Epilog

308 12 6
                                    

"Seneng aja terus. Seneng," sahut Kayla datar, kesal melihat ekspresi bahagia di wajah sepupunya.

Nathan terkekeh. "Kenapa, Kay? Iri aja lu. Makanya cepet cari cowok sana."

Kayla hanya memutar bola matanya dengan dramatis.

"Gimana menurut lu?"

"Gimana apa? Elsa?"

"Rumahnya, maksud gue."

Kayla mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Mereka sedang berada di ruangan kosong dari rumah yang sudah hampir jadi. Rumah itu dirancang dan dibangun oleh Nathan sendiri. Bangunannya modern dan berukuran sedang. Rumah itu belum berperabot dan masih kotor karena belum selesai finishing-nya.

"Gitulah. Bagus," komentar Kayla. "Gue sih nggak punya sense of art sama sekali. Jadi, bagus-bagus aja menurut gue. Teras belakangnya asyik juga sih. Ada gazebonya pula. Terus gue emang suka rumah yang banyak kacanya, kesannya terang."

"Sip, lah."

"Lu milih rumah ini buat jadi rumah masa depan lu sama Elsa?"

Nathan nyengir. "Yah, Elsa paling suka yang ini dari semua hasil karya gue. Jadi, nggak apa-apa deh. Tadinya gue pengen jual yang ini, tapi nggak jadi. Gue bangun lagi aja yang lain."

Kayla mengangguk-angguk. "Ngomong-ngomong mana si Elsa?"

"Paling-paling masih ada di luar sama Rosie, Sera, dan Mama." Nathan mendesah pura-pura pasrah. "Mereka berempat jadi akrab banget sekarang. Ngegosip mulu."

Kayla menaikkan salah satu sudut mulutnya. "Seenggaknya lu bahagia sekarang. Rasanya gue sampe eneg liat lu cengar-cengir melulu kalau lagi ngelamun. Pasti bejo, dah. Bengong jorok."

Nathan terkekeh. "Dasar."

"Nate, sudah selesai?" Elsa memasuki ruangan yang nantinya akan menjadi ruang tamu rumah itu. "Yang lain sudah pada lapar."

Nate tersenyum ke arah Elsa. "Aku hanya sedang ngobrol sama Kayla saja."

"Halo, Bos!" seru Kayla dengan gaya tomboinya.

Elsa nyengir ke arah Kayla. "Halo, koki!"

"Mentang-mentang udah kenal sekarang. Makin kurang ajar aja lu, Kay."

"Biarin. Siapa tau dapet kenaikan gaji nantinya."

Elsa tergelak. "Bagaimana kalau kau naik pangkat jadi asisten utama kepala koki?"

Kayla berkedip kaget. "Seriusssss?"

"Ini hanya usul. Kebetulan kepala koki suka sama cara kerjamu yang gesit. Dan kau cukup kreatif dan inovatif dalam memodifikasi resep."

Kayla langsung mendorong bahu Nathan sambil nyengir selebar-lebarnya. "Lu nggak salah pilih cewek. Gue jadi bisa ikut-ikutan kejatuhan hoki nih. Mantap, lah."

Nathan mendengus. "Elsa, jangan percaya sama anak ini. Dia itu dulu yang nyebarin gosip kalau kau itu dingin, kaku, mengerikan, dan apa lagi ya?" ujarnya iseng.

"Hei!" hardik Kayla judes. "Itu kan masa lalu. Gue cuma ngasih tau lu gosip yang gue denger. Lagian ya, Elsa..." Ia menoleh ke arah calon istri Nathan. "Si Nathan ini... walaupun cowok juga tukang ngegosip. Apa-apa pengen tau aja. Dulu juga dia yang nanya-nanya soal lu ke gue. Genit kan dia?"

Elsa tertawa. "Kurasa aku bisa membayangkannya."

"Emang dasar lu ini, Kay. Udah, deh. Kita pergi makan, yuk! Atau lu mau masak makanan buat gue?"

It Has Always Been You (Years, #3)Where stories live. Discover now