Hana tersenyum pasrah. Setengah jam berlalu, dan ia tidak beranjak dari depan standing mirror. Thalia sedang sibuk berlarian ke sana kemari di walk in closet kamar Hana. Ia pun kembali dengan setumpuk pakaian dan aksesoris lain. Pilihan Final jatuh pada kaus lengan panjang bergaya retro, highwaist jeans, dan sneakers.
Kemudian Thalia menarik Hana menuju meja rias. Hana adalah tipikal orang yang jarang memakai make up, dan memang kurang tertarik. Tapi karena Thalia terus mencekokinya dengan berbagai macam jenis make up, jadilah meja rias Hana penuh oleh berbagai jenis make up.
"Cantik! "pekik Thalia.
"Ayo, kak jo dah nunggu di bawah, " ujar Thalia sambil mendorong tubuh Hana. Ekspresi wajah Jo sama dengan Thalia, pipinya memerah. Thalia berdeham, Jo tersadar dari lamunannya dan membukakan pintu mobil untuk Hana.
Jo memutuskan untuk mengendarai mobil sendiri. Selain sudah punya SIM, alasan lainnya ya. . . biar nggak ada yang ganggu. Setelah lima menit berlalu, mereka akhirnya benar benar keluar dari rumah Jo yang ibarat stadion bola itu.
Ponsel Hana bergetar, line dari Thalia.
"Ada apa? Oh, ya. Kamu sudah memutuskan kita akan pergi ke mana? " Hana mengangguk.
Mereka berdua sudah memasuki sebuah taman bermain. Karena ini hari minggu, jadi sangat ramai. Jo pikir Hana akan memilih tempat yang romantis, realitanya melenceng jauh dari ekspektasi Jo.
"Kita naik apa, ya. . . " Hana memutar tubuhnya, mencari wahana yang menarik. Jo pun melakukan hal yang sama, karena ini adalah kali pertamanya ke taman bermain. Jo bergidik, terkejut oleh teriakan keras yang tiba-tiba terdengar. Ia memang tidak bermasalah dengan yang namanya keramaian, tapi kalau yang seperti ini, ia tidak menyukainya.
Pandangan mata Hana berhenti pada sebuah lintasan tinggi yang meliuk liuk. Terdengar suara teriakan para pengunjung yang membuat Hana semakin tertarik.
"kita naik itu, ayo! " ujar Hana yang tanpa sadar menarik Jo menuju loket tiket. Hana terlalu exited sehingga ia tak menyadari tindakannya barusan.
"AAAAAAAAAAAA. . . . " teriakan para pengunjung menggema. Hana berteriak, tentu saja teriakan antusias.
Setelah meliuk-liuk, naik turun, akhirnya tiba di bagian hook alias bagian pamungkas dari wahana rollercoasternya. Para pengunjung di bawa terus naik, kereta melamabat, dan..
" ASAM MANIS! AMERICANO! KODOK TERBANG! PENGGARIS! AYAM! KO FILAAAAAN!!! "
Jo berteriak kencang sekali sampai membuat Hana tertawa terbahak-bahak, juga pengunjung lain yang mendengarnya. Kereta pun berhenti, Jo terdiam dengan mata yang memandang lurus ke depan.
Sejak turun dari roller coaster yang menurut Jo terkutuk itu, wajahnya terlipat."kalo takut ya nggak usah naik. Teriakanmu kencang sekali tadi, dan. . Khhhhh. . " Hana tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Jo cemberut, ia benci di tertawakan seperti itu.
"Aku itu bukan penakut, cheonsa. Tadi aku hanya kaget saja. . ," tegas Jo.
"Alah, ngaku aja . Jangan malu. Seorang Joaquin tidak bisa naik roller coaster. . " seloroh Hana dengan nada mengejek.
" Apa tadi? Apa kamu sedang main kuis? "
Hana tertawa terbahak-bahak sampai memegangi perutnya. Seharusnya ia rekam saja tadi.
Jo mendekati Hana perlahan dengan tangan yang siap menyubit Hana kapan saja. Hana berjalan mundur menjauhi Jo." Kemari, gadis nakal. Kamu harus di hukum. . " ujar Jo dengan senyuman jahilnya. Hana makin mempercepat langkahnya, sambil menjulurkan lidah. Jo tersenyum, lalu mempercepat langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Most Wanted [Revisi-Ongoing]
Teen FictionSEDANG DALAM TAHAP REVISI! DETAIL CHAPTER YANG SEDANG DI REVISI: [CHAPTER 12] #Biar gak bingung, baca sampai part yang sudah selesai di Revisi dulu ya~ DONT BE SILENT READER GUYS! Berawal dari sebuah pertaruhan, hidup seorang Hana berubah. Mulai...