Siang harinya, Amel di scan. Syarif dan pak Prayitno menunggu di depan koridor dengan sabar. Haris belum datang menjenguk lagi. Mungkin lelaki itu sibuk mengurus para pelaku kejahatan.
"Sabarlah nak, ini pasti akan berlalu. Ayah yakin Amel akan baik-baik saja." ungkap pak Prayitno pada Syarif sambil mengusap bahu lelaki muda itu.
Syarif menatap wajah ayah mertuanya dengan pandangan menerawang.
"Aku berharap istriku tidak apa-apa ayah. Aku sih tidak masalah ia tidak mengingat diriku asal dirinya sehat. Karena kesehatan Amel lebih penting ketimbang mengingat diriku ini." balas Syarif dengan bijaksana namun hatinya berdenyut nyeri.
Pak Prayitno sang suka dengan pemikiran Syarif ini. Menantunya yang hebat.
"Iya kamu akan mengenal Amel dari awal lagi jika ia tidakmengingat dirimu." balas ayahnya Amel.
"Iya, anggap saja kami berteman dari awal." balas Syarif lagi.
Dokter keluar dari ruangan scan. Syarif langsung berdiri dan menghampiri sang dokter.
"Kita ke ruangan saya saja ya. Kita akan membahasnya di sana. Mari pak Prayitno." ajak dokter itu ramah.
Mereka berdua ke ruangan dokter. Mereka di persilahkan duduk oleh sang dokter.
"Begini pak Prayitno, nak Syarif. Di dalam kepala Amel itu ternyata ada memar. Kepalanya tidak benjol tapi memar di dalam. Mungkin sewaktu kejadian Amel terbentur. Tapi bukan terbentur dengan yang tajam." jelas sang dokter.
"Terbentur sesuatu yang tidak tajam. Apa maksudnya dok?" tanya Syarif agak bingung.
"Hmm.. maksud saya begini. Mungkin kepala Amel terangkat dan terbentur di mobil, lantai atau dinding atau karena pukulan yang sangat kuat bisa membuat otaknya memar secara tidak langsung." jelas dokter itu sambil sekarang memperlihatkan hasil scan di layar hitam putih.
Pak Prayitno dan Amel terkesiap karena sekarang bisa melihat memar itu di dalam otak Amel. Orang mungkin tidak mengira akan memar di dalam. Tapi, ini memang kejadian. Memar itu seperti goresan yang membiru seorang di pukul.
Hati Syarif seolah hampa. Ia akan bekerja keras membuat Amel mengingat dirinya.
"Tapi, kalian tidak perlu khawatir. Amel ini wanita kuat. Ia akan cepat mengingat tergantung dengan kemauan dari dalam dirinya untuk mengingat. Usahakan untuk tidak memaksa terlalu keras. Karena semakin di paksa otaknya tidak mau bekerja." jwlaepak dokter dengan gamblang.
Kedua orang terdekat Amel itu menganggukkan kepalanya dengan paham.
"Baiklah. Kita akan menjaga Amel secara baik. Kalian boleh membawa Amel pulang asal di jaga dan rawat jalan." lanjut dokter itu.
"Oke dokter. Kami akan membawa pulang Amel sore ini. Setelah menyelesaikan administrasi." balas pak Prayitno dengan nada agak lega.
"Silahkan kalau begitu." pak dokter mempersilahkan Syarif dan pak Prayitno untuk keluar jika selesai.
Syarif dan pak Prayitno keluar dari ruang dokter. Dokter menerima jabatan tangan kedua pria itu dengan tersenyum tenang
***
Amel berpikir sendirian di dalam ruangan scan tadi. Kenapa hidupnya menjadi begitu. Ia sudah menikah dengan seorang lelaki yang sangat tampan membuat hatinya kebat-kebit hanya melihat wajah lelaki itu.
Kenapa ia tidak bisa mengingat suaminya itu?
Kenapa ia menikah terlalu cepat?
Dan kenapa ia sampai di culik?
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI KAMU APA ADANYA {Geng Rempong : 4}
RomanceAku, Syarif Pahlepi Diwantoro, 30 tahun, seorang lelaki sederhana yang dari kecil sudah mengenal kata susah dan berjuang sendirian lantaran ayahku sudah meninggal dunia. Ketika kakekku mengakui diriku sebagai cucu satu-satu dari pewaris keluarga Diw...