Chapter 40 : A Nightmare?

74 2 0
                                    

Mulmed :
Arve Chandra Zeora
(Real Version)
Music on :
Newsflash
(NIKI)
Zona Nyaman
(Fourtwnty)
Berdistraksi
(Danilla Riyadi)

Yo!
Za kambek nih gaes.
Za nggak bakalan bosen
Buat bilang,
"Dont forget to vomment
And share! "
Kritik dan saran apapun Za terima, karena sudah jadi konsekuensi. Klo ada, silahkan komen atau DM yee!

HAPPY READING!

"Bagaimana kabarmu? "

Hana masih menangis. Koko menghela nafas kasar, lalu menghampiri Hana dan menyuruhnya duduk. Walaupun ia kuliah jurusan bisnis, tapi ia mengerti sedikit tentang ilmu psikologi. Di saat begini, ia tak boleh terlalu menekan dan hati hati dengan nada bicara yang bisa menyebabkan salah paham. Ko Filan duduk di sebrang Hana. Hana mengusap air matanya, berusaha untuk tenang. Dengan nada bergetar dan kalimat yang putus putus, Hana mengatakan ia dalam keadaan baik. Walaupun sebenarnya, tidak dengan hatinya. Secangkir teh chamomile hangat teronggok di depan Hana. Dengan gerakan pelan, ia meraih dan meminumnya. Ia meminumnya itu pun atas permintaan Ko Filan.

"Aku sangat sangat bersyukur kau masih hidup, Hana. Kau pasti tahu arah pembicaraan ini kan?" Hana mengangguk.

"Waktu itu kau dinyatakan telah meninggal. Seluruh keluarga Miller menjadi sosok yang lain. Si kepala batu itu tak bisa menahan diri, dan kau tahu dia datang kemana?" Hana terdiam, matanya membulat.

"Club Malam." Hana membekap mulutnya, air matanya kembali jatuh. Jo tidak pernah menyentuh alkohol barang sekali, bahkan ia tak pernah meminumnya setetespun. Tapi karena dirinya, Jo melewati batasannya sendiri.

"Aku tak ingin membebani pikiranmu. Tapi, mau tidak mau kau harus tahu. Tentang Jo setelah kau pergi. Sebelum itu, kenapa kau tidak kembali?"
Hana mengusap air mata untuk kesekian kalinya. Ia menghembuskan nafas perlahan.

"Aku masih berada di Indonesia tiga tahun lalu. Saat aku terbangun, aku tak mengingat apa apa. Aku di temukan oleh sepasang suami istri berkebangsaan Inggris. Aku diadopsi, dan tinggal di sini. Menurut dokter, aku mengalami hilang ingatan jangka pendek. Dan ingatanku kembali setahun lalu. Bukannya tidak mau kembali, tapi. . Ada banyak alasan yang menghalangiku, " terang Hana. Ko Filan menghembuskan nafas kasar,

"Aku tidak akan menyalahkanmu tentang hal itu. Baiklah, sekarang giliranku."

"Dia jadi orang yang berbeda. Seperti es yang telah membeku dalam waktu yang lama. Dia jadi irit bicara. Raut wajahnya selalu berubah ketika melihat wanita. Ia jadi tempramental, penyendiri. Kami seperti sudah merasa bahwa Jo tidak ada lagi di dunia meski tubuhnya ada di depan kami. Aku berada di Inggris bersamanya untuk mengontrol dirinya. Agar ia tak melakukan hal hal aneh, atau bahkan bunuh diri. Waktu berlalu, dengan susah payah akhirnya ia bisa sedikit mencair. Setidaknya, ia tak irit bicara seperti dulu. Ia sering terbangun di tengah malam dengan keringar dingin karena bermimpi buruk. Sampai sekarang, " lanjut Ko Filan.

Tangis Hana makin menjadi, Ko Filan memutuskan untuk membiarkannya saja. Membiarkannya menangis melepaskan semua emosinya. Hana merutuki dirinya sendiri, merutuki dirinya yang tidak segera kembali. Sekalipun kembali, apakah ia akan di terima dan keadaannya kembali seperti semula? Pertanyaan itu selalu muncul setahun terakhir semenjak ingatannya kembali. Bahkan ia membeli parfum yang biasa dipakai Jo walaupun harganya mahal. Ia tak bisa meninggalkan orang tua angkatnya begitu saja. Mengingat ia berhutang nyawa pada mereka.

My Most Wanted [Revisi-Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang