Manusia ga semuanya sempurna. Mereka pasti punya kekurangan. Jadi, jangan sampai merendahkan kekurangan orang lain.
-RVSG-
Pemenang pertandingan basket waktu itu adalah tim dari kelas IPA 1. Setelah Rafif, si ketua OSIS itu memanggil kapten tim mereka untuk menerima piala darinya, Hana berdiri lalu berjalan mendekati panggung kecil yang sudah ada Rafif yang memegang piala di tangannya.
Tepukan tangan mengiringi langkah Hana yang akan naik ke panggung kecil itu mendekati Rafif. Setelah berada di samping cowok itu, Hana melihat Rany yang lari tergesa-gesa menuju ke arahnya. Cewek itu ikut naik membuat semua siswa di sana menatap bingung pemandangan yang ada di depan mata mereka.
"Boleh saya yang memberikan piala itu ke pemenang pertandingan?" tanya Rany.
Hana tertegun. Rasa terkejut, heran, bingung, dan senang bercampur aduk menjadi satu. Ia melihat Rafif yang mengangguk lantas menyerahkan piala itu ke cewek berambut cokelat bernama Rany itu.
Rany maju beberapa langkah mendekati Hana. Dengan senyuman manisnya ia menyerahkan piala itu tulus ke arah Hana.
"Nih, piala kamu. Selamat ya, semoga berhasil di pertandingan tingkat selanjutnya," ujarnya seraya tersenyum.
Kikuk. Hana menjulurkan tangannya yang gemetar itu untuk mengambil piala yang disodorkan Rany kepadanya. Kebingungan masih melanda dirinya akibat perlakuan Rany yang berubah seratus delapan puluh derajat dari yang dulu.
Sedetik kemudian, setelah Hana mengambil alih pemegang piala itu, Rany memeluk cepat Hana. Shelly yang melihat adegan itu hanya menampilkan senyuman bangga. Lain dengan Rania yang malah melongo dan marah melihat Rany memeluk Hana.
Bukan hanya Rania dan Hana yang kebingungan. Tapi, teman-teman Hana yang lain yang juga tahu masalah di antara Hana dan Rany seperti Himma dan Tasya itu juga ikut terkejut dan melongo di tempat duduk penonton.
"Aku emang salah," bisik Rany tepat di telinga Hana saat dirinya tengah memeluk cewek itu.
📕📖📗
Hana bersama keempat teman setimnya itu menatap bangga piala sedang yang kini terpajang rapi di etalase kelas mereka. Senyum di wajah mereka tetap tak luntur meski sudah bermenit-menit yang lalu mereka tersenyum melihat piala itu.
Tapi, Hana juga masih merasa bingung dengan sikap Rany kepadanya tadi. Rasa benci menghilang menjadi sebuah senyuman. Apa Rany ingin mengajak dirinya berbaikan?
📕📖📗
"Gue bangga deh sama lo," ujar Shelly seraya memukul-mukul pelan punggung cewek yang di sebelahnya.
"Kalo gini kan enak. Ga jadi musuh bebuyutan terus malah baikan jadi teman. Tugas lo sekarang tinggal move on dari Gilang," ujarnya lagi.
"Gue usahain." Rany menjawab singkat. Sejujurnya ia merasa aneh dengan dirinya sendiri. Ia tersenyum tadi ke arah Hana karena ucapan Shelly yang menyuruhnya untuk berbaikan dengan cewek itu.
Tapi, yang masih harus ia lakukan adalah bisa move on dari Gilang karena perjanjiannya dengan Hana sebelum pertandingan. Karena kelas Hana yang menang, otomatis ia harus bisa move on dari cowok menggemaskan itu.
Berat, tapi itu memang adalah kewajibannya. Daripada dituduh sebagai PHO atau malah pelakor. Ia rela Gilang bersama dengan Hana. Lagipula, apa yang harus ia harapkan dari cowok itu yang jelas-jelas sudah memiliki pilihan yang lebih tepat untuk cowok itu.
Rany menghembuskan nafasnya berat. Ia menoleh ke arah Shelly yang kini tengah senyam-senyum sendiri memandang ponselnya. Rany menggeser badannya dan kepalanya sedikit guna mengintip apa alasan dibalik temannya itu tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reader Vs Gamer
Teen Fiction[[COMPLETED]] Cowok rusuh dan jahil seperti Gilang harus berjuang dalam diam untuk menjaga Hana, gadis kutu buku yang jutek dan sedikit pendiam. Hana selalu risih dengan kelakuan Gilang yang selalu menganggu dan menggombalinya, berlagak kalau ia ada...