Kusuma tersenyum malu atas perkataan anaknya itu.
"Ughh.. anak mommy ini.. bawel amat sih..?" rutuk ibunya. Si Amar hanya nyengir lebar saja, sangat mengemaskan.
Haris mengembalikan Anna pada sang baby sister.
"Uncle siapa di rumah ini?" tanya Anna pada Haris sok SKSD.
"Hmm,, uncle adalah kakaknya teteh Amel." balas Haris dengan senyuman masih lengket di bibirnya.
"Ohhh.. brother.. seperti Amar dan Amir ya?" lanjut Anna sambil membandingkan dengan kakak-kakaknya itu.
"Iya.. bisa dibilang begitu." jawab Haris lagi.
"Oke.. sekarang Anna sudah kenal. Thank you." balas Anna suka sambil bertepuk tangan membuat suasana jadi cair.
"Well, apa kedatangan kami ini menganggu kalian?" tanya Rendy sambil mengusap punggung Kusuma.
"Tidak lah bro. Kami malah sangat senang. Iya kan sayang?" ujar Syarif sambil duduk dengan membawa Amel ikut serta. Haris mendekati Amar yang sedang mengambar pesawat terbang menggunakan crayon berwarna milik anak itu. Amir jadi ikutan nimbrung untuk melihat kakaknya dan Haris. Sedangkan, Anna sibuk menyisir boneka barbie cantik miliknya sambil bergumam bernyanyi lagu anak-anak nina bobo.
"Pak Rendy.. apa Aa Arif pernah bekerja untuk bapak? Soalnya samar-samar saya melihat bahwa suamiku ini berada di rumah bapak dulu membawa berkas kantor." tanya Amel sambil mengusap dahinya agak bingung.
Rendy terdiam. Ia mencerna dulu apa maksud pertanyaan Amel ini. Ia takut malah menambah ruet pikiran wanita itu. Kusuma menyenggol legannya untuk memberikan jawaban
Rendy menarik napas panjang. Ia memandangi Syarif yang meminta pertolongan dalam diam.
"Iya.. Syarif itu dulu adalah Personal Assistant di perusahaanku tepatnya membantu semua kerjaku. Seperti membuat report, mengedit proposal, teman bertinju, teman minum teh dan makan siang bareng, teman tertawa, teman untuk gundah. Tapi itu sebelum aku menikah dengan istriku ini. Setelah menikah aku tidak lagi gundah tapi jantungan terus." jelas Rendy pada Amel. Semua orang terdiam termasuk anak-anak Rendy dan Kusuma yang sedang bermain. Mereka seolah mengerti dengan situasi ini. "Syarif adalah lelaki yang hebat Mel, ia lelaki sederhana yang akan terus berusaha mengapai apa yang ia inginkan. Aku yakin ia bisa menjadi suami kamu yang penuh pengertian dan tanggungjawab." lanjut Rendy.
Kusuma dan Syarif berusaha untuk menahan air mata yang tiba-tiba terbit di mata mereka. Syarif menarik napas panjang. Tapi, Kusuma sudah menghapus air mata di pipinya itu.
"Hei.. mungil.. kenapa kamu yang menangis?" Rendy mendonggakkan wajah istrinya dan ikutan menghapus jejak air mata di pipi sang kekasih hati.
Amel bernapas dengan susah payah. Tenggorokannya seperti tercekat sebongkah batu karena mendengar penuturan suami Kusuma itu. Wanita itu mendonggak dan menatap wajah sang suami yang mendung. Ia menjulurkan tangan kirinya dan mengusap rahang Syarif dengan penuh kasih sayang. Perbuatan itu membuat suasana menjadi terharu dan hening.
Haris memalingkan wajahnya dari pertunjukan kasih sayang adiknya.
"Maafkan saya A,.. Saya tidak mengerti kenapa hanya Aa yang tidak bisa saya ingat. Apakah kita bisa mulai dari nol saja? " tanya Amel lembut sambil masih mengusap pipi Syarif.
Syarif hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan. Mulutnya terkunci karena matanya tiba-tiba berkaca-kaca. Ia tidak malu untuk menangis di depan istrinya ini. Hatinya melumer mendengar permintaan Amel.
"Kita akan memulai dari awal. Entah itu susah atau bahkan mudah. Kita akan hadapi bersama-sama." lanjut Amel.
Syarif mengangguk lagi. Ia mengusap sudut matanya dengan telapak tangannya itu. Amel ikutan mengusap mata sang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI KAMU APA ADANYA {Geng Rempong : 4}
RomanceAku, Syarif Pahlepi Diwantoro, 30 tahun, seorang lelaki sederhana yang dari kecil sudah mengenal kata susah dan berjuang sendirian lantaran ayahku sudah meninggal dunia. Ketika kakekku mengakui diriku sebagai cucu satu-satu dari pewaris keluarga Diw...