6

266 9 0
                                    


Tanpa terasa, dua minggu berlalu cepat. Elsa semakin betah bekerja di rumah keluarga Jurnadi. Setiap pagi ia membersihkan seluruh rumah, siang hari membantu Yanti masak, sekitar jam satu sampai jam tiga ia bakal duduk diam berpose untuk dilukis oleh Jerry, sore hari ia akan menyiram taman, dan malam hari ia akan bersembunyi di sudut ajaibnya untuk memperhatikan interaksi keluarga majikannya.

Elsa sangat menyukai rutinitasnya itu.

Selain itu, Rini juga tidak buruk-buruk amat. Sekali waktu ia sempat meminta Rini untuk membantunya bekerja tanpa menegur soal sifat malas sahabatnya itu. Dan Rini cukup tahu diri untuk minta maaf. Sahabatnya mau bekerja dan memperhatikan kewajibannya setelah itu.

Yah, walaupun begitu, Rini tetap menyempatkan diri untuk bertemu tukang kebun rumah sebelah yang sudah resmi menjadi pacarnya sekarang.

"Hei, namamu Elsa kan?"

Elsa yang sedang asyik mengelap kaca pintu teras langsung menoleh dan melihat Rosie berdiri di belakangnya. Ia menelan ludah gugup karena cemas. Apakah ia sudah melakukan kesalahan?

"Ya."

"Kamu boleh panggil aku Rosie."

"Eh?"

"Nggak usah terlalu sopan sama aku. Lagipula aku kan masih dua belas tahun. Kita bisa jadi seumur."

"Oh." Elsa tidak mengoreksi kalau dirinya lebih tua dua tahun dari Rosie.

Rosie berdeham dan menarik-narik rambut ikalnya tanpa sadar. "Hmm... sebenarnya aku mau nanya sesuatu sama kamu."

"Nanya apa?"

"Ada apa antara kau dan Kak Jerry? Kenapa Kak Jerry selalu manggil kamu ke kamarnya tiap siang? Kamu 'gituan' ya sama dia?"

"A-apa?!" Elsa beneran kaget, sekaget-kagetnya. Bagaimana bisa anak sekecil Rosie tahu soal 'gituan'?

Rosie membetulkan kacamata plastik berbingkai besarnya. "Jangan tersinggung begitu, dong. Aku tidak bakal marah kalau kamu suka sama kakakku itu. Walaupun aku tidak tahu apa yang menarik dari Kak Jerry sampai-sampai dulu banyak cewek yang mengejarnya. Seniman aneh yang terkesan romantis mungkin?" Ia menyeringai. "Maaf, aku memang suka kebanyakan bicara."

Elsa hanya bisa tersenyum ragu.

"Jadi, kau dan Kak Jerry pacaran ya? Sera yang bilang itu."

"Nggak, nggak," jawab Elsa cepat. "Kak Jerry minta bantuanku untuk melukis. Dia..." Ia tidak yakin Jerry mau adiknya tahu apa yang sedang dilukis cowok itu. Jadi, ia hanya berkata, "Yah, begitulah."

"Oh, jadi begitu ternyata." Rosie mengangguk-angguk. "Kau pasti orang yang menyenangkan kalau sampai Kak Jerry bisa bicara padamu."

"Memangnya kenapa?"

"Kak Jerry itu hanya mau bicara sama orang yang dia suka. Katanya, dia bisa menilai orang dari guratan wajahnya dan Kak Jerry selalu tahu siapa orang yang baik dan yang jahat."

"Oh."

"Nah, kau pasti orang baik, kalau begitu," kata Rosie dengan ceria. "Apa hobimu?"

Elsa mengerjapkan matanya cepat. Ada apa dengan kakak-beradik majikannya ini? Mereka pintar sekali membuatnya kebingungan dengan pertanyaan-pertanyaan acaknya. "Kenapa kau menanyakan itu?"

"Aku kan ingin berteman denganmu."

"Kenapa?"

"Kau banyak bertanya ya. Jawabannya adalah karena kau orang baik. Kak Jerry sudah membuktikannya."

It Has Always Been You (Years, #3)Where stories live. Discover now