnya merah dan matanya merah seperti habis menangis, iapun bertambah curiga.
Kak Laura segera masuk kedalam kamar Vania kemudian mengunci pintu kamarnya dan mengajak Vania duduk ditepi kasur.
"Gapapa sini cerita aja, kenapa?" tanya kak Laura sambil mengelus puncak kepala Vania dengan lembut
Vania lalu menoleh kearah kak Laura dan kemudian ia menumpahkan airmatanya lagi. Bahkan saat ini tangisnya semakin pecah dan isaknya semakin kencang.
"Hikss.. kak Laura.. hiks.. masa tadi aku kerumahnya Zando terus aku liat.. hikss"
"Aku.. aku liat Zando sama mantannya itu pelukan hiks.." lanjutnya masih sambil menangis
"Ohya?" tanya kak Laura masih tidak percaya
Vania mengangguk.
"Berarti bener kan aku cuman pelarian dia aja hiks.."
Kak laura lalu menggelengkan kepalanya meyakinkan Vania "kalo kamu cuma pelarian dia aja mana mungkin dia deketin kamu setiap hari terus"
"Tapi bisa aja kak hikss.. mungkin dia lagi kesepian dan kebetulan ada aku"
Kak Laura lalu menghembuskan nafasnya "Yaudah kamu mandi gih udah sore, nanti kita jalan deh yuk kemana kek biar ga bete dirumah. Kakak gamau ajak kamu kalu belum mandi apalagi penampilannya kek gini ihh" ujar kak Laura seraya meledek Vania
Vania cemberut lalu mengangguk dan kemudian ia segera masuk kedalam kamarmandi dan segera membersihkan dirinya.
Laura rencananya akan mengajak Vania makan malam keluar hari ini bersama pacarnya itu, agar suasana hati Vania tidak begitu sedih setelah apa yang terjadi sore ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My BadBoy [Completed]
Teen Fiction#43 IN TEEN FICTION (100418) #1 IN CINTA (240618) Adzando Dalwes Siswa SMA yang terkenal disekolahannya karna ia Badboy sering berkelahi dan juga wajahnya yang superduper tampan. banyak sekali wanita yang tergila gila dengannya. Tetapi Adzando tidak...