Lupa Ingatan?

1.2K 84 1
                                    

"Tidak.. tidak.. Ayaaaahhh.. Aa Hariiiissss..?!"

Amel berteriak serak mencari ayah dan kakaknya. Ia panik karena ada lelaki yang berada di dekatnya itu. Lelaki yang sangat tampan serta tidak ia kenal itu.

Pintu terbuka dan ada seorang perawat masuk dengan wajah agak waspada. Perawat itu memandangi Amel dan Syarif secara bergantian.

"Ada apa ini?" tanya perawat itu pada lelaki tampan yang sekarang berdiri di belakang Amel.

Amel menjadi agak gemetaran. Ia tidak bisa mengingat kenapa ia berada di sini. Ini pasti rumah sakit karena di lihat dari pakaian yang ia kenakan dan juga ruangan kamar ini.

"Saya.. saya.. suster.. kenapa saya ada di sini? Mana ayah saya. Tolong panggilkan ayah saya, please?" ujar Amel pada perawat itu.

Lelaki di belakang Amel terkesiap sedih. Amel tidak mengerti kenapa lelaki itu sedih. Ia menoleh dan menatap lelaki tampan itu. Si 'cantik' itu menatap dirinya dengan mata yang bersinar terluka.

"Hmm.. baiklah. Mbak Amel berbaring dulu saja. Saya akan periksa tekanan darah terlebih dahulu. Nanti, saya panggil ayah mbak Amel. Mari.. " ajak perawat itu pada Amel dengan maksud di dorong ke tempat tidur.

"Tidak.. saya tidak apa-apa. Saya tidak mau berbaring." balas Amel takut. Ia panik dan membuat lelaki itu bersuara.

"Turuti saja perawat itu kitten, kamu akan baik-baik saja di sini. Tenanglah please.." suara lelaki itu sangat lembut tapi masih sedih.

Amel terdiam sebentar sambil mengamati mata Syarif yang menatapnya untuk menyuruh dirinya tenang. Ia jadi menurut.

"Janji tidak di ikat? Saya takut di ruangan ini. Saya tidak suka rumah sakit." ucap Amel pelan.

"Kenapa kamu harus di ikat mbak? Saya hanya mau memeriksa saja." balas perawat itu sambil memegang lengan Amel untuk di ajak ke tempat tidur.

"Itu.. kalau di film orang yang berteriak-teriak suka di ikat." jawab Amel polos.

Syarif tersenyum sedih. Ia tidak bisa berkata-kata karena otaknya tumpul.

"Saya janji tidak akan mengikat mbak." lanjut sang perawat. Amel tersenyum ragu dan tipis.

Sang perawat memeriksa tekanan darah serta detak jantung Amel.

"Mbak suster, saya kenapa ya? Kok ada lelaki tampan ini di sini sih?" bisik Amel pada perawat itu.

Si perawat jadi terkejut karena ucapan Amel itu. Ia memandangi lelaki tampan yang di maksud oleh Amel itu. Apa wanita ini tidak mengenal atau tahu bahwa lelaki itu suaminya sendiri batin perawat itu.

"Gawat.. " gumam perawat muda tersebut.

"Gawat apanya mbak?" tanya Amel bingung.

"Hmm.. saya harus menemui dokter secepatnya. Mbak tenang saja dulu. Sekalian saya menelepon ayah mbak Amel ya." jawab si perawat.

"Tapi, saya tidak mau di tinggal sendirian." lanjut Amel waspada karena si perawat sudah beres-beres alat pemeriksaan.

Lelaki itu menatap Amel dengan tatapan datar terkesan dingin bercampur bingung.

"Tidak apa-apa mbak Amel, ada pak Syarif disini." perawat itu berusaha menenangkan Amel.

"Tapi..?"

"Jangan banyak tapi kitten, kamu akan tetap berada di sini sampai dokter spesialis kamu datang. Aku tidak akan menggangu kamu. Aku janji." ucap Syarif dengan nada lembut tapi dingin membuat Amel terdiam.

"Mbak suster silahkan cari dokter. Aku akan menjaganya dengan aman." perintah Syarif pada perawat itu.

Si perawat langsung sigap keluar mendengar perintah dari Syarif itu. Ia menganggukkan kepalanya tanda permisi.

MENCINTAI KAMU APA ADANYA {Geng Rempong : 4}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang