Aktivitas Syarif rehat sejenak dari segala macam laporan dan hitungan tentang bisnis. Sekarang ia berada di meja makan untuk sarapan.
"Nak, nanti siang temani ibu ke toko baju ya. Ibu ada pesen sesuatu untuk acara peresmian kamu nanti menjadi kepala perusahaan."
Ibunya Syarif berkata dengan penuh antusias pada anak lelakinya itu.
"Hmm.. iya bu. Nanti ibu panggil saja saya ya." jawab Syarif cepat pada sang ibunda.
"Kamu memang anak yang penurut." balas bu Marta.
"Penurut apanya. Ketemuan sama anak temanku saja tidak mau." sambar pak Yanto sambil menghirup teh.
Syarif memelotot memandang sang kakek karena pagi-pagi sudah mau mengajak berdebat lagi. Kakek yang dipandangi hanya mengangkat alisnya saja menantang sang cucu.
"Arifff.. "
Suara ibunya memperingati anaknya untuk tidak hilang kendali.
Akhirnya mereka sarapan dengan tenang. Syarif tidak terpancing sang kakek yang berusaha membuat dirinya marah.
"Rif, teman kamu yang bernama Bram itu berbisnis dalam bidang perhotelan kan?" suara kakek Syarif kembali terdengar.
Syarif hanya mampu mengangguk merespon pertanyaan kakek karena sedang menggigit roti.
"Hmm..lelaki muda yang sukses. Kakek mau kita berkerja sama supaya perusahaan kita semakin melebarkan sayapnya." ucap pak Yanto setengah melamun.
Syarif hanya memandang sang kakek dalam diam. Bram sih memang mau bekerja sama dengan perusahaan dirinya itu. Tapi, nanti setelah ia paham dengan terlebih dahulu supaya semuanya lancar.
Setelah sarapan, Syarif mau berlari-lari saja di taman belakang rumah besar kakeknya ini. Kalau ia tidak olahraga, Bisa-bisa lemak di tubuhnya tidak keluar.
Syarif mengambil jaket kaos berwarna hitam, ia mengenakan celana panjang training. Dulu setiap minggu ia training bersama sang bos serta rekan kerjanya. Ia jadi rindu sama teman-teman itu. Tapi, semenjak bosnya menikah, ia yang kebanyakan memimpin latihan training karena Rendy harus lebih banyak meluangkan waktunya untuk keluarga.
Syarif keluar ke taman belakang. Ia melakukan pemanasan agar tidak mengalami kekeraman bahkan cidera. Selama sepuluh menit pemanasan, ia berlari menikmati udara sejuk di kota ini.
Syarif belum pernah keluar dari rumah ini untuk mejeng ke suatu tempat. Nah, siang nanti ia akan pergi bersama sang ibu ke Mall.
Dengan semangat ia berlari berulang kalo mengitari taman belakang. Ia juga melakukan latihan bela diri sendiri untuk tetap menjaga daya tahan tubuh serta untuk keselamatan diri.
Ia dan bosnya dulu suka sekali latihan bertarung. Bosnya itu sungguh keren dalam hal bertarung, dengan tubuh tegsl serts kokoh bos Rendy bisa memukul orang dengan sangat akurat. Mereka juga suka boxing kalau bosnya sedang galau.
Syarif teringat waktu wajahnya babak belur karena sang bos galau memikirkan mbak Kusuma. Ia juga yg menawarkan diri untuk jadi partner boxing sang bos.
Ia sekarang sendiri seperti ini tanpa teman dekat. Ia dulu di kost memang sendirian tidak merasa sepi. Ia masih butuh adaptasi. Setelah berlari, mandi, ibunya Syarif mengajak lelaki ini ke Mall.
Syarif memarkirkan mobil yang diberikan sang kakek kepadanya di saat ia tiba di Bogor. Ia keluar dari mobil dan mau membukakan pintu penumpang untuk ibunya. Tapi, sang ibu sudah turun duluan. Ia mengusap rambutnya dengan keki. Maksud hati ia mau menjadi seorang gentelmen tapi ibunya ini tidak membiarkan hal itu terjadi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI KAMU APA ADANYA {Geng Rempong : 4}
RomanceAku, Syarif Pahlepi Diwantoro, 30 tahun, seorang lelaki sederhana yang dari kecil sudah mengenal kata susah dan berjuang sendirian lantaran ayahku sudah meninggal dunia. Ketika kakekku mengakui diriku sebagai cucu satu-satu dari pewaris keluarga Diw...