FOURTEEN

550 30 3
                                    

"Hahaha."

Tawa kebahagian itu akhirnya meledak. Rany dan Shelly hampir terbatuk karena tawanya yang susah mereka kendalikan karena cerita dari Alina.

"Yang bener aja, cuma masalah itu, Hana keluar dari kelas sambil nangis terus ga kembali-kembali," ujar Rany.

Alina menyahut. "Gue kira-kira sih, mungkin dia malu kembali ke kelas karena masalah itu. Makanya dia ga mau kembali masuk."

"Kalo dia ga masuk ke kelas, kira-kira dia kemana?" Shelly bertanya.

"Tadi sih, pas gue keluar mau ke kamar mandi, gue liat Tasya itu lari ke UKS. Ga tau mau ngapain," ujar Rany menjawab Shelly.

"Eh, Ran. Bukannya tadi lo ngirim surat plus chat itu ke Hana?"

"Iya, emang kenapa?"

"Lo ga mikir dulu apa, mau labrak Hana pake apa lagi? Tambahin teror gitu biar seru," usul Alina busuk.

"Bener juga ya, tapi apa yang harus gue pake?"

Rany mulai berfikir. Hal apa yang harus ia kirim ke Hana esok harinya untuk melabrak cewek itu. Beberapa menit kemudian, ide busuk terlintas di kepalanya, Rany membisikkan tentang idenya itu ke dua temannya.

Seketika saja kamar yang bernuansa salah satu girlband Korea, Twice itu langsung terpenuhi dengan tawa licik ketiga remaja yang ada di dalamnya.

📕📖📗

Pagi hari yang sangat cerah, Hana berjalan masuk ke dalam lapangan sekolahnya yang luas. Cewek itu berjalan menuju koridor sekolah, yang akan membawanya ke kelasnya yang berada di lantai dua.

Tak jarang ia disapa dan menyapa siswa-siswi yang berlalu lalang melewatinya. Sesampainya di depan kelasnya, Hana menaruh tas ranselnya ke mejanya. Lalu menundukkan badannya melihat apakah kantong plastik berisi botol wine itu masih ada di lacinya apa tidak.

Tapi, setelah ia lihat, laci mejanya kosong, tak ada apa-apa. Sampah sekecil pun tak ada. Mungkin sudah ada orang yang membuangnya. Tapi, tak mungkin juga orang itu akan diam saja ketika menemukan kantong plastik itu di dalam lacinya.

Ia jadi takut kalau saja orang yang membuangnya adalah salah satu orang yang tau tentang gosip itu. Tapi, kenapa ia begitu yakin kantong itu dibuang? Bisa jadi kantong plastik itu diambil atau apalah itu sama orang lain.

Hana mengedikkan bahunya tak peduli. Terlalu serius memikirkan hal itu membuatnya tak bisa lebih fresh dan santai seperti biasanya.

Hana berdiri, keluar dari kelas dan langsung menemukan ketiga sohibnya yang akan masuk ke kelas bersamaan. Siapa lagi kalau bukan Himma, Tasya, dan Rania.

"Cepet banget lu dateng, Han," ujar Rania yang melihat Hana akan keluar kelas.

"Ya ini kan hari Selasa, jadi gue..." Hana menjeda ucapannya karena tersadar akan sesuatu. "Hari gue piket! Hari ini hari Selasa 'kan?"

Ketiga remaja itu kompak mengangguk. Hana yang melihat jawaban dari ketiga sohibnya langsung berbalik badan dan berjalan menuju pojok kelas mengambil sapu untuk melaksanakan piket.

Mulai dari pojok kelas ia sapu, sampai ke depan kelas. Dengan membawa debu-debu kotor, Hana keluar dari kelas untuk membuang debu-debu kotor itu menggunakan cikrak.

Baru saja selesai piket dan akan masuk ke kelas kembali, Hana berpapasan dengan Gilang yang menunjukkan wajah lesunya pagi ini. Tak biasanya Gilang tampil lesu begitu, pikir Hana bingung.

"Lang," panggil Hana.

Gilang langsung menoleh ke arah Hana yang ada di belakangnya. Cewek itu menyodorkan kedua tangannya yang masing-masing memegang sapu dan cikrak ke arah Gilang.

Reader Vs GamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang