FOURTY TWO

386 25 0
                                    

Setelah acara pensi selesai, Hana berpamitan pulang lebih dahulu dari pada teman-temannya. Cewek itu berjalan ke parkiran hingga bertemu dengan Gilang yang bersandar pada sisi mobilnya. Menunggu dirinya.

"Masuk, Ibu Ratu."

Hana menatap Gilang yang menampilkan cengirannya. Ia tersenyum singkat. "Makasih."

Gilang berjalan memutari mobilnya, hingga ia duduk di kursi kemudi. Cowok itu memasang sabuk pengamannya, kemudian menatap Hana yang diam menatap lurus ke depan.

"Pakai sabuk pengaman kamu," ujar Gilang.

Hana menoleh ke arah Gilang, kemudian menuruti ucapan cowok itu.

"Udah, puas?"

Gilang tersenyum. "Nah gitu dong calon bini aku."

Hana terdiam sambil menatap Gilang yang hanya menampilkan wajah polos yang menjengkelkan. Gilang kembali melancarkan gombalan receh pada dirinya. Dan itu berhasil membuatnya senang.

"Kita mau kemana?"

"Ke hotel."

Hana melotot. "Ngapain!?"

Gilang tertawa pelan. "Ya gak lah. Masa iya aku bawa kamu ke hotel. Masih lama kita ngelakuin hal itu."

Mendadak perasaan Hana berubah. Perutnya terasa terlilit ketika mendengar ucapan Gilang yang bermaksud hal dewasa.

"Ga usah ngomong ngawur!"

Suasana mendadak menghening. Gilang tetap fokus pada jalanan, sedangkan Hana memilih sibuk dengan dirinya sendiri. Entah itu membuka ponselnya atau melihat jalanan lewat kaca mobil. Intinya ia terlihat sibuk sendiri.

Gilang menghentikan mobilnya setelah sampai di tempat tujuan. Ya, Taman Abhirama.

"Taman Abhirama?"

Gilang berdehem. "Aku mau bahas sesuatu."

Keduanya turun dari mobil. Berjalan beriringan masuk ke kawasan taman hiburan yang tanpa menarik biaya itu. Mereka berhenti di sebuah gazebo yang terapung di atas kolam ikan besar. Tempat yang sama ketika terakhir kali mereka kesana.

"Han," panggil Gilang.

Hana menoleh, menatap Gilang yang kini tengah menengadah. Entah melihat apa.

"Aku ... mau ngelurusin masalah kita waktu itu. Jadi—" Gilang menghentikan ucapannya sejenak. Ia menarik napas sebentar, untuk menenangkan dirinya.

"Sebenarnya aku suka kamu."

Hana hanya diam menatap Gilang yang kini juga menatapnya.

"Waktu aku lihat kamu berdua sama Rafif, apalagi sama cowok dewasa itu. Yang bodohnya aku mengira itu kekasih kamu. Padahal dia saudara kamu. Aku cemburu."

Hana tersenyum tipis. Ia tahu. Ia tahu semuanya. Gilang menyukainya. Jika memang Gilang menyukainya, dan Gilang mendiamkannya karena melihat dirinya dengan cowok lain, apalagi itu namanya. Pasti cemburu.

"Udah aku duga."

"Ha?" Gilang menatap terkejut Hana yang mengomentari ucapannya.

"Udah aku duga, kamu cemburu waktu itu. Aku juga udah tahu, kalau kamu punya perasaan terhadapku," lanjut Hana seraya tersenyum.

"K-Kamu tahu dari mana?" tanya Gilang yang masih belum mengerti.

"Aku sadar dengan sendirinya, Lang. Beberapa kode yang kadang kamu berikan, itu semua aku rangkum dan akhirnya muncul kesimpulan. Yah, meskipun itu ada orang lain yang bikin aku sadar," ujar Hana panjang seraya tersenyum.

Reader Vs GamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang