Thalia dan Harris saling melempar tatapan mengejek satu sama lain di meja makan. Hana menghela nafas karena Jo ikut ikutan."Nah, ayo kita lanjut. Yang kalah harus patuh pada yang menang, "ujar Harris.
Mereka bertiga begitu serius padahal itu hanya sebuah game. Bunda sudah berangkat pagi sekali ke bandara, jadi mereka sarapan hanya berempat. Thalia bersorak kencang, ternyata ia yang menang. Wajah Harris mendadak pucat, sedang Jo menyibukkan diri dengan sarapannya. Talia berdeham,
"Permintaanku itu sederhana. Untuk kak Jo, ajak kak Hana kencan. Nah untukmu, Harris. It's very very special. No cake for a week. Ah, satu lagi. No laptop for three days. Mm? "
Jo tertawa, "Itu sih, bukan hukuman, my dearest Lia. Aku akan menerimanya dengan senang hati. "
"Kak Jo apaan, sih? Sekutu apa musuh, hah?! " teriak Harris dengan nada agak tinggi.
"Tergantung. Setengah sekutu, setengah musuh. Dimana ada keuntungan, di situ saya ada. " Jo mengedipkan mata kanannya. Harris ingin muntah rasannya melihat tingkah menggelikan abangnya ini.
Menggelikan!
PAGINYA.
Para siswi membuat gaduh di area parkiran sekolah. Bagaimana tidak? Para most wanted sudah berjejer rapi, itung itung cuci mata. Mereka berada di sana atas permintaan Jo. Tara memandang datar pintu gerbang, Arve sibuk dengan ponselnya, Filan yang fokus membenarkan dasi, dan Jason yang tidur sambil berdiri. Arya? Dia absen tiga hari ke depan karena di seret abangnya ke Jerman.
Tak lama Jo pun nampak batang hidungnya, tentu saja bersama Hana. Jo menghela nafas, Hana tidak berada di sampingnya. Jo sempat berfikir apakah Hana itu keturunan ninja, ngilangnya cepet banget. Filan berdecak kesal karena tujuan Jo mengumpulkan mereka itu hanya hal sepele, ingin masuk ke dalam sekolah barengan. Tara diam, tidak berkomentar. Sedang Arve, tak usah di tanya. Ia sibuk dengan benda persegi miliknya dan Jason yang mengoceh tentang alasan konyol dan receh Jo itu.
Langkah Hana terhenti, melihat sepasang kaki menghalangi jalannya. Hana berdecak kesal melihat si empunya kaki, Gita. Putri dari pak kepsek yang terhormat.
"Seharusnya dari dulu lo itu nggak masuk ke sini. Mana level sama anak kayak lo? Ikh... Lusuh. Ya kan girls? "
"Mmm. Betul Git, "sahut dua gadis lain di belakang Gita. Joan dan Fita yang rajin banget 'ngintil'in Gita kemanapun. Istilahnya, anak buah. Mereka terus menempel dan 'menjilat', ikut bersembunyi di belakang bayangan Gita yang notabenenya adalah 'murid khusus' di sekolah ini.
"Cabe, " ujar Hana singkat, dengan nada menusuk. Wajah Gita langsung terlipat, tanda tak suka.
"Gue the point aja. Jauhin dia, atau beasiswa lo di cabut, "ancam Gita. Ekspresi Hana masih sama.
"Silahkan. Terserah." Hana melanjutkan langkahnya meninggalkan Gita dan antek anteknya yang mengumpat. Gita menyeringai, "Lo kira gue bo'ong? Karena lo udah lancang sama gue, gue bakal lakuin lebih dari apa yang gue bilang barusan. " Gita berbalik, kedua anteknya mengekor di belakang. Seisi sekolah tahu Gita selalu mengejar Jo walau tak pernah di notice sekalipun. Jadi ia pasti akan menyingkirkan siapapun yang ia anggap saingan, termasuk Hana.
Seminggu kemudian, garden party day. Jo meminta waktu kencannya di undur dulu karena ia sedang dalam masa sibuk dengan ekskulnya. Harris bersorak, masa hukumannya selesai. Garden party kali ini hanya Bunda, Harris, Talia, Jo dan Hana saja, tidak mengundang tamu lain. Peralatan barbeque lengkap sudah tersedia di taman belakang. Tiba-tiba bunda menyerahkan sebuah kotak pada Jo.
Hana yang sibuk makan daging berbalik, karena merasa seseorang menyentuh pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Most Wanted [Revisi-Ongoing]
أدب المراهقينSEDANG DALAM TAHAP REVISI! DETAIL CHAPTER YANG SEDANG DI REVISI: [CHAPTER 12] #Biar gak bingung, baca sampai part yang sudah selesai di Revisi dulu ya~ DONT BE SILENT READER GUYS! Berawal dari sebuah pertaruhan, hidup seorang Hana berubah. Mulai...