Hari yang ditunggu-tunggu oleh Hana akhirnya datang juga. Ya, hari ini Gilang akan kembali dari Palembang. Cewek itu berjalan dengan senyum yang tak kunjung memudar di jalan menuju koridor utama sekolah.
Keberuntungan menimpa dirinya. Ia melihat Gilang tengah berjalan di depannya sambil menoleh-nolehkan kepalanya entah mengamati apa.
"Gilang!"
Gilang tak merespon panggilan itu. Hana mengernyit bingung karena hal itu. Apa telinga Gilang tertinggal di Palembang saat olimpiade?
"Gilang!"
Lagi-lagi, Gilang juga tak menoleh ataupun menghentikan langkahnya saat Hana meneriaki namanya. Kerutan di dahi Hana bertambah lagi. Kekesalan juga menghampirinya saat ini. Inginnya ia mengomeli cowok itu tapi ia tahu, Gilang pasti terlalu lelah berhadapan dengannya nanti karena sudah berhadapan dengan soal-soal olimpiade ke kemarin.
"Gilang!"
Gilang menoleh ketika mendengar suara perempuan itu. Tapi, itu bukan suara Hana, melainkan.
"Shelly?" gumam Hana sangat pelan hingga tak ada yang bisa mendengar gumamannya itu. Pandangannya kini teralih mengahadap Gilang yang saat ini, cowok itu tengah menatap datar Shelly yang memanggilnya tadi.
Kerutan di dahi Hana muncul lagi. Kenapa saat Shelly memanggil cowok itu, Gilang menoleh? Tapi, kalau dirinya yang memanggil cowok itu tak menoleh atau merespon dengan apalah gitu? Itu aneh bukan?
Apa mungkin suara Hana yang memang kecil karena terlalu sering berteriak saat anak-anak kelasnya yang ramai, sedangkan Dani, si ketua kelasnya malah masa bodoh dengan itu?
Atau mungkin, jaraknya dengan Gilang memang tergolong jauh tadi yang mengakibatkan cowok itu tak menyahuti panggilannya?
Tapi, opsi kedua itu tak mungkin karena yang Hana tahu. Indra pendengaran Gilang itu sangat peka.
Gilang mengangkat sebelah alisnya, seolah menanyakan 'apa' pada gadis berambut pirang itu. Shelly bergeming, tak tahu tujuan ia memanggil Gilang tadi. Ah, dia ingat. Shelly tadi memanggil Gilang karena ia melihat sejak tadi Hana memanggil Gilang tapi tak direspon oleh cowok itu.
"E... tadi g-gue panggil e-lu karena–"
Ucapan Shelly terhenti karena tiba-tiba saja Shelly menjadi gugup. Entahlah, Gilang yang tak biasanya memasang wajah dingin dan datar seperti itu membuat dirinya gugup.
"Yang jelas," ucap Gilang cepat dengan masih dengan nada datarnya.
"E... selamat ya, karena udah menangin olimpiade di Palembang itu. Ya, meski dapat juara dua. Tapi, sekolah bangga kok sama lo." Shelly tersenyum kikuk. Gilang melengos pergi begitu saja, tak memperdulikan Shelly maupun Hana.
Shelly mendekati Hana. "Tumbenan Gilang diemin elu. Biasanya kan kagak?"
Hana mengedikan bahunya tak tahu dan tak peduli. Ia langsung saja berjalan lagi menuju kelasnya yang hampir dekat.
Gilang kenapa?
📕📖📗
Kebahagiaan bagi murid yang dihadang ujian fisika dadakan tiba-tiba bel istirahat berbunyi. Semua murid di kelas IPA 1 itu langsung bersorak senang tanpa peduli Bu Linda yang memelototi mereka saat ini.
"Han, kantin kuy!" ajak Tasya semangat.
"Iya nih, perut gue laper banget minta diisi." Himma menyahuti sambil memegang perutnya yang mulai keroncongan.
"Ye Him. Bukannya tadi pagi gue lihat lu makan bekal lu, terus ke kantin beli bakso 2 mangkok. Sekarang baru beberapa jam, lo masih laper?" Rania geleng-geleng kepala melihat satu temannya ini selalu semangat tentang makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reader Vs Gamer
Novela Juvenil[[COMPLETED]] Cowok rusuh dan jahil seperti Gilang harus berjuang dalam diam untuk menjaga Hana, gadis kutu buku yang jutek dan sedikit pendiam. Hana selalu risih dengan kelakuan Gilang yang selalu menganggu dan menggombalinya, berlagak kalau ia ada...