Selama seminggu berikutnya Nathan tidak bisa mendekati Lisa lagi. Selain karena dirinya sibuk, Lisa juga selalu sedang bersama Paul setiap kali dirinya bertemu dengan wanita itu. Entah itu disengaja atau tidak, ia tidak tahu. Yang jelas Lisa mengabaikan perkataan apa pun yang mengarah ke topik pribadi di Whatsapp ataupun SMS.
Terkadang Nathan tidak tahu harus bagaimana lagi. Dengan dua minggu waktu yang tersisa, ia merasa ingin menyerah saja. Tapi ia tidak bisa melepaskan pikiran kalau Lisa mencintainya. Dan kenapa Lisa tetap ingin menikah dengan Paul?
Tapi untungnya ia punya pengalih perhatian yang lain. Senin itu Rosie berulang tahun. Dan sesuai tradisi keluarga, di hari ulang tahun siapa pun, selalu ada makan-makan bersama di sebuah restoran mahal. Seluruh anggota keluarga harus berkumpul dan tidak boleh ada yang absen.
Masih ada lagi.
Rosie sangat penasaran dengan Lisa karena dirinya belum memperkenalkan wanita itu. Adiknya itu memaksa ingin bertemu Lisa sebagai hadiah ulang tahunnya.
Tentu saja ia menolak. Hubungannya dengan Lisa saja tidak jelas, jadi untuk apa Rosie berkenalan dengan wanita itu? Namun Rosie tetap memaksa ingin melihat saja dari jauh, tidak perlu diperkenalkan sama orangnya juga tidak apa-apa.
Karena itulah, Rosie memilih restoran Hotel Wing Alley sebagai tempat untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-25.
"Lihat dari jauh aja, oke?" kata Nathan begitu mereka sekeluarga sampai di hotel itu untuk makan malam.
"Iya," kata Rosie gemas. "Gue kudu ngomong berapa kali coba?"
"Kalau lu mulai gatal nyamperin orangnya dan kenalan sendiri―"
"―lu bakal bunuh gue. Iya, cerewet amat."
"Lu nggak bisa dipercaya kadang-kadang."
"Tau aja lu."
"Rosie," ucap Nathan keki.
Rosie mengangkat bahu sambil menyengir jahat.
Nathan mendesah pasrah. "Ah, terserah lu aja deh."
Mereka datang ber-sembilan orang, termasuk Nenek Hera dan suami Fanny. Seorang pelayan yang sangat ramah mengantar mereka ke salah satu meja besar di tengah ruangan.
Karena kebiasaan, Nathan langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling restoran untuk mencari Lisa. Wanita itu cukup sering makan malam di hotel itu, apalagi kalau memang sedang sibuk dan malas pergi keluar lagi. Terkadang Nathan merasa aneh juga. Kenapa Lisa nggak bosan-bosannya makan di tempat yang sama? Makan siang dan makan malam pula. Walaupun kalau dipikir-pikir lagi, Lisa memang menyukai rutinitas yang sama dan teratur setiap harinya.
Dalam sekejap, matanya menangkap sosok yang familiar. Ternyata Lisa memang ada di situ. Wanita itu sedang berdiskusi dengan bartender dan kepala koki hotel. Di sebelah Lisa, Paul hanya mendengarkan sambil sesekali memberi komentar.
Nathan merasa sedikit kesal melihat Paul ada di sana bersama Lisa. Belum apa-apa dia sudah agak membenci Paul karena statusnya sebagai calon suami Lisa. Padahal dia bahkan tidak mengenal laki-laki itu. Ia pernah tergoda ingin mendekati Paul dan meminta pria itu untuk memutuskan Lisa. Tapi ia belum sampai pada tahap sesinting itu untuk melakukannya.
"Itu Lisa? Cewek yang lagi ngobrol sama tiga cowok di sana?" Rosie yang duduk di sebelahnya berbisik padanya sambil menunjuk ke arah empat orang yang sedang berdiskusi itu.
"Yup."
"Seksi, uy," komentar Rosie iseng. "Kayaknya cantik juga. Cuma kurang jelas dari sini. Samperin, yuk!"
YOU ARE READING
It Has Always Been You (Years, #3)
RomanceDengan membawa masa lalunya yang kelam, Elsa memasuki kehidupan barunya di rumah keluarga Jurnadi. Ia bekerja sebagai pelayan di rumah itu sekalipun seharusnya ia berada di sekolah untuk belajar dan mengejar cita-citanya. Tapi sejak itulah hidupnya...