THIRTY FIVE

299 22 1
                                    

Sepanjang pelajaran, Hana sedikit tak fokus. Pikirannya terus berputar memikirkan sikap aneh Gilang yang belum pernah ia lihat sebelumnya, tiba-tiba muncul dengan sendirinya tanpa ada alasan yang jelas. Dingin.

Himma yang melihat Hana asik menunduk saja dari tadi dengan tatapan kosong ke arah bangku, membuat cewek itu mengernyitkan alisnya heran. Tak biasanya Hana menundukkan kepalanya ketika pelajaran berlangsung, pikir Himma.

Himma menepuk pelan pundak Hana. "Eh, diem aja dari tadi," tegurnya.

Hana mendongak, lalu menggeleng lemah seraya berdiri. Cewek itu berjalan mendekati meja guru, meminta izin pada guru Bahasa Inggris itu untuk ke kamar mandi sebentar.

Setelah keluar dari kelasnya, Hana berjalan santai melewati koridor menuju kamar mandi yang berada cukup jauh dari kelasnya. Alasannya, ia masih ingin sendiri saat ini. Baru saja Hana akan memasuki pintu kamar mandi yang ia inginkan, mendadak ia mendengar seseorang menyebut nama cowok yang tengah dipikirkan olehnya. Langsung saja Hana berbalik badan, melangkah mendekat ke sumber suara.

"Ya itu sih terserah lo, Lang. Gue ga bisa maksa. Tapi, kemungkinan dua orang bakal langsung terluka kalo lo ngelakuin itu," ujar Rany yang berdiri tepat di belakang Gilang.

"Serah!" ucap Gilang masih dengan nada ketus dan datarnya. Mendengar itu Rany menahan tawa. Merasa lucu dengan sikap aneh cowok gamer itu.

"Kenapa lo ketawa?" tanya Gilang ketus kepada Rany.

"Lo sih aneh." Rany berjalan meninggalkan Gilang sendiri di anak tangga paling bawah. Tak sengaja dirinya menemukan Hana yang kini berdiri di dekat tembok kamar mandi sambil menunduk.

"Eh, Hana?"

Hana mendongak, mendapati Rany yang melihatnya terkejut ada di depan kamar mandi yang cukup jauh dari kelas Hana.

"Ngapain lo disini?"

Hana memutar pandangannya salah tingkah. Tangannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ke kamar mandi sekalian cari angin," jawabnya dengan cengiran.

Rany geleng-geleng kepala. Matanya kini beralih ke arah Gilang yang baru saja menyunggingkan senyum lalu sirna ketika dirinya melirik ke arah cowok itu. Rany menahan tawa lagi.

Dulu emang gue mau kalian pisah, tapi sekarang gue hanya mau kalian bersama, batin Rany.

Dengan gaya datar yang dibuat-buat, Gilang berjalan melewati Rany dan Hana yang masih bercakap-cakap saat ini. Tak jarang juga matanya melirik ke arah Hana diam-diam.

Rany menahan tawanya lagi. Melihat gaya Gilang dan reaksi Hana yang tampak sedih dan melow melow gimana gitu melihat doi-nya hanya berjalan melewatinya.

"Katanya mau ke kamar mandi, kok malah diem aja ngelihatin Gilang?" goda Rany ke Hana.

Hana gelagapan. Ia langsung saja masuk ke kamar mandi itu lalu memasuki salah satu bilik untuk menjalankan tujuan utamanya.

Gilang kenapa bisa sama Rany?

📕📖📗

Bel sekolah berbunyi nyaring. Kebahagiaan yang tak terbendung bagi semua murid kelas XII IPA 1. Tampak semua murid yang berada di kelas itu memasukkan buku dan alat tulis menulisnya ke dalam tas ransel mereka masing-masing dengan tergesa-gesa.

Setelah menyalami Bu Linda, mereka pun beranjak keluar dari kelas menuju koridor yang akan membawa mereka ke tujuan mereka masing-masing. Entah itu parkiran, kantin ataupun perpustakaan yang hanya didatangi oleh siswa rajin yang mau membaca buku.

Hana berjalan santai di sepanjang koridor itu. Niatnya ingin ke kelas Gilang lalu meminta nebeng seperti biasanya seketika terurungkan karena dirinya teringat akan sifat aneh Gilang pagi tadi. Akhirnya, Hana memutuskan untuk meminta jemputan Bayu yang baru pulang kerja nantinya.

Reader Vs GamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang