"Siapa yang beresin kamar tamu?" Nenek Hera bertanya pada suatu siang.
"Oh, itu Elsa," jawab Emi sambil menyingkirkan majalah yang tadi sedang dibacanya. Ia menoleh ke arah mertuanya. "Memangnya ada apa, Ma?"
"Ya, aku mau tanya soal gelang giok antik yang tadi ada di atas nakas. Gelang itu raib entah ke mana."
Emi tahu kalau mertuanya itu memang punya gelang giok yang sering dikenakannya ke mana-mana. Katanya buat jimat penangkal sial. "Memangnya Mama yakin gelangnya hilang? Coba cari dulu yang benar."
"Nggak. Aku sudah cari ke mana-mana. Tapi gelang itu nggak ada," kata Nenek Hera. "Jadi, aku tanya si Elsa itu saja."
"Elsa lagi di tempat jemuran kayaknya. Tadi aku lihat dia sama Kak Nathan ke atas," kata Rosie yang sedang duduk di salah satu sofa membaca. Tatapannya sama sekali tidak teralihkan dari bukunya.
"Panggilin dia, Rosie," perintah Emi.
Rosie menurut. Ia menghilang ke lantai atas dan kembali membawa Elsa serta Nathan.
"Tumben Nenek mau ngomong sama Elsa," komentar Nathan.
Nenek Hera mengabaikannya.
"Ada apa ya, Nyonya?" Elsa bertanya.
"Kamu yang beresin kamar saya?"
"Ya." Elsa berubah waspada.
"Kamu lihat gelang hijau yang saya taruh di atas nakas, nggak?"
"Oh, saya lihat. Tadi waktu saya beresin kamar, gelang itu ada di sana. Saya sama sekali nggak nyentuh atau mindahin gelang itu ke mana-mana."
"Tapi sekarang gelang itu nggak ada."
Suara Nenek Hera tajam dan seakan menyalahkan.
"Jangan menuduh begitu dong, Nek!" protes Nathan. "Elsa kan nggak nyentuh gelang itu sama sekali."
"Aku tidak menuduhnya. Aku hanya bertanya."
"Coba saya yang cari," usul Elsa.
"Silakan."
*****
Lima belas menit kemudian, Elsa merasa cemas. Ia sudah mencari di setiap sudut dan tempat-tempat lain yang mungkin menjadi tempat gelang itu ditaruh. Tapi anehnya gelang itu benar-benar hilang.
Nathan yang membantunya mencari langsung berkata pada neneknya, "Nggak ada, Nek. Mungkin Nenek lupa kali."
"Aku tidak mungkin lupa," balas Nenek Hera keukeuh.
Emi, Rosie, dan Sera jadi ikutan berkumpul di kamar tamu tempat Nenek Hera tidur. Mereka jadi ikutan mencari.
"Sudahlah, Ma. Itu kan cuma gelang. Buat apa pusing-pusing cari kalau memang hilang?"
"Nggak bisa begitu. Itu kan jimatku."
"Ya, ampun. Nenek kan bisa beli lagi," kata Nathan.
"Pokoknya aku mau gelang itu ditemukan." Nenek Hera menoleh ke arah Elsa. "Hei, kamu! Jangan-jangan kamu yang mengambilnya ya kan?"
Elsa berkedip kaget karena dituduh begitu. "Nggak, Nyonya. Saya tidak akan mungkin berani mengusik barang orang lain."
"Nenek! Elsa bukan orang yang seperti itu."
Nenek Hera menuding Nathan. "Kau tidak perlu membelanya. Kau kan baru mengenalnya beberapa bulan. Kau tidak tahu apa yang ada di balik penampilannya."
YOU ARE READING
It Has Always Been You (Years, #3)
RomanceDengan membawa masa lalunya yang kelam, Elsa memasuki kehidupan barunya di rumah keluarga Jurnadi. Ia bekerja sebagai pelayan di rumah itu sekalipun seharusnya ia berada di sekolah untuk belajar dan mengejar cita-citanya. Tapi sejak itulah hidupnya...