"Gausah telfon keluarga gue percuma mereka gak akan peduli sama gue"
🌹🌹🌹
Gadis berambut pirang itu melirik kearah jam ditangannya dengan gelisah, karena hari ini adalah hari pertamanya sekolah di Jakarta dan tidak boleh telat. Jika telat bisa-bisa nama baiknya sudah terkenal jelek apalagi dihari pertama seperti sekarang.
"Duhh gimana ini, 10menit lagii gerbang ditutup. macet banget lagii duhh" batin gadis tersebut dengan ekspresi gelisah berada didalam taxi
"Pak?kirakira macetnya lama gak ya?" tanya gadis tersebut pada sopir taxi yang ia tumpangi.
"Kayaknya sih. Buru-buru ya de? jalan kaki aja lumayan deket kok. Itu didepan ada pertigaan belok kiri lalu lurus terus. Nanti sekolahannya ada disebelah kanan ya" beritahu sang sopir taxi kepada gadis tersebut
"Ohhyaudahdeh pak saya jalan aja" jawab gadis tersebut dan membayar taxi nya.
Gadis tersebut segera membuka pintu taxi dan lari menuju sekolahnya karena takut terlambat dihari pertamanya.
"Huftttt, untung gak telat" gadis tersebut sambil menghela nafasnya lega, Matanya melirik jam yang melekat dipergelangan tangannya saat sudah tiba didepan gerbang sekolah barunya. Langsung saja ia berjalan memasuki sekolahnya dan menuju ruang kepala sekolah untuk bertanya akan ditempatkan dikelas mana dan sekaligus meminta seragam.
Semua murid disini menatap gadis itu asing. karena gadis itu menggunakan seragam yang berbeda.
Gadis itu bernama Vania Deltasya, siswi baru disini pindahan dari Bandung. Vania adalah orang yang pintar, cantik, baik dan lugu. Vania ialah gadis blasteran Amerika-Indonesia ia harus pindah ke Jakarta dikarenakan ayahnya harus pindah dinas di Jakarta.
Vania bingung mencari dimana keberadaan ruang kepala sekolah disini , karena sekolahannya sangat luas. Langsung saja ia bertanya kepada salah satu murid disini.
"Permisi kak mau tanya, ruang kepala sekolah dimana ya?" tanyanya ramah kepada salah satu murid perempuan disini yang kebetulan lalu lalang."Ohiyaa, lo lurus aja terus nanti ketemu UKS didepan terus lo ke kanan. disitu ruangannya" jawab murid perempuan tersebut.
Vania mengangguk, "Makasih ya kak" jawabnya ramah.
"Gue kira lo gabisa bahasa indonesia." celetuk murid perempuan itu kepada Vania
Vania hanya mengulum senyumnya dengan kikuk. Langsung saja dirinya menuju keruang kepala sekolah, Setibanya didepan ruang kepala sekolah lalu ia ketuk pintu tersebut.
Tok tok tok..
"MASUK" jawab seseorang dari dalam.
Vania membuka knop pintu tesebut dan melihat sepertinya kepala sekolahnya sedang berbicara dengan seorang cowok. Vania tidak bisa melihat wajah cowok itu karena membelakanginya. Jika dilihat dari belakang penampilan cowok itu sangat berantakan, Dirinya sudah bisa menyimpulkan bahwa cowok yang sedang berbicara dengan kepala sekolah saat ini ialah bukan cowok baik-baik atau bisa dibilang bandel.
"Tunggu ya, kamu duduk dulu disebelah sana. Saya masih ada urusan dengan anak satu ini." ujar sang kepala sekolah memberitahu Vania.
"Iya bu" jawab Vania dengan ramah.
Kemudian Vania duduk sesuai yang diperintahkan kepala sekolahnya itu.
"Kamu sudah berapa kali ributttt terus kerjaannya. Sudah capek ibu menegur kamu. sekarang kamu ke lapangan dan hormat kepada bendera sampai jampelajaran habis" omel kepala sekolah kepada cowok tersebut dan Vania mendengarnya berarti benar tentang penilaiannya tadi bahwa cowok tersebut memang bukan cowok baik-baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My BadBoy [Completed]
Teen Fiction#43 IN TEEN FICTION (100418) #1 IN CINTA (240618) Adzando Dalwes Siswa SMA yang terkenal disekolahannya karna ia Badboy sering berkelahi dan juga wajahnya yang superduper tampan. banyak sekali wanita yang tergila gila dengannya. Tetapi Adzando tidak...