TWO

1.4K 76 20
                                    

Tasya berjalan cepat sembari menopang kepala Hana yang kian lemas di pundaknya. Seragamnya pun sudah basah tepat di bagian pundak karena tangisan Hana. Biarkan sajalah, yang terpenting, Hana bisa menumpahkan tangisannya yang ia tahan tadi.

Kedua cewek itu memasuki kelas yang masih tampak ramai meski bel masuk sudah berbunyi. Tasya mendudukkan Hana di bangku cewek itu, sedang dirinya duduk di bangku Gilang.

"Udah dong, Han. Jangan nangis terus... nanti cantiknya hilang loh terus Jimin ga suka kamu lagi," ucap Tasya membujuk Hana sambil mengusap lembut rambut panjang cewek itu.

Tiba-tiba pintu kelas yang tadinya tertutup, kini terbuka menampilkan sosok cowok pemilik bangku yang diduduki Tasya saat ini.

"Dia kenapa?" tanya Gilang ketika melihat Hana yang tengah menidurkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangannya sebagai alas.

Tasya memberi tanda isyarat tubuh kalau Hana sekarang sedang menangis. Gilang menyuruh Tasya untuk pergi menuju bangkunya sendiri lalu dirinya lah yang duduk di bangku itu.

Gilang memegang pundak Hana dan langsung menarik cewek itu agar masuk ke dalam pelukannya. Kini Gilang bisa merasakan tubuh Hana yang masih bergetar karena tengah terisak. Cowok itu menaruh kepalanya di puncak kepala Hana. Tangannya ia gunakan untuk mengusap lembut rambut coklat kepirangan itu.

Tanpa Hana sadari, ia benar-benar sangat nyaman berada di pelukan hangat itu. Rasa berbeda ketika dirinya di peluk oleh teman ceweknya. Sebenarnya, siapa yang memeluknya?

Hana memundurkan tubuhnya, guna melonggarkan pelukan itu dan ia pun mendongak. Hana menemukan cowok gamer rese di depan matanya saat ini tengah tersenyum tulus.

Langsung saja, Hana mendorong dada Gilang kuat karena terkejut. Hana menormalkan nafasnya karena sisa isakannya. Cewek itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas, tetapi seseorang yang ia cari tak ada di kelas itu.

📕📖📗

Setelah kena teguran dari Pak Rizky, guru BK sekolah mereka, disinilah mereka. Berjemur di bawah sinar matahari yang menyengat siang itu. Hormat kepada sang merah putih sambil melafalkan lagu Indonesia Raya dilanjutkan perkalian satu sampai sepuluh sebanyak dua kali.

Berbulir keringat sudah jatuh dari pelipis mereka. Rany sudah ngos-ngosan sejak tadi, tapi lain dengan Rania. Cewek itu tampak masih kuat dengan keadaan yang seperti ini. Berkeringat banyak baginya adalah hal yang biasa.

Dibalik teriknya matahari itu, diam-diam Rania melirik Rany yang menyeka keringatnya dengan senyuman miring di wajahnya.

Kena hukuman bareng gue lagi kan lo

"Baiklah, sekarang kalian boleh kembali ke kelas masing-masing. Kerjakan apa yang telah diberi oleh guru piket kalian. Kalau kalian tidak mengerjakan, hukuman akan saya tambah. Mengerti?"

Ucapan panjang lebar Pak Rizky hanya dijawab dengan sebuah anggukan dari keduanya. Setelah Pak Rizky kembali ke ruang BK, Rany berjalan dengan santainya menuju koridor.

"Tunggu!"

Langkah kaki Rany terhenti, ia membalikkan badan menatap Rania dengan tatapan malas.

"Gue mau tanya sama lo. Kenapa lo selalu nuduh Hana yang enggak-enggak?" tanya Rania langsung.

Rany tersenyum miring. "Itu bukan urusan lo! Gue sama Hana yang punya urusan, tapi kenapa jadi lo yang sewot?" jawab Rany lalu menanyakannya balik.

Reader Vs GamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang