0.38

3.9K 331 39
                                    

"Felicia, te amo...." ucapnya dengan darah yang berlinang dari kening, lalu Marvel tak sadarkan diri.

Di tempat lain Felicia yang merasa kesal karna pesan nya hanya dibaca saja oleh Marvel, apa mungkin dia masih cemburu soal komen-komen yang ada di postingan itu.

Dalam kesal nya Felicia bergeser dari ranjang Queen Size untuk mengambil minum dinakas, tapi entah mengapa. Bagai suatu tanda, dengan sadar Felicia seolah menjatuhkan gelasnya.

PRAAGK!!!

Gelas itu pecah berantakan, dia panik bukan kepalang. Felicia bangun dan segera membersihkan pecahan-pecahan gelas yang tercecer kemana-mana.

Tiba-tiba tangan Felicia tergores dengan pecahan gelas itu. "Vel...." ucapnya pelan. Seketika Felicia jadi begitu mengkhawatirkan Marvel, firasatnya seolah menyampaikan pesan bahwa terjadi sesuatu dengan kekasih nya.

"Oh GOD, apa sebenarnya yang sedang terjadi pada Marvel? Apa Marvel saat ini sedang baik-baik saja?" batin Felicia. Dia segera mengambil handphone nya dan menghubungi Marvel.

Felicia mulai menelepon Marvel, tapi nihil. Berkali-kali Felicia mencoba menelponnya. Namun tidak diangkat oleh Marvel, sebulir air mata telah jatuh membasahi pipi chubby Felicia.

"Feli,ada apa dengan kamu nak?" tanya Rahma, Bunda nya Felicia. Yang tiba-tiba saja sudah berada di kamar Felicia dengan wajah yang panik melihat putri pertama nya sedang menangis.

Felicia menundukkan kepala nya tanpa menjawab pertanyaan Bunda nya, ia menyembunyikan tangan nya yang tadi tergores oleh pecahan gelas yang tak sengaja ia jatuhkan.

"Jawab Bunda, sayang. Kamu kenapa? Dan kenapa gelas nya bisa pecah?" pertanyaan Rahma bertubi-tubi pada Felicia.

Tubuh Felicia bergetar, keadaan nya sedang tidak baik-baik saja. "Feli khawatir sama Marvel Bun" ucap Felicia sesengguk nya.

Rahma mendekati putri sulung nya itu, mengelus puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang. "Kalo kamu khawatir sama Marvel, kamu temuin aja ke rumah nya. Apa perlu Bunda temenin kesana?" ujar Rahma tulus.

"Gak usah Bun. Feli bisa sendiri, Feli gak mau ngerepotin Bunda. Makasih Bun udah selalu ada buat Feli, Feli sayang Bunda" ucap Felicia, lalu memeluk tubuh Rahma. Dia menangis sesengguk nya saat sedang memeluk Rahma.

Rahma mengelus punggung Felicia, berusaha menguatkan. Setelah beberapa menit kemudian, Felicia melepaskan pelukan nya. Mata Rahma melihat goresan di tangan Felicia, Rahma langsung menarik pelan tangan Felicia dengan hati-hati.

"Ini tangan nya luka karna apa? Sini Bunda obatin dulu, nanti kalo infeksi bisa bahaya" Rahma berdiri, lalu keluar dari kamar Felicia untuk mengambil obat P3K.

Tak lama dari kepergian Bunda nya, handphone Felicia berdering. Mula-mula senyum Felicia mulai terpancar, berharap kalau yang menelponnya adalah Marvel.

Felicia mengambil handphone nya, menatap nama sih penelepon yang ada dilayar. Ternyata itu panggilan telpon dari Aza, Felicia segera menggeser tombol hijau ke sebelah kanan.

"Astaga Fel, lo lama amat sih ngangkatnya"

"Emang kenapa Za?"

Marvel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang