Syarif membimbing wanita itu untuk duduk di kursi yang ada di koridor.
"Ada apa A'..?" suara Amel terdengar agak ketus.
Syarif terdiam mendengar nada tidak bersahabat itu dari Amel.
"Hmm.. maafkan aku."
"Untuk apa?"
"Untuk semuanya.. Aku.."
"Apa aa benar mau di jodohkan dengan Janet, si wanita model cantik itu?" tanya Amel tanpa basa-basi lagi.
"Hmm.. itu.. kakekku memang merencanakan perjodohan. Tapi, belum terjadi bukan? Aku tidak menyukai Janet untuk di jadikan seorang istri. Aku menganggap Janet itu seorang teman seperti aku pada Kusuma."
"Terus..?"
"Ya.. aku pikir kakekku itu tidak terlalu serius untuk mengumumkan perjodohan itu hari ini. Tapi, aku tidak tahu kenapa kakek sampai terkena serangan jantung dan ibuku itu menyuruhku untuk mengambil gaun di kamar tidur yang ada kamunya di dalam." jelas Syarif agak bingung.
"Iya ya A'.. apa ibunya aa itu punya penyakit lupa?" tanya Amel jadi ikutan bingung.
"Tidak mungkin ibuku itu pelupa. Aku rasa ibuku itu sengaja melakukan ini semua." lanjut Syarif.
"Tapi, untuk apa yang aa..?"
"Hmm.. entahlah. Mungkin ibuku tahu kalau aku tidak mau di jodohkan dengan Janet. Apa kamu suka kalau aku di jodohkan dengan orang lain?" Syarif jadi bertanya pada Amel.
"Tidak.. ehh.. maksud saya.. tidak tahu." balas Amel gugup.
Syarif berdiri dari kursi dan mendekati kursi Amel.
"Jawab yang jujur kitten, apa kamu suka kalau aku dijodohkan?" tanya Syarif dengan suara rendah.
Amel menatap wajah Syarif, "Tidak.." jawab Amel.
Syarif tersenyum misterius. Setidaknya ia tidak bertepuk sebelah tangan dalam hal perasaan menyukai.
"Hmm..kalau begitu setidaknya hari ini aku selamat dari perjodohan." papar Syarif pelant. Ia mengusap rambut di dahi Amel dengan penuh kasih sayang.
Amel tersenyum kecil. Tapi, ia tidak mau membuat kakeknya Syarif itu bersedih karena ia dekat pada Syarif.
"Tapi Aa, saya tidak mau menjadi penghalang dari rencana pak Yanto itu. Aa harus menurut pada permintaan kakeknya Aa itu jika tetap menjodohkan dengan Janet." ucap Amel sedih.
"Tidak.. aku akan menolak jika masih harus di jodohkan dengan Janet. Aku tidak masalah di usir dari rumah ini dan hidup dengan sederhana seperti di Bandung. Tidak apa-apa asal aku hidup bahagia dan bisa menjalankan hidupku sendiri." ungkap Syarif dengan sungguh-sungguh.
Amel bergetar ketika mendengar nada serius yang di ucapkan Syarif itu. Ia mengerti apa maksud lelaki itu. Sangat tidak enak hidup di bawah bayang-bayang keluarga kita yang kaya jika kita sendiri belum sukses. Amel juga merasa seperti itu, makanya ia harus berusaha sendiri sekarang untuk bekerja dari awal di perusahaan ayahnya.
"Apa aa tidak menyesal jika tidak hidup lagi dalam bergemilang harta?" tanya Amel pelan.
Syarif mengusap rahang Amel dengan tatapan sendu.
"Kenapa harus menyesal? Bukankah harta itu hanya titipan, dan aku bisa tetap makan walaupun hidup tidak kaya." jawab Syarif simple dan logis.
Amel tersenyum bangga pada lelaki didepannya ini. Tipe lelaki kuat.
"Ayo kitten kita segera turun, nanti kakak kamu bisa-bisa memukulku karena terlalu lama bercakap dengan dirimu." ucap Syarif sambil menarik pergelangan tangan Amel untuk membantu wanita itu berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI KAMU APA ADANYA {Geng Rempong : 4}
RomansaAku, Syarif Pahlepi Diwantoro, 30 tahun, seorang lelaki sederhana yang dari kecil sudah mengenal kata susah dan berjuang sendirian lantaran ayahku sudah meninggal dunia. Ketika kakekku mengakui diriku sebagai cucu satu-satu dari pewaris keluarga Diw...