FIVE

987 45 9
                                    

Setelah keluar dari kafe, Gilang menyeret tangan Hana untuk membantu cewek itu menyebrang jalan. Kini, mereka berdua tengah berjalan beriringan di atas trotoar menuju supermarket terdekat disana.

Hana fokus pada jalannya, lain dengan Gilang yang terlihat bingung sedari tadi. Melihat depan, atas, bawah, samping, itu yang ia lakukan.

"Ee... Han?"

Hana menoleh ketika mendengar suara Gilang yang memanggil dirinya. Terlihat di matanya, cowok itu tengah menggaruk tengkuknya yang sudah pasti tidak gatal.

Hana menautkan kedua alisnya bingung melihat gelagat Gilang. Gilang menghentikan langkahnya, membuat Hana turut menghentikan langkahnya juga.

"Lo kenapa, sih?" tanya Hana.

"Selama ini, lo anggap gue apa, sih?"

"Maksud lo?"

"Ya... setelah lo tahu kalo bokap sama nyokap kita dulunya sahabatan, lo ga pingin gitu sahabatan sama gue?"

"Kayak ga ada kerjaan aja, ngapain juga gue mau sahabatan sama lu?"

Gilang menghela nafasnya berat. "Ga enak juga rasanya, Han, kalo kita kayak tikus sama kucing yang selalu bertengkar di depan mereka. Ya udah. Serah lo aja, Han," ujarnya.

Hana menunduk. Sebenarnya, ia malas memiliki hubungan persahabatan dengan cowok itu. Tapi, ia juga belum pernah merasakan bagaimana bersahabat dengan seorang cowok.

Setelah berfikir cukup singkat, akhirnya Hana menengadahkan kepalanya menatap Gilang yang sepertinya sudah menunggu jawaban dari dirinya.

"Ya, deh. Gue mau. Asalkan lo ga sampel suka sama gue," ujar Hana.

Gilang tersenyum mendengar tutur kata Hana. Gue ga akan suka sama lo, kok. Tapi, gue emang udah sayang sama lo, ucap Gilang dalam benaknya.

Langkah mereka melanjut, hingga Hana dapat melihat sebuah bangunan bernuansa putih, biru, merah, dan kuning di depannya. Cewek itu berhenti melangkah lalu membalikkan badannya ke belakang. "Mau nemenin sampe di Indomaret apa mau pulang?" tanyanya.

Gilang menggeleng. "Gue mau pulang aja, capek, pengen bobok tamvan," jawabnya alay.

"Lo alay banget sih, Lang?"

"Alay-nya bikin ditabokes," timpal Gilang.

Hana yang sudah geram dengan cowok itu langsung menabok sedang pipi Gilang membuat cowok itu reflek memegang sebelah pipinya yang masih putih alias tidak memerah.

"Kok malah ditabok beneran sih, yang?" tanya Gilang manja.

"Yang, yang pala lo peyang. Emangnya gue pacar lo apa sampe lo panggil gue 'yang'? Nembak kapan, diterima juga kapan. Eh, seenak jidat manggil gue sayang. Lagian gue juga ga sudi ya? Jangan lupa juga, kita itu hanya SA-HA-BAT," ujar Hana tegas dengan mata yang menatap Gilang kesal.

Gilang menghela nafasnya berat. "Ya, deh. Gue ga akan manggil lo 'yang' lagi. Tapi, kalo gue panggil lo pake panggilan kesayangan dari gue ga apa-apa, kan?" tanyanya.

"Panggilan kesayangan kek gimana? Jangan yang terlalu lebay, alay dan masih mengandung unsur 'yang'," jawab Hana tegas.

Gilang menggelengkan kepalanya. "Ya ga lah, kalo Ibu Ratu ga apa-apa kan?" tanya Gilang lagi.

"Ibu Ratu? Emang gue ratu apaan?"

"Ratu buku. Ibu Ratu kan sukanya baca buku," jawab cowok itu.

"Ya emang sih—"

"Udah ya, Ibu Ratu. Ayah Raja pulang dulu. Besok ke rumah gue ya jam sembilan. Ajak Bitha sekalian!" seru Gilang sambil berlari menjauh menuju jalan ke rumah cowok itu.

Reader Vs GamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang