TWENTY ONE

393 28 4
                                    

Hana berdiri tanpa alas kaki dengan senyum yang mengembang. Senyumnya terganti menjadi tawa ketika dirinya melihat Gilang yang berguling-guling di pasir karena ulah Haqi dan Faiz.

Gilang berjalan mendekati Hana dengan bibir yang mengerucut kesal. Tangannya ia gunakan untuk menepuk celana dan kaosnya yang sudah kotor karena pasir yang melekat.

"Goblok dah mereka. Tau gue cuma mau buat istana pasir gue malah di guling-gulingin kek gitu," gerutu Gilang.

Gilang menoleh menatap Hana yang malah tertawa sambil menatapnya juga. "Lo sama aja kayak mereka. Ga dikasih saran kek ngelakuin apa sekarang."

"Lo ganti aja sana! Sekalian mandi," ujar Hana, menuruh.

"Males ah!" seka Gilang. "Mau lanjut buat istana pasir," lanjutnya manja sambil tersenyum. Gilang menggenggam tangan Hana membuat si gadis pemilik tangan mengernyitkan alisnya. Gilang menggeret Hana ke tengah pantai, tepat dimana ia tadi hampir menyelesaikan istananya.

"Buat istana pasir bareng kan seru!"

Hana terdiam. Ia melihat Gilang yang kini mulai mengambil pasir dengan tangannya lalu membentuk sebuah gundukan yang selanjutnya akan diperbaiki lagi. Entah apa yang terjadi dengan dirinya sekarang, ia merasa sesuatu yang berbeda menyerang dirinya. Apa mungkin, ia mulai menyukai cowok itu? Hana tersenyum, lalu mulai mengikuti gerakan Gilang untuk membuat istana pasir itu.

"Siip!" seru Himma bahagia sambil meloncat kecil dengan senyum yang mengembang.

"Pas banget dah fotonya!" sahut Tasya sambil tersenyum juga.

"Coba kita cari momen lain nanti, terus kita ambil."

Tasya dan Himma pun mengangguk antusias, menyetujui.

📕📖📗

Mereka kembali ke dalam bus, lalu menuju tempat makan yang tak jauh dari pantai itu. Sesampainya di sana, mereka kembali turun dari bus. Setelah mengambil seporsi makan siang, mereka mencari tempat mereka makan dan memakannya disana.

Satu meja itu hening dengan selingan obrolan. Hana, Himma, Tasya, Rania, Tania, Rasya, Farah, Vana, dan Ratih. Setelah makanan habis, mereka mengisi waktu kosong yang setelah ini mereka habiskan untuk menunaikan sholat dengan bercerita dan saling mencurahkan unek-unek di hatinya.

Himma yang ada di sebelah Tasya, dan disebelah Tasya ada Rania. Melirik dan berbicara dengan bahasa isyarat dari sebuah lirikan itu. Mereka bertiga sudah membuat rencana untuk memotret momen berdua Hana dengan Gilang. Dan mereka sudah mendapatkan foto-foto itu.

Foto pertama, momen dimana Hana dan Gilang duduk berdua di hotel saat makan malam. Foto kedua, momen dimana Gilang menggenggam tangan Hana tadi di pantai. Dan foto ketiga, momen dimana Hana dan Gilang tertawa bersama ketika membuat istana pasir di pantai. Semua foto itu sudah tersimpan rapat di kartu memori kamera milik Rania.

Adzan dhuhur berkumandang. Semua siswa yang sudah menghabiskan makanannya pun langsung beranjak menuju musola yang tak jauh dari tempat makan itu. Hana berdiri, berjalan beriringan dengan Rania, Tasya, dan keempat temannya yang lain. Hanya tujuh anak yang sholat, karena Himma yang tengah kedatangan tamunya sedangkan Tania berbeda agama.

Setelah selesai sholat, mereka menaiki bus kembali, melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat wisata selanjutnya yang sudah direncanakan.

Reader Vs GamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang