Penjelasan

1.5K 102 3
                                    

Amel terdiam mendengarkan perkataan Syarif tersebut. Ia memang wanita bertipe agak sombong. Tapi, bukan sombong karena ia wanita kaya, ia hanya menjaga dirinya dari incaran para lelaki yang hanya mau mendompleng atau 'menumpang hidup' saja pada kekayaan keluarganya itu.

"Saya..aa jangan salah sangka dulu dong." ucap Amel dengan pelan. Syarif mau menjawab perkataan Amel ketika rombongan Kusuma mendekati mereka.

"Amel..?!" suara Kusuma terdengar terkejut dan agak shock gimana gitu.

Rombongan teman yang lain juga terlihat pada begong. Sepertinya Amel sudah menjadi pusat perhatian para teman Syarif ini.

"Eehh.. mbak Kusuma.." Amel mendekati nyonya muda tempat ia pernah bekerja mengasuh

Amar itu lalu menyalami Kusuma. Kusuma menerima uluran tangan Amel tersebut dan langsung menarik lengan wanita muda itu.

"Apa kamu sedang bermain dengan lelaki cantik temanku ini, Mel? Dan apa kamu bisa menjelaskan kenapa kamu berada disini? Apa kamu sedang menjadi baby sitter lagi atau sudah berubah menjadi anak penurut ayah kamu? " bisik Kusuma pelan di teling Amel sambil cipika-cipiki ala ibu-ibu arisan.

Amel terdia mendengar ucapan Kusuma, pipinya bersemu merah.

"Saya..hmm.. itu mbak. Maafkan saya ya.." ucap Amel tidak tahu harus mulai dari mana.

Kusuma mengamati wajah Amel yang agak tidak enak hati. Ia sebenarnya tahu bahwa Amel ini bukanlah sosok baby sitter. Ia sih tidak masalah wanita muda ini bekerja di rumahnya untuk menjaga Amar.

Dan ia tidak sengaja mendengar suaminya sedang bercakap-cakap dengan Dicky tentang Syarif yang sedang mencari informasi tentang Amel si babysitter mereka ini dulu.

Kusuma pun tahu kalau Amel bukanlah wanita biasa. Dari gaya ia bertutur kata, pembawaan diri yang elegan, serta berpendidikan. Well, bisa di bilang anak orang kaya. Menurut Kusuma, mungkin Amel ingin mencari pengalaman dan hidup mandiri. Ia tidak pernah untuk mengusik Amel yang minta izin untuk bertemu dengan kakaknya jika ada urusan keluarga.

Sepertinya Amel di sini menghadiri acara Syarif bersama salah satu keluarganya entah ayah atau ibu wanita itu. Acara ini diselenggarkan untuk kalangan pengusaha atas dan teman terdekat kakek Syarif saja. So, Amel pasti dari kalangan atas pikir Kusuma jeli.

"Hmm.. tidak apa-apa sayang. Kamu tidak salah kok. Semua orang bebas menentukan hidupnya sendiri.
Tidak ada yang boleh memaksakan seseorang untuk menjalankan hidup  tidak dengan kemauannya. Iya kan mas?" ucap Kusuma pada Rendy yang mendengarkan sambil menatap wajah Syarif yang terlihat jadi tertutup.

Andi, Sari, Bram dan Dian hanya mengamati interaksi Kusuma dan Amel serta wajah teman mereka yang sekarang menjadi dingin.

Dian agak takut ketika melihat wajah Syarif seperti itu. Itu adalah diri Syarif yang sebenarnya. Syarif yang biasanya riang serta supel hanya untuk melindungi dirinya dari keadaan yang tidak enak seperti ini. Ada apa dengan Syarif dan Amel? pikir Dian penasaran.

"Lady, tidak usah dipikirkan terlalu keras. Syarif mah harus bisa menghadapi masalahnya sendiri dengan seorang wanita. Aku yakin Syarif ini ada hati dengan Amel. Tapi, agak terganjal sesuatu." bisik Bram di telinga Dian sambil mencium teliga lembut wanita pujaannya itu membuat sang istri merinding.

"Tapi kang, apa akang tidak bisa melihat wajah Syarif yang begitu dingin?" bisik Dian di rahang suaminya.

"Hmm.. itu wajah dingin yang bagus untuk lelaki cantik itu." bisik Bram lagi.

Dian terkekeh dan Bram mengeratkan pelukan dipinggang istrinya. Andi dan Sari hanya mengamati teman mereka itu dengan saling melemparkan pandangan 'apa di sini sedang ada akting film ya aa?' mata Sari berbinar memandang wajah suaminya yang tinggi disebelahnya itu.

MENCINTAI KAMU APA ADANYA {Geng Rempong : 4}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang