0.27

4.9K 386 66
                                    

Marvel mengikuti Felicia dan Zero yang tengah berada di dalam ruang seni. Ia berjalan mengendap-endap, layaknya seorang mata-mata yang sedang menyelidiki tersangka.

Ingin sekali Marvel langsung mendatangi kedua nya, namun ia mengurungkan niat nya. Ia menunggu saat yang pas. Walaupun kini hati nya sedang menahan sakit yang amat mendalam.

Lelaki itu sudah jatuh cinta pada sosok Felicia, namun ia selalu membiarkan ego dan gengsi menguasai diri nya.Mau bagaimana lagi, tinggal tunggu sakit yang akan menghampiri.

Marvel menatap gadis itu lekat,Felicia sudah membuka masker nya. Ia menaruh angklung yang ia bawa di tempat semula,seperti yang perintahkan oleh bu Eka. Kelas 12 MIPA 1 habis melaksanakan ujian pertama praktek seni nya. Yaitu cara memainkan nada angklung dengan baik dan benar.

Bu Eka adalah guru bidang seni di Internasional School. Felicia sangat lega,karena tadi ia bisa melakukan ujian prakternya dengan sempurna. Zero yang sudah mengembalikan angklung nya,langsung mendekati ke arah Felicia .

       "Feli..." panggil Zero yang sudah mulai mendekati arah Felicia. Merasa nama nya terpanggil, ia langsung menoleh. Tak lupa ia menutup tempat penyimpanan alat musik angklung itu.

"Kenapa?" tanya Felicia. Gadis itu tampak bingung.

"Makasih" ucap Zero di akhiri senyuman nya.

   
"Makasih buat apa Zer???" tanya Felicia,
mengerutkan kening nya.Ia sangat bingung.

"Udah ngajarin gue tadi main angklung di kelas. Lo baik banget deh jadi cewek, beruntung banget ya cowok yang bisa dapetin lo" Zero terkekeh.

           Felicia tersenyum."Santai aja kali. Lagian kan udah kewajiban kita saling tolong menolong" ujar Felicia tulus.

"Jujur ya Fel. Baru kali ini gue nemuin cewek sebaik lo" ucap Zero semanis mungkin.

       "Bisa aja lo Zer. Kuy lah masuk kelas. 5 menit lagi istirahat nih"ajak Felicia. Gadis itu merasa tak enak jika berlama-lama berdua an dengan Zero di dalam ruang seni. Nanti bisa-bisa banyak gosip yang beredar.

Apalagi siswa/i Internasional School sudah banyak mengetahui hubungan Felicia dengan Marvel. Dan sekarang ia malah berdua an di dalam ruang seni bersama Zero.

"Lo lucu ih, muka lo kayak panik gitu"Zero mengacak-acak puncak kepala Felicia. Gadis itu hanya tersenyum tipis.

         Marvel yang melihat kejadian itu,memilih untuk pergi. Kalau ia tetap disini, mungkin emosi nya tak akan bisa dikontrol lagi.

Felicia merasa ada yang mengintip dirinya dan Zero sedari tadi. Ia menatap pintu ruang seni yang sedikit terbuka. Pikiran nya tiba-tiba jatuh kepada sosok yang tadi malam datang ke dalam kamar nya.

"Apa Marvel tadi kesini..." batin Felicia.

"Hei.." Zero memanggil nya kembali. Felicia menatap raut wajah Zero yang sedang berseri. "Kenapa masih bengong? Tadi ngajakin ke kelas" ujar Zero.

"E-eh iya. Ayok" Felicia berjalan mendahului Zero. Lelaki itu menatap punggung Felicia penuh arti. Senyuman licik terukir di bibir nya.

Marvel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang