Mulmed :
Rafael Tan
(Temen Koko, Real Version)
Music on:
Jingga
(Fatin Shidqia)
Love Ya!
(HYUKOH)
The Manual
(Eddy Kim)Yo!
Za kambek nih gaes,
Selamat puasa hari pertama
Bagi yang menjalankan, btw.
Semoga lancar jayee!
Jangan lupa buat vomment buat cerita ini juga, siapa tahu
Entar kita semuah
Bisa meluk novel fisiknya!
(harapan terdalam za, ngoeheh)
Woke dah,
Happy reading!Seperti sebelumnya, Hans berkutat dengan tumpukan dokumen di mejanya. Tiga tahun berlalu sejak kejadian itu, ia masih sama. Hubungannya dengan Raynand baik baik saja, tapi mereka jarang bertemu karena kesibukan masing masing. Pintu ruangan terbuka, nampaklah Hilman (sekretaris baru Hans) membawa beberapa dokumen.
"Ya ampun, istirahat bentar napa Hans, " omel Hilman. Hans mendelik, meletakkan penanya.
"Ini beberapa dokumen yang perlu kau tanda tangani, " lanjut Hilman.
"Kau menyuruhku beristirahat, sedangkan kau membawa dokumen? Bagaimana aku bisa beristirahat kalau begitu? " Hans mengomel balik, Hilman di buat bungkam. Hilman menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Hans ada benarnya.
"Iya deh, Sorry. Dan juga ini. Tidak ada nama pengirimnya, kurasa ini untukmu karena namamu tertulis di situ. " Hilman pamit, lanjut bekerja. Hans memandangi amplop putih yang di taruh Hilman sebelum mengambil dan membukanya.
Hans hanya diam membaca isi amplop yang ternyata sebuah surat. Biang kerok yang membuat orang tua dan adiknya pergi. Di sisi lain Hans merutukinya, di sisi lain Hans bersyukur. Setidaknya, ia bisa menjaga 'peninggalan' orang tuanya. Kening Hans mengkerut saat tiba di akhir surat.
"Jalan cempaka, rumah nomor 32. Salam hormat, Bi Ani. "
Hans bertamasya ke masa lalu. Bi Ani adalah ART yang mengasuhnya dulu. Kenapa ia mengirim surat yang membuatnya tidak bisa berpikir jernih? Hans tidak bisa menunggu, yang ada dia bisa mati penasaran. Hans mengambil coat miliknya, lalu bergegas keluar. Menghiraukan teriakan Hilman dan terus melangkah.
Hana tidak masuk kerja hari ini. Pikirannya terlalu kacau, dari pada membuat masalah lebih baik tidak masuk sekalian. Matanya terus menatap botol parfum yang sekarang ia pegang. Parfum yang sama seperti yang biasa dipakai Jo. Hana menangis, lagi. Ia menangis sejadi jadinya, memanggil nama Jo dengan lirih. Ia merindukannya, sangat malah. Ia merindukan semuanya. Semuanya yang seharusnya ada di hidupnya sekarang. Tapi apalah daya ia tak bisa melakukan apapun.
"Ey, Koko. Bosen nih, kita main yok. " Jo bosan. Matkul terakhir sudah selesai setengah jam lalu tapi ia dan Koko masih ada di kelas. Jo manyun, Koko malah asyik dengan ponselnya.
"Tunggu bentar, " ujar Koko dengan mata yang masih fokus ke layar ponselnya."Ada apaan sih? Serius amat, " tanya Jo.
"Kepo. " Koko berlalu begitu saja menghiraukan Jo yang merutukinya. Toh, dia tak akan berani memukulnya.
Di mobil, Jo masih manyun sambil memainkan ponselnya. Ko Filan memutar mata jengah dengan kelakuan childish Jo. Ko Filan merasa wajah tampan Jo tidak mencerminkan kepribadiannya sama sekali. Malah, jungkir balik!
"Ayolah. . Ada apaan sih tadi? "
"Bukan apa apa. " Jo kembali manyun, ia tidak puas. Ko Filan tersenyum, membuatnya lebih jengkel. Tapi Jo tidak akan menyerah, ia akan tetap bertanya sampai pertanyaannya di jawab. Ya, begitulah Jo.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Most Wanted [Revisi-Ongoing]
Novela JuvenilSEDANG DALAM TAHAP REVISI! DETAIL CHAPTER YANG SEDANG DI REVISI: [CHAPTER 12] #Biar gak bingung, baca sampai part yang sudah selesai di Revisi dulu ya~ DONT BE SILENT READER GUYS! Berawal dari sebuah pertaruhan, hidup seorang Hana berubah. Mulai...