Chapter 35 : A Clumsy Mistake

75 3 0
                                    

Mulmed :
Altara Rajendra Rizky
(Real Version)
Music on :
Missing You
(BTOB)
Hello
(Adele)
Eyes, Nose, Lips
(Taeyang-Big Bang-)
Stay
(Blackpink)
############

Za kambek sesuai janji😂
Ini hari ultahnya MMW, dan Za nyiapin hadiah spesial!
Apa itu?
Double apdet!
Untuk kedepannya mungkin bakalan ngaret lagi, ditambah Za yang lagi sibuk sama real life.
So, i hope you'll enjoy it
And Happy Reading gaes!
😂😂😂

Sejak pulang dari sekolah, Jo tak keluar dari kamarnya. Ia bersiap untuk hari ini, atau lebih tepatnya malam ini. Hans sudah memberitahu ayah kalau ia tak akan pulang malam ini, dan ayah tahu artinya.
Matahari tenggelam sedikit demi sedikit dan malam pun menjelang. Jo bertekad untuk tiba secepat mungkin agar ia bisa menyelamatkan Hana. Tapi ia mengabaikan hal lain, dan hanya berfokus pada keinginannya saja. Separuh hatinya memperingatkan Jo untuk tetap diam. Tapi egonya terlalu besar, Jo buruk dalam menunggu.

"Kak? Kakak mau kemana?"
Suara Harris menghentikan langkah Jo.

"Nginep." Jo berlalu begitu saja. Walau hanya satu kata yang keluar dari mulut Jo, bagi Harris itu berarti banyak hal. Ia tahu Jo itu seperti apa, ibaratnya sampai tetek bengeknya pun ia tahu. Dan apa yang Jo bilang barusan itu bohong. Harris tidak bisa menghentikan Jo, yang ada dia babak belur oleh Jo yang sudah sabuk hitam karate itu.

Semoga kau baik baik saja, kak

Sekuat apapun tekad, itu sama sekali tidak membantu. Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan. Lidah mereka terlalu kelu hanya untuk sekedar menyapa. Sesekali Hana meringis, luka yang Jim buat di wajahnya terasa sangat perih. Pricilia menatap Hana iba, ingin rasanya ia memeluk gadis kecil rapuh di sampingnya ini. Tapi apalah daya, ia tak bisa melakukan apapun yang membuat situasinya menjadi sedikit lebih baik.

BRAAAKK! Pintu di buka dengan tenaga yang besar dan menimbulkan suara keras karena membentur dinding. Jim sudah diambang batas kesabarannya. Ia sudah mencari kemana mana, bahkan bukti sekecil apapun. Tapi hasilnya nihil, dan ia sangat marah. Ia berjalan cepat menuju Hana dengan tongkat baseball di tangan.

"Ini kesempatan terakhir dariku. Katakan, atau mati. Opsimu hanya dua, tidak lebih."

"Sudah kubilang aku tidak tahu! Dokumen itu di sembunyikan bahkan sebelum aku bisa mengingat apapun! Gunakan logikamu!" Hana sudah kesal, ia marah dan tentu ingin keluar dari sini. Jim menatapnya sinis.

PLAK!

"Halah, kau pikir aku akan percaya hah? Jangan sok polos, menjijikkan!"

"Apa maksud semua ini? Hentikan dan lepaskan kami!" Pricilia memberanikan diri untuk angkat bicara dengan segenap keberaniannya. Bukannya jawaban yang ia dapat, melainkan tamparan lain yang membekas di pipinya.

"Kau hanya pemeran pembantu di sini agar Hans tidak lagi macam macam. Ah, dia pun tak akan peduli bahkan kalau kau mati. Setuju? Aku rindu jeritan."

Pricilia menggigit bibir bagian bawahnya, ia tegang. Sangat malah. Jim memandangnya dengan tatapan hendak menerkam untuk membunuhnya. Jim tersenyum, dan itu bukanlah pertanda baik. Malah sebaliknya.

"Menarik sekali. Aku penasaran dengan hubungan kalian. Apakah kedua pangeran itu akan menjemput kalian? Ya. Dalam mimpi. Karena bahkan saat kalian membuka mata, hwalaa. Dunia lain menunggu kalian. "Jim sudah tahu hubungan Pricilia dengan Hans. Apa sih yang tidak ia ketahui? Bagi seorang Jim, semua hal di dunia adalah permainan. Dan informasi adalah aset penting agar ia tidak terjatuh.

My Most Wanted [Revisi-Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang