"Rin, bangun!" Elsa mengguncang-guncang badan sahabatnya itu.
"Ngantuk," keluh Rini seraya mengucek matanya. Begitu berhasil membuka matanya, ia bertanya, "Jam berapa sekarang?"
"Sekitar jam lima."
"Hah?" Rini langsung terduduk di ranjangnya. Kantuknya hilang total. "Kita lupa menyiram taman."
Elsa tersenyum. "Tenang. Aku sudah menyelesaikan semuanya."
"Eh?"
"Iya. Aku sudah menyiram taman depan dan belakang," jelas Elsa. "Tadi aku tidak tega bangunin kamu, jadi aku mulai saja sendiri. Yanti yang kasih tahu caranya."
Wajah Rini berubah cerah. "Serius?"
Elsa mengangguk.
Rini memekik girang seraya memeluk Elsa. "Kau memang penolongku, Sa!"
Elsa hanya diam saja. Ia sedikit berjengit saat Rini memeluknya. Ia tidak pernah terbiasa dengan keakraban semacam itu.
"Jadi, bagaimana?" Rini melepaskan pelukannya. Tampaknya ia tidak sadar akan penolakan kecil dari Elsa. "Kira-kira kamu bisa betah nggak kerja di sini?"
"Lumayan."
"Kau sudah ketemu sama anak-anak majikan kita?"
"Belum semua," jawab Elsa. "Tadi aku sempat salah mengira pacarnya Kak Nathan sebagai Kak Fanny. Kak Jerry yang kasih tahu aku. Dia―"
"Kak Jerry memberitahumu?" potong Rini.
"Iya. Dia bilang kalau nama gadis itu Vicky, pacar adiknya. Cantik sekali, Rin," cerita Elsa.
"Aneh. Kak Jerry itu nggak pernah peduli sama siapa pun. Dia bahkan jarang bicara sama keluarganya. Kok dia mau repot-repot ngomong sama kamu?"
Elsa mengerjap bingung. Ia tidak merasa Jerry adalah tipe orang yang tidak mau bicara.
"Ah, aku lapar," ucap Rini membuyarkan pikiran Elsa. "Ayo kita ke dapur! Kita minta makanan sama si Yanti."
"Oke." Elsa pun mengikuti sahabatnya.
*****
"Dasar anak tak tahu diuntung!" maki wanita itu seraya memukuli gadis kecil di hadapannya.
"Ma, sakit... Ma..." Gadis kecil itu memohon sambil menangis. Tangannya berusaha melindungi tubuhnya yang dipukuli dengan sia-sia.
Wanita itu semakin kalap memojokkan gadis kecil itu. "Kau memang anak setan! Sama seperti ayahmu." Suaranya penuh kebencian. "Kuharap kau selalu menyedihkan seperti ini. Dasar anak jelek tak berguna! Kau pasti akan selalu sendirian. Semoga tidak akan ada orang yang peduli untuk menolongmu. Kau sama sekali tidak pantas disayang."
"Berhenti, Ma. Elsa nggak bakal nakal lagi. Elsa janji."
Namun pukulan itu terus berlanjut...
*****
Elsa langsung terbangun dari mimpinya. Tubuhnya berkeringat dan gemetaran. Ia masih terpengaruh oleh semua adegan mimpinya yang terasa sangat nyata.
Sudah lama ia tidak mengalami mimpi itu, sejak neneknya menyelamatkannya. Mungkin suasana baru yang dirasakannya sekarang membuat mimpi itu datang kembali.
Walaupun sebenarnya itu bukanlah mimpi.
Sambil memeluk kedua lututnya, Elsa bersandar di kepala ranjangnya. Ia mendesah keras. Di saat-saat seperti inilah ia kembali teringat pada ibunya yang berusaha dilupakannya.
YOU ARE READING
It Has Always Been You (Years, #3)
RomanceDengan membawa masa lalunya yang kelam, Elsa memasuki kehidupan barunya di rumah keluarga Jurnadi. Ia bekerja sebagai pelayan di rumah itu sekalipun seharusnya ia berada di sekolah untuk belajar dan mengejar cita-citanya. Tapi sejak itulah hidupnya...