Setelah ibunya Syarif menanyakan ini dan itu, gantian kakeknya Syarif yang bertanya kenapa ada seorang perawat di rumah mereka.
"Apa akamu sakit serius nak?" tanya pak Yanto penuh kekhawatiran pada Amel.
Amel tersenyum lembut mendengar kakek sang suami begitu khawatir pada dirinya.
"Tidak kok kek.. hanya saja, Linda akan memantau saya jika saya ada keperluan jikalau sakit perut, kontraksi dan mau melahirkan. Supaya siap sedia saja." balas Amel dengan lembut.
"Oohh.. yah... itu sangat bagus nak. Kakek setuju dengan pemikiran kamu ini. Silahkan istrihat saja. Biar ibu kamu yang membantu perawat ini menemukan kamarnya jika berada disini." ujar pak Yanto sambil mengawasi Linda dengan mata tuanya tapi setajam elang.
"Iya.. ayo Aa.. saya mau istirahat di kamar saya sendiri.. Kamar Aa maksudnya." suara Amel berbisik lembut di telinga sang suami.
Syarif mengangguk pelan, sambil menggesekkan kepalanya di dahi Amel.
"Maaf.. kami permisi.." Syaif langsung naik menuju kamarnya sambil menggendong istri tercinta.
"Dimana ya aku pernah melihat kamui nak?" pak Yanto menatap Linda dengan dahi di kerutkan.
Linda gugup, semoga saja ia tidak masuk berita kriminal ketika membantu Yogi menguras perusahaan Amel sang menantu di rumah ini.
"Aahh.. ayah pasti salah lihat.. Mata ayah kan bersinar kalau lihat yang geulis-geulis.. Ayo nak Linda.. kita ke kamar kamu." bu Marta meninggalkan ayah mertuanya yang mengerutu tentang perusak suasana saja.
"Memangnya aki-aki tidak boleh melihat yang geulis?"
***
Selama masa Amel yang agak lelah sehabis pulang dari honeymoon, Syarif tidak menganggu istrinya lagi. Alias tidak mendekati istrinya terlalu rapat, takut ia kebablasan malah membuat istrinya masuk klinik lagi.
Amel yang berbaring sendirian tanpa sang suami mengelus punggungnya menjadi resah. Ada apa dengan suamiku batin Amel sambil memandangi kepala Syarif dari belakang karena lelaki itu sedang menonton TV di ujung tempat tidur mereka.
"Aa..?" panggil Amel membujuk.
"Hmm..?" respon Syarif pendek.
"Kenapa atuh nontonnya diujung sana. Disini kan bisa..?" tanya Amel penasaran.
"Tidak apa-apa kitten.. Aku takut menganggu kamu saja." balas Syarif terkesan cuek.
Mata Amel mulai berkaca-kaca. Ia merasa sang suami tidak mau berada di dekatnya karena tubuhnya sudah mulai gendut dan terlalu montok.
Syarif yang merasakan perubahan suasana kamar jadi menoleh dan melihat wajah mendung sang istri yang mau menangis. Syarif langsung bangun dari sofa dan melesat ke tempat tidur.
"Kitten..?"
"Ada apa..?"
"Ayolaah.. jangan begini dong..?"
Syarif memegang lengan istrinya. Amel menundukkan kepalanya seolah malu karena terus berkembang menjadi gendut.
"Tidak mau..?!" Amel berusaha melepaskan dirinya dari sang suami.
Syarif jadi bingung dengan sikap istrinya itu.
"Saya mau ke sana dulu.. " tunjuk Amel ke arah tirai. "Tidak usah di gendong, saya bisa jalan sendiri. Awas kalau mengendong!' suara Amel mengeras.
Syarif membiarkan istrinya beringsut dari tempat tidur menuju jendela.
Amel yang merasa gerah mendekati jendela dan mulai membuka gaunnya. Syarif melotot melihat istrinya berbuat seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI KAMU APA ADANYA {Geng Rempong : 4}
RomanceAku, Syarif Pahlepi Diwantoro, 30 tahun, seorang lelaki sederhana yang dari kecil sudah mengenal kata susah dan berjuang sendirian lantaran ayahku sudah meninggal dunia. Ketika kakekku mengakui diriku sebagai cucu satu-satu dari pewaris keluarga Diw...