Syarif kerja dengan pikiran agak galau. Bunyi ketukan pintu di kantornya membuat dirinya berkata, "Masuk?!"
Sosok Yogi masuk dan tersenyum karena melihat Syarif sudah masuk kerja. Ia harus meluncurkan agresinya sekarang.
"Hai Rif.. apa kabar? Maaf.. aku tidak bisa datang ke acara pernikahan kamu. Ayahku mendadak tidak enak badan." ujar Yogi langsung duduk di kursi depan Syarif tanpa di persilahkan lagi.
Syarif mengangguk pelan. Ia akan singkuh dengan sepupu tiri Amel ini. Tapi, demi bisnis ia tidak memandang seseorang dari sisi keluarga.
"Hmm.. Rif.. bagaimana dengan kesepakatan kerja kita? Apakah sudah kamu pikirkan?" tanya Yogi pelan dan merayu.
"Iya.. aku lagi pikiran sekali lagi. Tinggal menunggu proposal balasan dari Bram." balas Syarif pada Yogi.
Mendengar nama Bram di sebut-sebut membuat Yogi geram. Kenapa harus mengajak lelaki cerdas itu sih batin Yogi keki.
"Baiklah.. nanti info aku jika sudah di setujui."
Yogi keluar dari kantor Syarif dengan perasaan resah. Ia tidak mau rencananya gagal. Kalau Syarif sudah meminta bantuan dengan Bram. Ia harus extra hati-hati karena lelaki yang paling dewasa di antara mereka itu sangat cerdas.
"Pasti ada celahnya nanti. Tenang saja Gi, kamu akan berhasil masuk perusahaan Syarif. Paman sudah tentu memberikan sebagian perusahaan pada menantunya itu."
"Dunia bisnis ini terkadang kejam. Kita harus sikut menyikut sedikit untuk kepentingan pribadi."
"Tidak ada salahnya kamu melakukannya hal ini."
Yogi bergumam sendiri di dalam lift yang membawa ia turun untuk keluar kembali ke kantor sementara dirinya di Bogor ini. Yaitu sebuah rumah kost merangkap kantor. Ya.. hitung-hitung hemat biaya dan mengurangi bayar pajak pikir lelaki itu licik.
**
Syarif di ruangan meneruskan pekerjaannya yang menumpuk karena seminggu cuti nikah.
"Hmm.. menikah kok seperti tidak menikah sih."
"Malam pengantinku menjadi khayalan saja."
"Apa bro Rendy juga seperti ini dulu? Setahuku bosku itu detmbak Kusuma seperti Tom and Jerry jika bertemu."
Syarif jadi terkekeh sendiri sambil mengetik laporan untuk membalas laporan dari Bram. Ia tidak mau larut dalam kegalauan karena jika galau pikirannya agak bertambah runyam.
Lelaki muda itu sibuk bekerja sampai tengah hari. Jam istirahat di pakai untuk makan di kantin khusus bos atau pemilik perusahaan. Ia jarang berbaur dengan para staff. Bukannya sombong, tapi belum ketemu klik saja. Mungkin nanti ada bisa berteman.
Hari berlalu dengan sangat cepat. Syarif sibuk di perusahaan karena ayah mertuanya sudah melimpahkan perusahaan milik Amel kepadanya. Ia juga sudah menerima kerja sama dari Yogi. Bram memperingatkan dirinya untuk lebih berhati-hati dalam bertindak. Karena menurut temannya itu, sepupu tiri Amel agak mencurigakan.
Kehidupan rumah tangga Syarif dengan Amel berlangsung lamban. Istrinya Syarif sudah membaik dalam hal luka luar, tapi soal ingatan wanita itu masih belum ada progress. Ia hampir saja hilang semangat. Tapi, Kusuma selalu menelepon dirinya di kala senggang. Wanita itu mensupport dirinya untuk terus bersabar.
Emosi dingin di dalam diri Syarif terus berkembang. Ia agak sulit berkomunikasi dengan sang istri karena Amel juga terlihat agak tidak bersemangat ketik dirinya pulang kerja.
Syarif berusaha menjembatani kehidupan pernikahan mereka dengan berinteraksi ketika ia pulang dari kerja dan di sela waktu mau tidur. Seperti halnya malam ini, ketika Syarif selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Istrinya berbaring santai di tempat tidur sambil memegang remote TV.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI KAMU APA ADANYA {Geng Rempong : 4}
RomantikAku, Syarif Pahlepi Diwantoro, 30 tahun, seorang lelaki sederhana yang dari kecil sudah mengenal kata susah dan berjuang sendirian lantaran ayahku sudah meninggal dunia. Ketika kakekku mengakui diriku sebagai cucu satu-satu dari pewaris keluarga Diw...