Lalu lintas tampak padat. Pejalan kaki berseliweran di pinggir jalan, sibuk dengan urusannya masing-masing. Suara klakson bersahut-sahutan karena kemacetan membuat suasana hati para pengemudi menjadi tidak sabaran. Dalam beberapa tahun ini, Kota Bandung menjadi semakin macet dan penuh saja.
Elsa mendesah pelan.
Dari jendela kantornya yang besar, ia bisa mengamati dengan santai kesibukan dunia luar tanpa perlu diketahui orang lain. Ada kenikmatan tersendiri bersembunyi dari semua orang.
Oh, bukan berarti ia membenci dunia luar. Saat ini ia tidak membenci apa pun. Ia bahkan sangat puas dengan hidupnya. Ia berhasil sekolah, kuliah, dan bahkan sekarang... ia menjabat sebagai managing director di Hotel Wing Alley.
Semua orang akan bilang bahwa dirinya sukses dan punya karier yang hebat. Dan ia setuju dengan perkataan itu.
Tapi... di dalam hatinya yang terdalam, ia tetap merasa kosong. Usianya hampir 27 tahun dan ia sudah berada di puncak kesuksesan. Gaji besar, pekerjaan tetap, dan kenyamanan hidup dalam kemewahan. Tidak ada lagi yang ia inginkan di dunia ini.
Kecuali pasangan hidup. Dan satu-satunya pasangan hidup yang pernah diinginkannya sudah hilang dua belas tahun yang lalu.
Setiap pagi saat ia bangun, hal pertama yang muncul di otaknya bukanlah kewajiban dan kesibukannya di kantor. Selama dua belas tahun ini, ia selalu memikirkan Nathan setiap kali ia sendirian.
Seperti saat ini.
Bagaimana kabar Nathan sekarang? Cowok itu atau lebih tepatnya pria itu sekarang sudah berusia tiga puluh tahun. Pasti sudah jauh berbeda dari laki-laki yang dicintainya dulu.
Ia ingin bertemu dengan Nathan sekali saja. Ia ingin tahu apa saja yang terjadi dengan pria itu selama dua belas tahun ini. Tapi... ia takut. Ia takut pada apa yang akan ia temukan. Sudah begitu lama. Apakah mungkin Nathan masih ingat padanya?
Saat ini, ia sangat berharap pria itu belum menikah sehingga ia masih punya kesempatan untuk mengharapkan cinta itu. Mungkin itu keinginan yang sangat egois. Tapi sekarang ia sudah sepadan dan setara dengan Nathan. Ia bukan lagi seorang pembantu yang tidak pantas mencintai anak majikannya.
Menyedihkan sekali. Bagaimana mungkin ia mengharapkan sesuatu yang mustahil seperti itu? Namun dalam hal cinta, hanya Nathan yang dibutuhkannya. Tidak ada orang lain. Tidak bisa orang lain.
Elsa memijat keningnya yang pegal dengan jari-jari tangannya. Tampaknya ia sudah ketularan Paul. Ia berubah menjadi ambisius, rakus, dan menginginkan hal-hal yang mustahil.
Tapi akhir-akhir ini ia sudah lelah. Ia lelah mengejar kekayaan dan keberhasilan terus-menerus. Mau sampai kapan?
Sayangnya, ia tidak yakin bisa berhenti. Apalagi dengan menjadi sahabat Paul, ia tidak mungkin berhenti. Paul sangat workaholic dan haus akan kekayaan. Pria itu tidak mau lagi jatuh miskin untuk yang kedua kalinya. Atau mungkin... Paul hanya tidak punya hal lain lagi untuk dilakukannya selain bekerja dan mengembangkan perusahaannya.
Dan ia sebagai orang terdekat dan juga orang kepercayaan Paul harus selalu mendukung serta membantu pria itu. Paul sudah cukup sibuk dengan perusahaannya yang tersebar di mana-mana. Perkebunan, peternakan, perumahan, tekstil, dan usaha terbarunya kini, yaitu perhotelan: Hotel Wing Alley, di mana dirinya diberi kepercayaan penuh untuk mengurus semuanya.
Mengerikan bagaimana dua orang yang haus akan kesuksesan digabungkan jadi satu. Hanya dalam dua belas tahun, Paul berhasil bangkit lagi tak tergoyahkan, padahal semuanya dimulai dari nol. Dengan bantuan dan dukungan dari dirinya, pria itu berhasil sukses dengan mudahnya.
YOU ARE READING
It Has Always Been You (Years, #3)
RomanceDengan membawa masa lalunya yang kelam, Elsa memasuki kehidupan barunya di rumah keluarga Jurnadi. Ia bekerja sebagai pelayan di rumah itu sekalipun seharusnya ia berada di sekolah untuk belajar dan mengejar cita-citanya. Tapi sejak itulah hidupnya...