Here it comes!
Akhirnya revisi udah nyampe chap 9~
Lama amat, ye?
Sorri gaes, wkkk.
HAPPY READING!Sejak kemarin, Hana dan Jo agak canggung satu sama lain. Bahkan saat di kelas pun, Jo pura-pura memakai headset yang nyatanya tidak menyala. Jo melemparkan pandangannya ke balik jendela.
Filan terus mengoceh mengenai Kai yang menghilang mendadak beberapa hari ini. Alasannya, ia harus menemani kedua orang tuanya di Toronto.
" Ya oke fine! Btw, buah tangannya mana, Kai? "
Kening Kai mengkerut, biasanya Jason akan menggunakan kata "oleh-oleh" atau "harta rampasan perang", tapi kali ini ia menggunakan kata lain.
" Buah tangan? Apa kau salah makan pagi ini? "
" Tidak. Tadi pagi aku makan katsudon sama jus jeruk, "
Kai menepuk dahi, pantas saja.
"Hentikan. Jadi nggak bisa konsen, nih. Eeeeee?! Akh!" Arve ngedumel, lantas mengacak acak rambutnya sebab Hero miliknya kalah.
" Salah siapa konsen banget sama yang kayak gitu? Nggak guna. Tahu waktu dong!" sahut Filan diiringi anggukan kepala Kai.
"Jo,bisa nggak sih kau libur di kerumuni sehari saja ? Berisik," ujar Arve dengan mata yang masih fokus ke layar ponselnya.
"Karena aku ini tampan, jadi nggak mungkin libur... Nah, Arve, apakah kau bisa libur main game sehari saja?" Jo membalikkan ucapan Arve tadi. Kai dan Filan tertawa, sedang Arve terdiam. Skak mat! Arve manyun, memilih untuk diam.
Hana sedang berjalan di koridor menuju kelasnya. Ia harus melewati lapangan base ball dulu sebelum akhirnya sampai di gedung tempat kelasnya berada. Terkadang Hana mengeluh karena sekolahnya ini terlalu luas.
"Hana! Bisa bicara sebentar?" pinta Kai. Hana spontan mengangguk. Tiba tiba bulu kuduknya berdiri. Ini tengah hari lho! Di dekat lapangan lagi! Jadi mana mungkin ada hantu. Saat Hana menatap sekeliling, Hana menghela nafas panjang. Saat bersama Kai saja tatapan mereka sudah seperti ingin menerkamnya hidup hidup, apalagi kalau bersama Jo.
Bisa bisa aku mati betulan!
"Ada apa, Kai?"
"Apa yang sudah kamu lakukan pada Jo?" Hana terkejut bukan main. Pertanyaan Kai itu, aneh.
"Eh?"
"Dia jadi senyum senyum sendiri, setelah itu berubah jadi pendiam, berubah lagi jadi cerewet," tutur Kai. Hana saja tidak tahu Jo jadi bersikap seperti itu. Hana merasa ia tak melakukan sesuatu yang salah pada Jo.
"Woi, Kai! Giliranmu!" teriak salah satu teman Kai dari dalam lapangan.
"Ok, aku akan segera ke sana!" sahut Kai dengan nada sedikit tinggi.
"Kita lanjut lain kali. Kamu masih belum menjawabnya. Sampai jumpa." Kai pun berlalu, meninggalkan Hana yang masih kebingungan.
Hana langsung di seret oleh Cansey ke dekat gedung klub. Cansey menatap Hana dari atas sampai bawah.
"Hanarella, jujurlah padaku. Kamu dan Jo.. Pacaran?"
Hana diam. Cansey menatap tajam, meminta jawaban. Hana tiba tiba nampak gugup, Cansey menganggukan kepalanya."Ok. Berarti itu benar. Kamu berhutang penjelasan padaku. Plus, bakso nya bi Ina, ya!" Hana langsung mengangguk, apalah daya kalau lawan bicaranya adalah Cansey.
Cansey senyam-senyum sendiri sambil menyendokkan bakso ke dalam mulutnya. Hana di buat heran, tapi lebih baik tidak bertanya. Arah pembicaraanya selalu berakhir dengan adu argumen.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Most Wanted [Revisi-Ongoing]
Подростковая литератураSEDANG DALAM TAHAP REVISI! DETAIL CHAPTER YANG SEDANG DI REVISI: [CHAPTER 12] #Biar gak bingung, baca sampai part yang sudah selesai di Revisi dulu ya~ DONT BE SILENT READER GUYS! Berawal dari sebuah pertaruhan, hidup seorang Hana berubah. Mulai...