Chapter 1 : The most wanted [Revisi]

792 14 3
                                    


Yo, Gaes!
Wellback!
Seperti yang Za bilang sebelumnya, work Za yang satu ini bakal di revisi kalo udah tamat. Dan hoala! Akhirnya versi revisinya udah selese!
Teruntuk para Readers baru, silahkan add cerita ini ke galeri kalian dan tunggu sampe tamat dulu kalo nggak mau bingung :D

Oya, maap promot bentar nih.
Za baru aja publish story baru, yaitu S2 (?) nya MMW!
Penasaran? Cek profile Za, ya.
Jan lupa vommentnya~

Okay,
Happy Reading!


Seorang gadis keluar dari sebuah rumah dengan tergesa-gesa. Dengan roti yang masih bertengger di mulut, ia berlari ke arah sepeda miliknya yang terparkir di samping rumah. Dan gadis itu bernama Hana.

Hana mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaga menuju sekolahnya yang berjarak kurang lebih 10 menit dari rumahnya (jika memakai sepeda). Ia bernafas lega karena gerbangnya belum di tutup. Ia tersenyum manis pada si pak satpam penjaga gerbang, yang hanya di tanggapi anggukan kecil dari si pak satpam yang irit bicara itu.

Suara teriakan para siswi menggema di koridor. Hana meletakkan barang barangnya ke dalam loker, lalu melangkah menaiki tangga menghiraukan suara berisik tadi. Seorang gadis berambut pendek menghampiri Hana dengan antusias.

"Hana! Apa kau melihat Jo? dia pakai jaket apa hari ini?"

"Ayolah, Cansey. Bisakah kau absen saja sehari untuk tidak menanyakan dia? Apa pentingnya itu?" ujar Hana ketus.

"Yeee.. Cuma nanya. Aku heran kenapa kau membenci pangeran se tampan Joaquin Miller? Apa mata mu minus?"

"Kalau iya, kenapa?"

Hana berlalu meninggalkan sahabatnya menuju kelas. Cansey menggerutu, lalu menyusul Hana masuk ke dalam kelas.

Joaquin. Tampan, otak encer, tajir, murah senyum. Itulah pendeskripsian singkatnya. Tapi di mata Hana justru jungkir balik. Nyebelin. Satu kata yang mewakili Joaquin menurut Hana. Ia tidak termasuk fans ataupun haters, transparan.
Tapi sebenarnya Hana menyukai Joaquin, sedikit. Entah apa alasannya.

Ok. Balik ke cerita.

Kelas 3-1 mendadak riuh saat Joaquin masuk. Para siswa menatapnya horor, bagi Jo anggap saja angin lalu. Ia melangkah menuju kursi favorit nya, di sudut dekat jendela. Hari ini ulangan biologi dan seperti biasa nilai Joaquin paling tinggi. Hana kesal, inilah salah satu faktor Hana membenci Jo. Otaknya encer dari lahir, berbeda dengannya yang harus belajar mati matian. Bel istirahat berbunyi, para murid berlarian menuju kantin di lantai satu.(kelas Hana di lantai dua).

"Mrs. Hana! Kantin?" tanya Cansey.

"Hmmm." Cansey nampak kesal dengan jawaban Hana yang terlampau singkat itu.

"Belajar ya belajar. Tapi ini istirahat, mrs. Hana. Apa buku ini lebih penting dari pada perutmu yang bunyi terus dari tadi?"

"Iya, iya. Duluan saja. Aku mau ke toilet dulu." Cansey berlalu menuju kantin dengan gembira, Hana berjalan santai menuju toilet. Singkat cerita, pelajaran pembuat ngantuk alias sejarah pun selesai. Pelajaran selanjutnya matematika, favorit Hana. Hana izin ke toilet untuk buang air kecil, kunjungan kedua kalinya ke toilet hari ini.

Saat Hana berjalan di belokan menuju kelasnya, ia di cegat seseorang. Ekspresi wajah Hana menjadi kesal bercampur deg-degan.

"Aku ingin taruhan." ujar seseorang itu.

"Kau berbicara denganku?"

"Hantu. Tentu saja kau. Hanya kita berdua di sini, " ujar seseorang itu lagi.

"Jadi apa maumu, Joaquin?"
Yup, orang itu Joaquin.

"Jika nanti jadi ulangan matematika dan nilaiku yang tertinggi, kau harus menjadi pacarku, " ujar Joaquin.

Hana terkejut bukan main, "Apa apaan itu? Kau gila, ya?!"

"TIDAK, TERIMAKASIH!"

Pipi Hana memerah, lalu berlalu begitu saja meninggalkan Joaquin.

Tadi itu, terlalu tiba-tiba. Hana tipikal orang yang agak baperan, dan Hana sendiri membenci fakta itu. Jika, seandainya apa yang dikatakannya itu benar, tetap saja. Timingnya terasa ganjil.

Setelah kejadian itu, Joaquin tidak lagi muncul tiba-tiba untuk mengajaknya taruhan. Taruhan sebelumnya memang Hana tolak mentah-mentah, entah kenapa ia malah kepikiran terus.

Ulangan matematika pun dilaksanakan tiga hari setelah kejadian di dekat toilet itu. Dan hasilnya? Joaquin mendapat rank pertama. Jika saja ia setuju waktu itu, statusnya akan berubah dari jomblo menjadi pacar dari seorang Joaquin R. Miller. Setelah ulangan selesai dan hasilnya sudah jelas, Joaquin tidak mengatakan apapun bahkan menyapa Hana pun tidak. Apa ia marah karena taruhan itu Hana tolak? Hana jadi tidak enak hati kalau begini.

"Eh, Ben. Kau yang beli. Ya? Ya? Ya?"

"Nggak! Enak aja! Tekor yang ada."

"Yaelah, sekali ini aja, Ben. Ngasbon kan bisa, tapi atas nama kamu, "

"Nggak ya nggak!"

"Ben~"

"Jijik, Sam!"

Cansey geleng-geleng kepala melihat dua orang yang tengah berdebat itu. Keningnya mengkerut kala melihat Hana. Ada apa dengan anak itu?

"Halo? Ada orang di rumah?"

"Maaf, lagi pada keluar, "

"Yaampun, Hana. Kali ini ada apa? Bukannya kamu udah beli seragam olahraganya, kan? "

"Diem deh, "

"Ini anak, ditanya malah begini. Yaudah, traktiran Thai Tea nya nggak jadi, "
Cansey tersentak kaget, Hana malah menggerbrak meja.

"Aku nggak papa, kok. Suer, nggak papa!"

Cansey mencebik, "Kalo soal makanan, cepet amat mbak, "

Hana cengengesan, terus memohon pada Cansey agar traktirannya tidak batal.
Joaquin melangkah masuk ke dalam kelas, duduk dimejanya, dan tidur. Kening Hana mengkerut, ada apa lagi ini? Tidak biasanya Jo tidur di kelas, paling ngumpul dengan para most wanted SMA Pelita Jaya yang lain di kantin saat istirahat. Apa dia sakit? Eh, kenapa pula ia peduli?

Saat Jo sedang berusaha untuk tidur setelah begadang bermain game bersama adiknya, ponselnya tak berhenti berbunyi. Dilihatnya layar ponsel, Jo mencebik. Setelah mengetik beberapa kata, ia mengalihkan mode ponselnya ke mode pesawat.

"Eh, Jo. Lo matiin ya? Idupin lagi dong!" Teriak Ben.

Setelah meneriakan kalimat yang sama tiga kali dan tidak mendapat respon berarti, Ben menyerah.

"Yee, napa kau yang sewot, hah? Dia yang punya kuota, tuh. Ah! Gimana kalo judul buat praktek drama seni budaya judulnya itu "Sinema Azab : Pengabdi hotspot meninggal kecebur empang dan memancarkan sinyal wifi super kuat", gimana? Bagus, kan?"

"Nyindir nih ceritanya?"

"Setengah iya. . Setengah nggak, "

"Plin-plan amat, kau, "

Ketika si duo Ben dan Sam berdebat mengenai hotspot, Arjuna si anak kelas sebelah memanggil Sam. Lima menit berlalu, akhirnya Sam kembali ke kelas dengan nafas memburu.

"Matematika ulangan bab 3!" Teriak Sam dari ambang pintu.

Semua murid di dalam terkejut bukan main, tidak terkecuali Jo. Ia langsung bangun begitu mendengar kata ulangan.
Baru tiga hari lalu mereka ulangan, sekarang ulangan lagi? Hana sempat berpikir, bu Riska kepentok apaan kemarin? Apa ia lupa soal ulangan tiga hari lalu?

Pintu kelas terbuka, Hana menoleh pada Cansey. Apa yang terjadi?

Hana kenapa, yak? Penasaran??
Klik bintang, dont forget vommentnya ya, yeorobun! See you in next part!!

My Most Wanted [Revisi-Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang