Bu Marta mengamati Amel dengan penuh perhitungan. Ia akan membuat sesuatu terjadi pada diri wanita itu. Semoga ia tidak khawatir kelewatan berbuat seperti itu.
"Nah, sudah beres!" ucap bu Marta.
"Horeee.. Yes..!" balas Kusuma sambil tos dengan Sari. Mbak Dian terkekeh sedangkan Janet menyeringai lebar. Amel hanya mesem-mesem saja melihat tingkah laku nyonya Rendy ini.
"Yukss.. kita keluar mencari suami kita. Boleh ya bu Marta?" pinta Kusuma pada ibunya Syarif itu.
"Boleh sayang. Terima kasih banyak ya." ucap bu Marta lembut pada Kusuma.
"Sama-sama. Yuk ahh jeng Sari, mbak Dian. Janet kamu mau ikut ke ruang keluarga?" tanya Kusuma pada si model.
"Hmm.. iya.. " jawab Janet.
"Amel..?" Kusuma menoleh pada Amel.
"Ehh.. Amel ibu pinjam dulu sebentar ya nak Kus.. " jawab bu Marta cepat pada Kusuma.
"Oke.." balas Kusuma tenang.
Mereka berempat keluar dari dapur dan menuju ruang keluarga.
Amel menyusuri koridor luas di lantai atas. Ibunya hanya bergumam 'iya' dengan pelan.
Sampai di sebuah pintu kayu berat. Bu Marta membuka pintu itu dan segera masuk ke sebuah ruangan yang ternyata teman tidur. Tapi, tempat tidur ini tidak terpakai batin Amel agek bingung karena ruangan ini sangat rapi.
"Bu, kenapa kita ke kamar ini?" tanya Amel waspada.
Bu Marta tersenyum lembut pada wanita yang disukai oleh anaknya ini.
"Hmm.. ini kamar tamu di bagian atas. Ibu mau kamu di sini sebentar ya. Ibu ambil gaun dulu untuk dipakai oleh kamu." jelas bu Marta pada Amel.
"Gaun..? kenapa dengan pakaianku ini bu?" jantung Amel kembali berdebar-debar kencang.
"Pakaian kamu bagus nak, tapi mungkin kamu harus memakai gaun supaya tambah cantik dan manis. Ibu ada beli khusus untuk kamu." papar bu Marta pelan.
"Untukku?" Amel menjadi semakin bingung.
"Iya.. untuk kamu. Ibu ada lihat sebuah gaun manis di mall waktu itu ketika kita bertemu. Kamu ingat kita bertemu di mall?"
Amel mengangguk pelan.
"Nah, ibu jadi ingat kamu, dan beli gaun ini deh. Ayolah.. senangkan hati ibu. Ibu sangat menyukai kamu nak." bu Marta mengelus pipi Amel dengan kasih sayang.
Amel tersenyum agak terenyuh karena ia seketika mengingat ibunya yang sudah tiada. Ia kembali mengangguk pada bu Marta.
"Tunggu sebentar di sini ya, ibu tidak akan lama. Don't go anyware!" suara bu Marta tegas tidak mau di bantal.
Amel duduk di tepi tempat tidur menunggu ibunya Syarif itu membawa gaun.
Klik.
***
Pintu di kunci oleh bu Marta dari luar. Ia membiarkan kuncinya tetap di lobang kunci.
"Maafkan ibu nak, dengan cara ini maka Syarif tidak akan ditunangkan dengan Janet. Semoga kamu berpikiran jauh kedepan nanti. Ini semua demi kebaikan kamu juga. Ibu tahu kamu setidaknya menyukai anak ibu itu." ucap bu Marta pelan sambil bergegas pergi.
Ibunya Syarif mengetik pesan untuk anaknya yang isinya untuk mengambil gaun di kamar tidur tamu lantai atas. Gaun itu ada di dalam lemari.
Send.
Pesan sudah terkirim. Tinggal ia menunggu waktu saja untuk memainkan sandiwaranya.
"Semoga ini berhasil." ucap bu Marta dengan tangan agak sedikit bergetar karena selesai mengirimkan pesan pada anaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI KAMU APA ADANYA {Geng Rempong : 4}
RomanceAku, Syarif Pahlepi Diwantoro, 30 tahun, seorang lelaki sederhana yang dari kecil sudah mengenal kata susah dan berjuang sendirian lantaran ayahku sudah meninggal dunia. Ketika kakekku mengakui diriku sebagai cucu satu-satu dari pewaris keluarga Diw...