Malam hari dirumah kakek Syarif mereka sekeluarga kecil itu sedang makan malam.
"Rif.. Nanti kamu akan kakek kenalkan dengan calon istri kamu." ucap sang Kakek pada Syarif membuat lelaki muda itu tersedak makanan karena memang lagi mengunyah makanan.
Ibunya Syarif, bu Marta memelototi ayah mertuanya itu dengan usaha yang sia-sia karena sang kakek tidak terlalu ambil pusing atas kelakukan sang menantu.
"Apa ayah tidak bisa menunggu Arif selesai menelan?" ujar bu Marta keki.
"Hmm.. anak ini sih tidak siap siaga." jawab pak Yanto dengan nada kesal karena menantunya menegur dirinya itu.
"Kakek..?! Saya bukannya tidak siap siaga. Tapi kakek yang tidak melihat lagi orang lain nelan atau lagi ngunyah." rutuk Syarif setelah batuk.
Sang kakek tersenyum samar melihat cucunya itu. Lalu, ia merenung sediikit tentang dirinya. Ia memang agak jahil karena sudah sangat lama tidak melihat Syarif. Ia dulu memang seorang lelaki yang sangat kolot serta angkuh. Sehingga menyebabkan anak lelakinya pergi meninggalkan dirinya kemudian menyebabkan istrinya meninggal karena sakit terlalu lama memikirkan anak mereka. Dulu ia tidak merestui hubungan anaknya.
Ivan dengan Martakarena Marta tidak sederajat dengan keluarga mereka. Mereka menikah pak Yanto datang tapi setelah itu ia langsung pulang tidak peduli dengan omongan orang lain tentang dirinya. Istrinya sangat sedih kala itu karena harus menuruti perintahnya untuk ikut pulang ke rumah dengan acara yang diselenggarakan sederhana dirumah sang wanita.
Setelah ia dan Ivan berdebat, anaknya itu pergi ke Bekasi untuk hidup dan tinggal bersama sang istri. Sampai Syarif dilahirkan ia tidak ambil pusing. Namun, ketika istrinya meninggal ia hidup dengan semua rasa kesepian. Ia sempat memanggil anaknya untuk kembali tapi IVan tidak mau karena gengsi dan sudah bisa hidup mandiri. Ia lalu hidup sendiri dengan anaknya yang sangat jarang untuk mengunjunginya karena ia juga sangat angkuh untuk sekedar menelpon atau menanyakan kabar.
Waktu silih berganti, anaknya itu ternyata sakit dan akhirnya meninggalkan dirinya dan juga istri serta anak mereka. Dengan meninggalnya Ivan, anak satu-satunya itu, ia bersikeras langsung memanggil Marta supaya tinggal bersama dirumah ini.
Rumah ini memang sangat besar untuk ditinggal sendirian walaupun banyak asisten rumah tangga. Awalnya, menantunya itu tidak mau
tinggal disini. Well, ia mengancam sedikit untuk membuat Syarif susah dalam mendapatkan pekerjaan jika Marta tidak menuruti perintahnya itu.
"Kek?! Halooo..?" suara Syarif memanggil sang kakek. Pak Yanto tersadar dari lamunannya itu.
"Hmm.. iya..?"
"Saya tidak mau melihat calon istriku itu!" ucap Syarif cepat.
"Why?" tanya sang kakek.
"Saya mah sudah dewasa kek, saya bisa cari sendiri nanti."
"Alaa.. ini wanita sangat yahut untuk kamu, ia seorang model, pasti wajah serta tubuh model kamu tahu sangat paham." lanjut sang kakek.
"What?! Model? Oh ya ampun kakek, model itu rata-rata kurus tinggi langsing." jawab Syarif ngeri, ia menantap ibunya untuk meminta pertolongan dari isyarat mata.
Sang ibu belum bisa memberikan pertolongan karena belum tahu ke arah mana sang ayah mertua ini bicara, kalau tentang seorang istri sih ia sudah tahu, tapi tidak yang lain.
"Apa maksud kamu kurus langsing? Kalau ia jadi istri kamu nanti, ia akan kita beri makan banyak dan tidak usah bekerja lagi." sang kakek bersikukuh pada Syarif.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI KAMU APA ADANYA {Geng Rempong : 4}
RomanceAku, Syarif Pahlepi Diwantoro, 30 tahun, seorang lelaki sederhana yang dari kecil sudah mengenal kata susah dan berjuang sendirian lantaran ayahku sudah meninggal dunia. Ketika kakekku mengakui diriku sebagai cucu satu-satu dari pewaris keluarga Diw...