Terkadang waktu bisa mengubah apa yang kalian rasakan saat ini menjadi sebuah perasaan yang tak terduga oleh kalian sendiri
-RVSG-
Sudah dua minggu berlalu. Gosip tentang Hana yang menyimpan botol wine pun sudah menyebar ke penjuru sekolah. Tapi, untungnya, para guru belum tahu menahu tentang hal itu. Siswa-siswi yang dulunya mengenal Hana, kini tampak terlihat menganggap Hana hanya orang asing yang tak penting.
Akan tetapi, masih ada yang menganggap Hana ada di sekolah itu. Teman-teman dekatnya, teman sekelasnya, Gilang, dan beberapa teman gamer Gilang yang lain, termasuk Haqi.
"Rany udah ga neror lo lagi kan, Han?" tanya Tasya di tengah perjalanan menuju gerbang sekolah setelah bel pulang berbunyi lima menit yang lalu.
Memang, seminggu yang lalu, Rany sering mengirim Hana dengan barang yang berbau 'teror' dan 'club'. Tapi, meski begitu, Hana tak memperdulikan teroran itu. Ya, meskipun awalnya Hana begitu takut dan terkejut saat menerima sebuah kotak yang berisi foto-foto dirinya yang berpakaian serba mini dengan noda merah seperti darah dan robekan dimana-mana. Ia tahu, itu bukan fotonya. Tapi, foto seorang cewek yang diedit penampilannya hingga mirip seperti dirinya.
Editan yang sangat mulus.
Tak hanya foto itu, ada juga foto dirinya dengan Gilang saat berfoto di dekat candi Borobudur semasa SMP dulu. Dengan noda merah dan robekan tepat di foto dirinya saja, foto Gilang masih bersih, rapi, dan terlihat indah. Karena hal itu, Hana semakin yakin kalau Rany-lah yang sering menerornya dan membuat fitnah tentang botol wine itu.
"Udah ga pernah," jawab Hana.
"Ngemeng-ngemeng..."
"Ngomong-ngomong," ralat Hana cepat.
Tasya terkekeh. "Ngomong-ngomong, Rany udah empat hari ga kelihatan. Kemana ya dia?"
"Kangen ya?"
"Ah, masa cewek cabe kayak dia gue kangenin. Mending ngangenin..."
"Haqi kan?" selat Hana menggoda Tasya sambil mendekati tubuh gadis di sebelahnya.
"Ih! Apaan sih!?"
Hana tertawa melihat tingkah malu-malu Tasya. Ia tahu kalau Tasya menyukai Haqi karena Himma yang asal nyeplos kemarin saat mereka makan malam di restoran berempat. Dan karena hal itu, akhirnya Tasya mengakuinya.
"Gue tuh kangen sama Manu..."
Tasya menjawab dengan senyuman di wajahnya dan matanya yang berbinar. Sungguh, di waktu yang sama, Hana merasa sedikit geli dan gemas juga melihat Tasya yang seperti itu.
"Lo pulang sama siapa, Han?" tanya Tasya lagi.
"Tau dah. Kalo ayah gue ga bisa jemput, ya naik ojek," jawab Hana singkat.
"Nah, mending naik ojek sama saya aja, neng. Dijamin selamat sampai tujuan. Gratis pula."
Suara itu membuat kedua gadis yang sibuk berbincang, langsung menengok ke belakang mereka menemukan figur seorang cowok yang sangat familiar bagi mereka.
"Gilang?"
Gilang tersenyum lebar melihat kedua gadis yang ia kenal itu tampak terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Cowok itu mengambil beberapa langkah mendekati mereka, lebih tepatnya ke arah gadis berambut cokelat kepirangan yang sangat ia sayangi.
"Yuk, pulang!" ajak Gilang seraya tersenyum manis menatap Hana yang kini menatapnya dengan tatapan datar. Tasya langsung berlari setelah melihat kakak sepupunya menjemputnya, meninggalkan kedua insan yang masih berdiri di depan gerbang sekolah itu hanya berdua saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/122516069-288-k354497.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reader Vs Gamer
Teen Fiction[[COMPLETED]] Cowok rusuh dan jahil seperti Gilang harus berjuang dalam diam untuk menjaga Hana, gadis kutu buku yang jutek dan sedikit pendiam. Hana selalu risih dengan kelakuan Gilang yang selalu menganggu dan menggombalinya, berlagak kalau ia ada...