THIRTY TWO

335 24 2
                                    

Dunia cowok ga cuma ada dia. Kalau dia udah bukan kepastian, ngapain diharapkan.

-RVSG-

Bel istirahat berbunyi, semua siswa pun berhamburan keluar kelas menuju tujuannya masing-masing. Sesuai janji mereka kemarin, keempat cowok itu berjalan santai menuju kantin. Sesampainya disana, mereka langsung menuju bangku pojok seperti biasa.

"Pesen makanan dong, perut akoeh laper nih!" rengek Faiz sambil mengerucutkan bibirnya dan memegang perutnya dramatis.

"Kek ga dikasih emak lu makan setahun aja lu, Iz. Ar, pesen gih!" suruh Zaqi.

"Kayak biasanya kan?" tanya Arsya balik seraya berdiri.

"Siip!" ucap Haqi sembari mengangkat jempolnya ke arah Arsya. Arsya berjalan ke antrian, melihat antrian yang cukup panjang, ide cemerlang tiba-tiba muncul. Arsya berjalan dengan santainya mendekati seorang cewek adik kelas berkuncir dua itu dengan gaya tengilnya.

"Hai, Cantik! Babang dibelakang kamu ga apa-apa kan?" tanya Arsya seraya mengedipkan matanya menggoda adik kelasnya itu. Cewek yang kelihatannya polos itu tersipu, lantas bertanya. "Buat apa?"

"Buat jaga kamu lah," jawab Arsya enteng sembari menyelipkan tubuhnya di antara tubuh cewek tadi dan tubuh cewek yang ada dibelakangnya.

Ketiga temannya Arsya yang melihat hal itu hanya geleng-geleng kepala. "Dasar satu kunyuk itu! Bisa banget nyelip di antrian manusia kek gitu," ujar Zaqi.

"Udah pake godain adek kelas segala, keliatannya sih tuh cewek polos banget makanya mau-mau aja digodain sama Arsya," ujar Faiz melanjutkan.

Arsya kini sudah memesan makanan favorit mereka. Arsya bersama cewek berkuncir dua yang tadi ia goda berjalan beriringan menuju bangku pojok yang sudah diduduki ketiga cowok itu.

"Makasih, ya udah bawain pesanan aku," ucap Arsya setelah melihat cewek itu menaruh dua mangkuk siomay dan batagor di atas meja. Cewek itu tersenyum mengangguki ucapan Arsya.

"Aku pergi dulu ya, Kak. Permisi." Cewek itupun akhirnya pergi dengan rasa senang yang membara karena bisa bersama dengan idolanya.

"Lo tuh ya, Ar. Pinternya pake banget," celutuk Haqi tiba-tiba sambil mengambil satu mangkuk.

"Arsya gitu loh," ujar Arsya bangga dengan dirinya sendiri.

"Kita jadi ngejalanin rencana yang kemaren kan?" tanya Zaqi.

"Ya iyalah. Kita udah nyiapinnya mateng-mateng, tapi untung ga sampe gosong."

"Eh, goblok. Emangnya rencana kita itu kita goreng ngapa?"

"Hei! Lisannya!"

"Udah, udah. Habisin makanan kalian, jangan sampe bel kita baru njalanin rencana. Soalnya habis ini tuh cewek pasti udah nangkring di koridor lantai tiga," ujar Haqi menengahi. Semua mengangguk, lalu mempercepat acara makannya agar tidak keburu bel.

📕📖📗

"Tuh, Rany ada disitu. Kita jalan, terus kita ngobrol-ngobrol dengan suara yang keras. Jangan lupa sesekali lihat reaksi tuh cewek lewat lirikan, oke?"

Semua mengangguki penuturan Haqi. Setelah siap, mereka pun berjalan bergantian sambil masih tetap melihat Rany yang kini menatap mereka heran. Tidak biasanya, keempat cowok itu berjalan di koridor lantai tiga, pikir Rany.

"Eh, kalian tau. Di sekolah ini, ada cewek yang pernah masuk club," ujar Zaqi seperti rencana.

"Ha? Serius lo, Qi? Ah, jangan bercanda lo. Lo tau kalo ada peraturan yang bilang ga boleh ada satu anak pun bisa masuk club. Dan jika kelakuan cewek itu diketahui oleh Pak Kepsek ama Pak Rizky, bisa-bisa tuh cewek di Drop Out loh," ujar Arsya menimpali.

Reader Vs GamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang