Minggu sudah tiba, rumah Syarif yang besar bisa menampung banyak orang itu pin sudah di bersihkan. Sang kakek agak cerewet dengan detail debu ataupun tata ruangan.
"Itu.. disana.. jangan kamu letakkan di bawah cermin Marta." pak Yanto mengocehi menantunya yang mau meletakkan vas bunga di bawah cermin ruang keluarga.
"Ayah.. vas bunga ini mah memang bagus di sana."
"No...pokoknya tidak disana."
Pak Yanto tidak mau mengalah membuat Marta tersenyum masam.
"Baiklah." jawab Marta pendek.
Pak Yanto tersenyum lebar. Ia sangat suka kalau semua orang menurut padanya.
Sampai selesai kakek Syarif mengamati persiapan. Ia ingin rumah ini terlihat bersih ketika para tamu datang, apalagi nanti ia mengumumkan perjodohan cucunya dengan anaknya pak Aslin Amardi, teman bisnisnya itu.
"Nah, semuanya beres. Saya mau bersiap-siap dulu ya ayah.. " ucap bu Marta pada sang mertua.
"Iya, silahkan. Aku mau duduk saja di ruang tamu menunggu tamu pertama." kakeknya Syarif membalas omongan Marta.
Ibunya Syarif mengangguk pelan, lalu bergumam permisi pada ayah mertuanya dan naik ke kamar tidurnya.
Pak Yanto yang sendirian di ruang tamu mengeluarkan handphonenya dan bermain games. Ia suka sekali bermain Clash of Clans. Yang walaupun sudah tua ia juga mau bermain seperti orang muda. Toh, games bukan untuk orang muda saja batin senang.
"Nah, kita bangun dulu benteng untuk pertahankan. Setelah itu, aku akan membeli prajurit. Semoga 'pertempuran' ku berhasil juga di dunia nyata ini."
***
Syarif mondar-mandir di dalam kamarnya. Ia tahu semua orang mungkin sudah ada yang datang ke rumah ini. Ia mengenakan jas hitam serta dasi karena acara ini formal.
Ia harus keluar sekarang. Mungkin teman-temannya sudah datang juga karena sekarang sudah pukul 10 pagi. Acara di mulai jam 11 siang. Mereka akan santap siang bersama, acara sih sampai selesai kakeknya Syarif mengumumkan perjodohan dirinya dengan si model.
Syarif keluar dari kamar dan langsung mendengar suara percakapan yang terjadi di ruang keluarga serta ruang tamu. Syarif juga mendengar celotehan anak-anak yang ia asumsikan pas rombongan si kembar.
Ia turun menyusuri tangan dengan pelan, semoga semuanya tidak lancar batin Syarif penuh harap.
"Uncleeeee Arrriiff..!" teriak Anna membuat semua orang kaget.
Syarif terkekeh pelan. Dasar anak yang sama persis dengan mommy balita itu dalam hal suara pikir Syarif keki.
Rendy tersenyum lebar karena anak yang di gendongannya ini berteriak kepada Syarif dengan suara kencang.
"Stts.. jangan berteriak seperti itu sayaw, kamu kan princess." tegur Kusuma dengan lembut, wajahnya memerah karena semua orang jadi memperhatikan keluarganya ini.
Syarif langsung menuju ke arah Rendy dan Kusuma yang berdiri di dekat sofa. Ia memeluk sang bos dengan canggung karena ada Anna di tengah mereka.
"Saya mau juga peluk uncle." ucap Anna dengan lembut.
Syarif mengangkat balita itu dan memeluk boneka kesayangan keluarga Rendy ini dengan kasih sayang. Anna menyeringai suka.
Lalu, Anna mencium pipi Syarif dengan bersuara 'Muachh'. Syarif terkekeh lagi.
"Mau turun.. turun.. " ujar Amar pada ibunya.
"Don't run ya son.." Kusuma menurunkan Amar dengan pelan ke lantai sambil memperingati anaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI KAMU APA ADANYA {Geng Rempong : 4}
RomanceAku, Syarif Pahlepi Diwantoro, 30 tahun, seorang lelaki sederhana yang dari kecil sudah mengenal kata susah dan berjuang sendirian lantaran ayahku sudah meninggal dunia. Ketika kakekku mengakui diriku sebagai cucu satu-satu dari pewaris keluarga Diw...