Hana mengambil kopernya dari dalam bagasi bus. Kemudian menariknya masuk ke dalam lobi hotel yang sudah dipesan. Ia duduk di sofa dekat jendela, menunggu untuk mengambil kartu kamarnya nanti dengan Himma dan Tania.
"Hana, Himma dan Tania!"
Hana berdiri ketika namanya dipanggil. Ia mendekat ke arah Himma yang tadi mengambil kartu kamar.
"Yuk! Kamar 319." Himma berjalan memimpin menuju kamar mereka. Memasuki lift, lalu keluar menuju kamar mereka yang berada di lantai tiga.
Setelah menaruh kopernya Hana berbaring sebentar di atas ranjang. Merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku karena bergerak banyak seharian ini.
"Han, ke kamar Tasya, yuk!"
Hana menengadah, melihat Himma yang mengajaknya tengah berdiri di dekat ambang pintu.
"Ngapain?"
"Main lah. Main werewolf kayaknya seru!" Himma nyengir.
Hana bergumam sebentar. "Ya udah. Kuy lah!"
Mereka berdua keluar dari kamar, kemudian berjalan ke kamar Tasya, Rania, dan Vana yang berada di ujung koridor hotel.
"Assalamualaikum," salam mereka bersamaan ketika masuk ke kamar itu yang tampak ramai berisi teman-teman mereka.
"Hago an yok!" ajak Vana, senang.
"Yok ayok!"
"Main ww kuy!" ajak Tania.
"Kuy kuy!" Yang lain menyahut.
Mereka sibuk menatap handphone mereka masing-masing, yang menampilkan game werewolf dari sebuah aplikasi yang bernama hago.
"Siapa weh, ww?" celutuk Farah, bertanya.
Tasya mengedikkan bahu. "Ga tahu."
"Pasti Tania ini," celutuk Rania.
"Leh kok gua?" Tania tak mau kalah.
"Dah ketara loh ww. Gue pw." Hana menyahut.
"Apalah dayaku yang hanya menjadi warga." Vana mulai nge-drama.
"Hah, hah. Vana ww!" ujar Ratih, heboh sendiri.
"Ga weh. Gue warga!" Vana membela dirinya sendiri.
"Okelah, mari kita vote." Tania melerai.
Himma tertawa keras. "Bener he, Vana ww!"
"Karena Ratih selalu benar," ujar Ratih membanggakan dirinya, sombong.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sontak semua gadis di dalam kamar itu langsung menoleh ke ambang pintu. Muncul sebuah kepala yang familiar bagi mereka tengah menatap mereka semua dengan wajah seperti menakut-nakuti.
"Mau apa lo!" bentak Tania keras.
Zaqi menyengir, lalu posisinya seperti akan jatuh ketika Gilang tiba-tiba iku nimbrung di ambang pintu. "Eh, cecan-cecan pada ngumpul. Arisan, mbak?" tanya Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reader Vs Gamer
Teen Fiction[[COMPLETED]] Cowok rusuh dan jahil seperti Gilang harus berjuang dalam diam untuk menjaga Hana, gadis kutu buku yang jutek dan sedikit pendiam. Hana selalu risih dengan kelakuan Gilang yang selalu menganggu dan menggombalinya, berlagak kalau ia ada...