0.36

4.6K 342 49
                                    

Marvel mendekatkan bibir nya ke arah telinga Felicia, seperti nya ia ingin mengatakan sesuatu.
"Dapet kamu, aku berhenti nakal" ujar nya. Felicia tersenyum tipis, mereka bahagia di bawah derasnya hujan. Melupakan kejadian yang membuat salah satu diantara keduanya sakit.

Hujan semakin deras, namun keduanya tidak ada yang berniat untuk pulang. Mungkin mereka saat ini tengah berfikir untuk waktu sekarang, agar slalu bisa berdua bersama.

H A C I M!!! H A C I M!!!

Felicia seperti nya akan terkena flu, ini yang dia tidak suka dari hujan. Saat dia terkena hujan, pasti ujung-ujung nya bakal sakit. "Aku anterin kamu pulang ya, kalo emang gak bisa kena hujan. Jangan maksain" khawatir Marvel. "Buruan naik" Marvel sedikit berjongkok agar Felicia bisa naik ke punggung nya.

"Nggak usah Vel. Aku bisa sendiri kok, kan bukan anak kecil lagi" tolak Felicia halus. Bukan nya dia gak mau, tapi lebih tepatnya takut merepotkan Marvel. "Sekali-sekali nurut omongan aku bisa kan Fel, aku gini karena aku sayang sama kamu. Aku cuman gak mau kamu kenapa-kenapa" ujar Marvel penuh penekaan.

Akhirnya pun Felicia mengikuti ucapan Marvel, gadis itu langsung naik ke punggung kokoh yang dimiliki Marvel. Jantung Felicia berdetak sangat cepat, seperti ada sengatan sendiri saat dia berdua bersama dengan Marvel.

Marvel bagaikan kenikmatan duniawi bagi Felicia, apalagi saat pria tampan itu tersenyum. Seperti pangeran yang sedang menghipnotis ribuan bidadari yang sedang menatapnya. Felicia menyenderkan leher nya di tekuk leher Marvel, menurutnya itu posisi ternyaman bagi diri nya.

***

Di dalam mobil, keheningan tercipta. Hanya terdengar bisingan suara kendaraan. Felicia sedikit bersin-bersin untuk memecahkan suasana keheningan diantara keduanya.

"Kamu kenapa suka hujan, Vel?" tanya nya.

Marvel yang tadinya fokus dengan perjalanan ke rumah Felicia, menoleh. "Intinya hujan itu buat diri aku lebih tenang. Orang-orang mungkin selalu menganggap aku kayak terlalu berkuasa, tapi aku gak pernah peduli. Mereka tahu yang buruk tanpa ingin tahu yang baik. Tapi it's okay, aku gak peduli" Marvel menghela nafas pelan.

"Dulu keluarga aku suka hujan-hujanan, tapi semenjak kembaran aku meninggal ketabrak mobil. Dan kata warga setempat waktu itu yang liat, dia ke pental ke arah sungai. Tapi mayat nya belum ditemukan sampe saat ini, dan pada saat itu keadaannya hujan. Dan semenjak itu Mama dan Papa sangat benci dengan hujan, tapi tetap aja aku bandel pengen hujan-hujanan. Mama sama Papa takut kejadian Marcel itu terjadi sama aku juga. Orang lain emang tahu aku cuman anak tunggal, padahal aku punya saudara kembar. Aku kangen main hujan-hujanan bareng sama Marcel, Aku kangen kenangan itu Fel"

Marvel berhenti berbicara. Tatapan nya kembali memandang fokus ke arah depan, sorot mata nya nanar sekaligus ada rasa rindu di dada nya. Merindukan hangatnya keluarga yang harmonis sebagaimana keluarga lain nya.

Gadis itu tampak kaget mendengar cerita Marvel barusan, tetapi dirinya berusaha menjadi pendengar yang baik bagi Marvel. Dia ingin menanyakan sesuatu, tapi Felicia terlihat masih ragu-ragu.

"Maaf kalo aku jadi curhat gini" tutur Marvel.

Felicia tersenyum tipis. "Gak papa kok, Vel. Santai aja, bay the way aku boleh nanya sesuatu sama kamu?" jantung Felicia berdetak.

Marvel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang