Epilog

7.8K 313 87
                                    

Kepergian dirimu, bagaikan kehilangan sebagian hidupku.
-Felicia Alexandria Batchra-

Author Pov

Felicia dengan semangat mengerjakan ujian nya hari ini di rumah sakit. Walaupun hatinya saat ini merasa tidak enak sekali, bukan karena kesepian tidak ada teman. Tapi fikiran nya juga terus bergelut tentang keadaan Marvel saat ini.

Gadis itu berusaha tenang dan membuang jauh-jauh fikiran negatif tentang Marvel yang ada di otaknya saat ini. Dia masih fokus dengan soal ujian yang ada di depan mata.

Tak butuh lama Felicia mengerjakan 50 soal pilihan berganda itu. Untung otak nya pintar dalam soal pelajaran, walaupun tak sepintar otak Marvel yang super duper kelewat pinter.

Felicia teringat saat dimana Marvel dan dirinya sedang di rumah pohon. Dirinya mengatakan bodo pada lelaki berparas tampan itu dan Marvel selalu memberitahu pada gadisnya itu. Bahwa dirinya tak pernah bodo.

Lengkungan bibir itu terangkat ke atas. Felicia tersenyum mengingat kejadian-kejadian yang pernah dialami nya waktu dulu bersama Marvel.

Ceklek.

Felicia yang tadi sedang melamun, terkaget mendengar pintu ruang rawat nya terbuka. Ternyata itu seorang perawat yang sedang membawakan makan siang untuk Felicia.

"Mbak Felicia, ini makan siang nya. Jangan lupa di habis in ya, nanti pacar nya marah sama saya" ucap perawat itu, membuat Felicia malu.

"Ada-ada aja nih, Sus. Mana mungkin dia marah." Felicia terkekeh.

"Mungkin lah, Mbak. Orang pacar nya semalem sebelum pulang minta sama saya buat ngasih makanan yang bergizi buat Mbak supaya kesehatan nya cepet pulih. Katanya Mbak kan pengen cepet-cepet keluar dari rumah sakit, biar bisa masuk sekolah"

Felicia kembali mencerna perkataan perawat itu, ini sama persis dengan apa yang ia katakan pada Marvel malam itu. Felicia begitu terharu dengan perlakuan Marvel padanya, dia sangat perhatian dengan Felicia.

Jaman sekarang, mana ada lelaki seperti Marvel. Bahkan mungkin gak ada. Felicia merasa beruntung memiliki Marvel. Tapi gadis itu sama sekali belum mengetahui kejadian yang dialami Marvel malam itu. Teman, sahabat, dan keluarga nya sama sekali belum menceritakan nya. Kalau Felicia sampai tau, pasti dia tidak akan fokus untuk mengerjakan ujian nya.

Setetes demi setetes air mata tak sengaja turun membasahi pipi gadis itu. Perasaan nya begitu tidak tenang, dia ingin Marvel berada di samping nya saat ini juga.

Perawat yang melihat itu merasa bingung dengan Felicia. Bagaimana tidak bingung, tiba-tiba gadis itu menangis dengan sendiri nya.

"Mbak kenapa nangis? Saya salah ngomong ya, Mbak? Maafin ya, Mbak.." kata perawat itu merasa bersalah.

Felicia menggelengkan kepalanya pelan. Tangan nya menghapus bekas ais mata yang membasahi pipi chubby nya. Dia tersenyum menatap perawat itu.

"Gak kok, Sus. Saya cuman kangen pacar saya, dia bilang mau jenguk saya lagi setelah pulang ujian di sekolah" ucap Felicia.

"Sambil nunggu sih Mas ganteng. Mbak nya yang cantik makan dulu aja, mumpung masih anget, Mbak. Enak" tawar Suster itu, menyodorkan makanan itu pada Felicia dengan ramah.

Marvel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang