"Gilang!! Mana pembatas novel gue, kembaliin ga?!" teriakan seorang gadis berambut cokelat kepirangan menggelegar sampai ke penjuru kelas. Semua murid yang ada di dalam sana menoleh ke arah gadis itu, menatapnya bingung lalu mengalihkan pandangannya ke semula.
Gadis itupun berjalan dengan kesal ke arah segerombolan cowok-cowok tampan tapi menyebalkan yang ada di dekat meja guru. Tangan kanannya ia dekatkan ke telinga salah satu cowok yang bernama Gilang lalu menjewernya.
"Lo punya kuping ga sih?! Di panggil dari tadi kok ga nyahut!!" teriaknya keras tepat di telinga Gilang.
"Apaan sih? Lo ga tau gue lagi apa? Ini daritadi tau!" jawab Gilang. "Terus, sekarang pembatas novel gue mana?" tanya Hana sambil menyodorkan tangannya ke arah Gilang.
Gilang mendengus, lalu mengedikan bahu tanda tak tahu. "Ih! Kalo bukan lo, siapa lagi yang ngambil, hah?!"
"Mana gue tahu!" acuh Gilang asal padahal sebenarnya ia ingin menahan tawanya akibat ekspresi wajah Hana yang terlihat menggemaskan ketika marah seperti itu.
Hana beranjak dari gerombolan cowok gamer itu, mendudukkan dirinya di bangkunya dan mulai membaca novel itu lagi.
Mungkin hal ini adalah hal sepele. Tapi, entahlah, kenapa Hana selalu marah ketika barangnya hilang. Mungkin juga itu udah dari sananya. Menepis semua tentang pembatasnya yang hilang itu, Hana memilih fokus membaca tulisan yang ada di depan matanya.
Entah dari perintah siapa, tiba-tiba saja setetes air mata Hana turun membasahi pipi mulusnya. Bukan hanya setetes, tapi bertetes air mata itu turun. Ia pun menenggelamkan wajahnya ke tekukan kedua tangannya.
"Udah dong, Han. Jangan nangis mulu. Nih, pembatas novel lo!" ucap Gilang sembari menyodorkan kertas tebal berwarna biru itu. Gilang mengguncang bahu Hana, tapi cewek itu tetap tak menggubrisnya.
"Han..." panggilnya lirih.
"Han, gue sayang sama lo. Jadi, please jangan nangis kayak gini. Gue lebih suka kalo lo marah atau ceria kayak biasanya," bisik Gilang lirih tepat di telinga Hana. Hana menegakkan tubuhnya, menghapus kasar air mata yang masih melekat di pipinya. Ia mengambil pembatas yang dipegang Gilang dengan kasar lalu menyelipkannya di novelnya.
Hana berdiri, lalu melangkah mendekati Tasya dan mengajak cewek itu pergi keluar bersama dengannya. Gilang hanya diam menatap punggung Hana yang kian menjauh. Sedikit merasa bersalah karena telah menyembunyikan pembatas milik Hana. Gilang melangkah mendekat ke gerombolannya tadi dan melanjutkan mabarnya yang sempat tertunda.
📕📖📗
Hana, Himma, Rania, Tasya, Farah, Tania, dan Rasya. Ketujuh cewek itu tengah asik duduk di kursi kantin dan menunggu pesanan mereka datang. Beruntung enam diantara mereka tak akan mengeluarkan uang sepeser pun karena Farah sedang baik hatinya mau mentraktir mereka. Setelah tujuh piring berisi nasi goreng mercon buatan Bu Ifa datang, mereka pun larut dengan makanan mereka masing-masing.
"Eh, Han. Gue denger lo tadi nangis ya di kelas. Kenapa?"
Pertanyaan dari Tania membuat mereka semua menghentikan aktivitas makannya. Hana mendengus, lalu berucap, "Hm... mungkin ini hal yang sepele bagi kalian. Tapi, gue itu bener-bener kesel sama Gilang. Mana ada anak yang berani nyembunyiin barang-barang gue kecuali tuh anak."
"Emang barang apa yang disembunyiin Gilang?" tanya Farah.
"Pembatas novel."
"Hayoo... lagu gosip ya? Ngegosip itu ga baik loh, para cewek yang cantik..."
Ucapan Gilang sontak membuat semuanya sedikit terkejut akibat suara yang dicemprengkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reader Vs Gamer
Teen Fiction[[COMPLETED]] Cowok rusuh dan jahil seperti Gilang harus berjuang dalam diam untuk menjaga Hana, gadis kutu buku yang jutek dan sedikit pendiam. Hana selalu risih dengan kelakuan Gilang yang selalu menganggu dan menggombalinya, berlagak kalau ia ada...