38

137 6 0
                                    

Elsa berdiri di depan rumah itu dengan perasaan penuh nostalgia. Segala hal masih sama seperti dulu seakan waktu tidak pernah berjalan. Bangunan itu berdiri di sana, kokoh dan tak lekang waktu. Ia jadi bertanya-tanya... mengapa hal-hal seperti itu tidak pernah berubah dan juga tak pernah berakhir, sementara beberapa hal, tidak peduli seberapa besar kita menyayanginya, akan selalu berubah dan berakhir?

Ia mendesah pelan.

Hari sudah hampir gelap. Dan seiring malam datang, ia menjadi semakin resah.

Ia tidak bermaksud datang ke sini. Tapi ia tidak bisa menahan diri. Josh benar. Ia berhutang penjelasan banyak pada Nathan. Dan karena itulah, ia memutuskan untuk bertemu pria itu.

Ia tidak bisa menemukan Nathan di hotelnya tadi. Dan entah kenapa dirinya tidak berani menelpon untuk menanyakan keberadaan pria itu. Jadi, akhirnya ia memilih untuk datang ke rumah Nathan langsung.

Memantapkan diri, ia pun menekan bel rumah itu.

Seorang pembantu bertubuh montok dan sehat dengan wajah yang ceria keluar untuk membukakan pintu.

"Mau cari siapa?"

"Nathan-nya ada, Mbak?"

"Oh, ini temannya atau siapa?"

"Bilang saja dari Elsa."

Pembantu itu spontan melongo. "Elsa?"

"Ya."

"Kamu Elsa yang pernah kerja di sini?"

Elsa mengernyit. "Ya. Apa kita saling kenal?"

"Astaga, Sa. Ini aku, Rini. Masa kamu lupa sama teman sendiri?"

Elsa menatap tak percaya. "Rini!"

"Ya, ampun!" Dengan gerakan cepat, Rini membuka pintu pagar. Setelah pintu terbuka, ia langsung memeluk Elsa. "Aduh, aku kangen. Kamu itu ke mana saja toh, Sa?"

Perlahan Elsa membalas pelukan itu. "Kamu masih kerja di sini ternyata, Rin."

Rini menarik dirinya dan menatap wajah teman lamanya sambil tersenyum lebar. "Kamu sekarang beda, uy! Keren sekali. Kerja di mana sekarang?"

"Di kantor."

Rini tersenyum lebar. "Wah, di kantor! Kamu berhasil sukses, ya? Apa kamu akhirnya bisa sekolah?"

Elsa mengangguk dan tertawa.

"Selamat, dong! Ayo, ayo! Kamu harus ketemu Yanti sama Endi."

"Mereka juga masih di sini?"

"Iya, dong. Aku sekarang sudah nikah sama Yono, lho. Anak ana loro, wadon siji, lanang siji, wis lengkap pokoné.(Anak ada dua, perempuan satu, laki-laki satu, sudah lengkap pokoknya - Cirebon)

"Wow, hebat kamu, Rin. Yuk, masuk!"

Elsa mengikuti Rini masuk ke dalam, masih tidak percaya dirinya baru saja bertemu teman lamanya.

"Kamu kenapa nggak kasih kabar, Sa? Aku nunggu-nunggu surat dari kamu."

"Maaf, Rin," kata Elsa tidak enak.

"Nggak apa-apa. Aku ngerti kok, Sa. Aku juga nepatin janjiku. Aku nggak pernah kasih tahu Nathan soal kepergian kamu dulu," cerocos Rini. "Dan aku jadi rajin setelah kamu pergi. Aku nggak malas-malasan lagi, jadi aku dapat kenaikan gaji terus."

Elsa tersenyum. "Aku senang hidupmu baik-baik saja."

"Ah, tetap saja tidak bisa dibandingkan denganmu. Kerja di kantor, uy!" kata Rini riang. "Yanti, Endi! Lihat siapa yang datang!"

It Has Always Been You (Years, #3)Where stories live. Discover now